Sempat Kram, Pemain Diaspora Indonesia U-20 Sebut Intensitas Sepak Bola Indonesia Sangat Tinggi

Sempat Kram, Pemain Diaspora Indonesia U-20 Sebut Intensitas Sepak Bola Indonesia Sangat Tinggi
Pemusatan latihan Timnas Indonesia U-20 di Jakarta. (c) Bola.net/Bagaskara Lazuardi

Bola.net - Sebuah pengakuan diungkapkan salah seorang pemain diaspora, Dillan Yabran Rinaldi, terkait proses adaptasinya dengan rekan-rekannya di Tim Indonesia U-20. Dillan mengaku tak mendapati masalah berarti dalam proses pemusatan latihan bersama tim besutan Indra Sjafri tersebut.

Menurut Dillan, sesi pemusatan latihan ini sangat menakjubkan. Intensitas sepak bola Indonesia, sambungnya, juga sangat tinggi.

"Akhirnya, saya kram. Namun, tak apa. Ini adalah sepak bola," kata Dillan Yabran.

Menurut pemain SV Bergisch Gladbach 09 ini, ia juga tak memiliki masalah komunikasi dengan rekan-rekannya. Menurutnya, rekan-rekan anyarnya menerima kehadiran pemain berusia 18 tahun tersebut dengan sangat baik.

"Sejauh ini sangat bagus. Komunikasi dengan mereka sangat baik. Mereka memperkenalkan saya dengan sangat baik, jadi mereka membantuku dengan baik dalam bahasa Inggris atau Indonesia," tuturnya.

Dillan Yabran sendiri merupakan satu dari 37 pemain yang dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan tim Indonesia U-20. Mereka rencananya akan beruji coba menghadapi China.

Selain Dillan Yabran, ada empat pemain diaspora lain yang juga dipanggil dalam agenda ini. Mereka adalah Marselinus Ama Ola, Eros Dermawan, Welber Jardim, dan Chow-Yun Damanik.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 1 halaman

Cuaca Jadi Tantangan

Lebih lanjut, Dillan Yabran pun jujur mengakui ada sejumlah hal yang menjadi kendalanya. Salah satunya, sambung pemain berposisi penyerang tersebut, adalah faktor cuaca.

"Cuaca Indonesia sangat panas. Di Jerman biasanya 10 derajat. Di sini 30 derajat. Itu tantangan besar bagi saya," ungkap Dillan.

Selain itu, Dillan menambahkan, tantangan juga hadir dari kondisi rumput lapangan. Namun, hal ini tak terlalu membuatnya risau.

"Hal tersulit mungkin faktor rumput lapangan, tapi saya bisa melakukannya," ia menegaskan.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)