5 Pemain Terbaik dan Terburuk dari Duel Sevilla vs Inter Milan: Lautaro di Mana Sih?

5 Pemain Terbaik dan Terburuk dari Duel Sevilla vs Inter Milan: Lautaro di Mana Sih?
Pelatih Inter Milan, Antonio Conte, melenggang dari podium usai mendapatkan medali runner-up Liga Europa pada Sabtu (22/8/2020) dinihari. (c) AP Photo

Bola.net - Sevilla sekali lagi membuktikan kualitasnya sebagai raja Liga Europa. Lewat pertandingan intens, Sabtu (22/8/2020) dini hari WIB tadi, tim Spanyol ini mengalahkan Inter Milan dengan skor 3-2 untuk meraih trofi keenam mereka di kompetisi tersebut.

Sekilas terdengar mudah, tapi sebenarnya sangat sulit. Pertandingan berjalan alot, Inter bahkan unggul terlebih dahulu. Namun pada akhirnya pengalaman dan mental Sevilla jadi pembeda pada laga krusial seperti ini.

Laga ditentukan di babak kedua. Sevilla mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk menahan serangan-serangan Inter dan berbalik menyerang. Pada akhirnya sepakan salto Diego Carlos menjebol gawang Samir Handanovic, meski dibantu dibelokkan Romelu Lukaku.

Hasil ini menyisakan beberapa fakta menarik. Tentang Sevilla yang begitu tangguh di Liga Europa, juga tentang proyek pembangunan skuad Inter yang masih di tahap awal.

Selain itu, setidaknya ada 5 pemain yang patut disorot dari pertandingan ini, beberapa di antaranya tampil luar biasa, sisanya tampil begitu buruk.

Siapa saja? Selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

1 dari 5 halaman

5. Terbaik: Sergio Reguilon

Bek kiri pinjaman dari Real Madrid dan terbukti bisa diandalkan sepanjang musim ini. Reguilon bekerja tak kenal lelah di sayap kiri, naik-turun untuk menyerang dan bertahan, juga merebut bola di area-area penting.

Bek 23 tahun ini membuktikan bahwa dia punya potensi jadi salah satu bek kiri terbaik di dunia. Pergerakan Reguilon kerap merepotkan pertahanan Inter, yang terpancing terbuka pada beberapa kesempatan.

Kecepatannya juga merepotkan bek senior macam Diego Godin. Reguilon ada di mana-mana, dan sepertinya harganya bakal naik setelah final ini.

2 dari 5 halaman

4. Terburuk: Lautaro Martinez

Baru saja tampil luar biasa saat melibas Shakhtar Donetsk (5-0) di semifinal lalu, Lautaro tak terlihat bak hantu pada laga final kali ini.

Dia tidak benar-benar terlibat pada permainan tim. Lukaku berulang kali sendirian di depan, terpaksa menunggu dukungan, dan akhirnya kehilangan bola.

Seharusnya Lautaro bisa meringankan beban Lukaku, paling tidak bisa mencari posisi terbuka untuk menerima operan. Namun, entah mengapa Lautaro seperti tidak fokus pada laga ini.

Gosip transfer ke Barcelona sepertinya benar-benar merusak konsentrasi striker Argentina ini.

3 dari 5 halaman

3. Terbaik: Jesus Navas

Salah satu pemain senior yang jadi pembeda, Jesus Navas. Kapten Sevilla ini benar-benar merepotkan sisi kiri pertahanan Inter. Sama seperti Reguilon, dia rajin naik menyerang dan tahu kapan harus mundur dengan cepat.

Meski sudah 34 tahun, Navas bermain layaknya pemain muda. Energinya luar biasa, cepat, gesit, dan tangguh dalam duel-duel fisik.

Dialah yang membuat assist untuk gol pertama De Jong yang menyamakan kedudukan. Beberapa kali Navas maju terlalu intens, seolah-olah bermain sebagai winger, bukan bek sayap.

4 dari 5 halaman

2. Terburuk: Roberto Gagliardini

Etos kerja Gagliardini tidak bisa disalahkan. Gelandang Inter ini sungguh bekerja keras, mencoba memutus aliran umpan Sevilla, dan beberapa kali berhasil merebut bola kembali.

Namun, Gagliardini tidak bisa bekontribusi ketika Inter balik menyerang. Entah apa alasan Conte memilihnya jadi starter, bukan Christian Eriksen yang lebih ofensif.

Gagliardini kalah dari De Jong dalam duel udara yang melahirkan gol sevilla, dia pun selalu kesulitan dalam duel kontra Banega dan Joan Jordan di lini tengah.

Gagliardini terlalu mudah kehilangan bola dan kesalahannya berujung pada kebobolan tim.

5 dari 5 halaman

1. Terbaik: Luuk de Jong

De Jong hanya mencetak tiga gol di Liga Europa musim ini. Satu tercipta ke gawang MU di partai semifinal lalu, yang jadi penentu kemenangan, lalu dua berikutnya tercipta di final kali ini.

Sebenarnya De Jong bukanlah starter Sevilla musim ini. Dia terlalu banyak membuang peluang, rasio tembakan per golnya di La Liga pun buruk.

Sebab itu Lopetegui sebenarnya berjudi dengan memilih De Jong jadi starter pada laga final kali ini, dan perjudian itu terbayar lunas. De Jong seorang diri bisa membuat barisan bek Inter kocar-kacir.

Sumber: Sportskeeda