Australia vs Indonesia: Perebutan Poin Krusial dan Pembuktian Kedua Pelatih

Australia vs Indonesia: Perebutan Poin Krusial dan Pembuktian Kedua Pelatih
Aksi Marselino Ferdinan pada laga Timnas Indonesia vs Australia di Stadion Gelora Bung Karno (c) Bagakara Lazuardi

Bola.net - Roar, salah satu media Australia, cukup kritis membicarakan laga Timnas Australia vs Timnas Indonesia mendatang. Mereka menyebut laga ini sebagai pertarungan dua pelatih level menengah.

Kali ini, laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Maret 2025 menjadi momen penting bagi Australia. Socceroos menunjukkan performa yang tidak meyakinkan, meskipun masih berada di posisi kedua klasemen grup. Dengan hanya unggul satu poin dari Indonesia, China, Arab Saudi, dan Bahrain, peluang mereka untuk lolos masih jauh dari kata aman.

Hasil buruk ini menempatkan Australia dalam salah satu kampanye kualifikasi terburuk sepanjang sejarah mereka. Permainan yang tumpul dan hasil imbang yang terus berulang menjadi sorotan utama. Jika tidak segera bangkit, Socceroos bisa menghadapi nasib yang tak diinginkan dalam perebutan tiket menuju Piala Dunia.

Di sisi lain, pertandingan melawan Indonesia juga menjadi ujian bagi pelatih mereka, Tony Popovic. Banyak pihak meragukan kemampuannya, terutama setelah hasil-hasil kurang memuaskan yang diraih sejak menggantikan Graham Arnold.

1 dari 5 halaman

Socceroos di Ambang Krisis

Australia mengalami salah satu performa terburuk dalam sejarah kualifikasi Piala Dunia mereka. Dari empat pertandingan yang telah dimainkan, mereka hanya menang sekali, yakni saat melawan China dengan skor 3-1. Sisanya, mereka hanya mampu bermain imbang melawan Arab Saudi, Bahrain, dan satu laga lainnya.

Di atas kertas, Australia masih belum terkalahkan, tetapi tiga hasil imbang membuat mereka kehilangan banyak poin berharga. Skuad yang diharapkan bisa mendominasi justru kesulitan menghadapi lawan-lawan yang dianggap lebih lemah. Ketidakefektifan lini serang dan lemahnya strategi menjadi penyebab utama kesulitan Socceroos.

Kegagalan ini tentu berdampak besar pada pelatih Tony Popovic. Sejak dipercaya menggantikan Graham Arnold, ia belum mampu membawa perubahan signifikan. Alih-alih membaik, Australia justru semakin terpuruk.

2 dari 5 halaman

Keputusan Kontroversial Popovic

Keputusan Kontroversial Popovic

Tony Popovic ketika melatih Timnas Australia pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia (c) Aleksandar Jason/Socceroos

Selain taktik yang dianggap monoton, keputusan Popovic dalam pemilihan pemain juga menuai banyak kritik. Beberapa pemain yang sedang dalam performa terbaik justru tidak dipanggil ke tim nasional. Nama-nama seperti Mohamed Toure, Jack Iredale, Max Balard, Anthony Kalik, Deni Juric, dan Nestory Irankunda absen dari skuad.

Sebaliknya, pemain yang performanya menurun seperti Kusini Yengi, Dan Arzani, Nishan Velupillay, dan Brandon Borrello tetap dipercaya masuk skuad. Hal ini memicu perdebatan di kalangan pendukung Socceroos, yang merasa Popovic gagal membaca situasi dengan baik.

Keputusan ini semakin dipertanyakan mengingat keberhasilan tim muda Australia. Young Socceroos baru saja menjuarai Piala Asia U-20 AFC 2025, tetapi Popovic tidak memanfaatkan talenta-talenta tersebut untuk memperkuat tim utama.

3 dari 5 halaman

Patrick Kluivert dan Tantangan di Timnas Indonesia

Di sisi lain, Indonesia juga menghadapi tantangan besar dengan pelatih baru mereka, Patrick Kluivert. Meski memiliki karier gemilang sebagai pemain, kiprahnya sebagai pelatih masih jauh dari kata sukses.

Kluivert pernah menjadi asisten Louis van Gaal di Piala Dunia 2014, tetapi setelah itu, ia mengalami kegagalan berturut-turut sebagai pelatih utama. Ia pernah menangani Curaçao dari 2015 hingga 2016, tetapi gagal membawa mereka lolos ke Piala Dunia 2018 setelah kalah dari El Salvador.

Pengalaman lain yang tak kalah buruk terjadi saat ia menjadi co-manajer Kamerun bersama Clarence Seedorf di Piala Afrika 2019. Timnya hanya menang sekali dan tersingkir setelah kekalahan dramatis dari Nigeria. Akibatnya, ia dan seluruh staf kepelatihan dipecat.

4 dari 5 halaman

Tekanan Besar dari Suporter Indonesia

Tekanan Besar dari Suporter Indonesia

Patrick Kluivert ketika memimpin sesi latihan Timnas Indonesia (c) PSSI

Tidak seperti Australia yang masih berkembang dalam sepak bola, Indonesia memiliki budaya sepak bola yang sangat fanatik. Dengan populasi 280 juta jiwa, tekanan dari suporter terhadap pelatih sangat besar.

Kehadiran pemain naturalisasi seharusnya menjadi keuntungan bagi Timnas Indonesia, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada kegagalan besar. Kluivert harus membuktikan dirinya di hadapan suporter yang tidak segan memberikan kritik tajam jika hasil yang diraih mengecewakan.

Pertandingan melawan Australia bisa menjadi ujian pertama sejauh mana Kluivert mampu mengelola timnya. Jika ia gagal meraih hasil positif, bukan tidak mungkin posisinya akan semakin goyah.

5 dari 5 halaman

Laga Penentu Nasib Dua Pelatih

Australia dan Indonesia sama-sama memiliki pelatih dengan reputasi yang diragukan. Popovic dianggap tidak mampu memberikan perubahan signifikan bagi Socceroos, sementara Kluivert memiliki rekam jejak yang kurang mengesankan sebagai pelatih.

Bagi Australia, hasil imbang atau kekalahan bisa semakin memperburuk situasi mereka di klasemen. Sementara bagi Indonesia, satu hasil buruk bisa mengancam prestise mereka yang sedang berkembang dengan hadirnya pemain naturalisasi.

Ketika dua pelatih dengan reputasi meragukan bertemu, pertandingan ini bisa diibaratkan sebagai “The Bad, the Worse, and the Worst”. Mungkin salah satu dari mereka akan segera menghadapi konsekuensi besar setelah laga ini.