
Bola.net - Pelatih berusia 43 tahun ini telah menikmati lesatan dalam karirnya di beberapa tahun ke belakang. Beberapa musim lalu ia melatih Girona yang tercecer di papan bawah LaLiga dan hari ini ia melatih Sevilla dengan ambisi meloloskan klub ini ke Liga Champions.
Ini adalah cerita salah satu pelatih paling bersinar di LaLiga.
Pada Oktober 2018, kemenangan 2-1 Sevilla atas RC Celta membawa mereka ke puncak klasemen. Bagi pelatih Pablo Machín, ini adalah pencapaian luar biasa tapi bukan suatu pencapaian yang mengejutkan. Ketika ia melatih Girona pada tahun 2014, mereka berada di dasar klasemen LaLiga 1l2l3, divisi kedua Liga Spanyol. Dalam rentang waktu empat tahun saja, ia berhasil membawa tim ini naik 41 tingkat di piramida sepak bola Spanyol.
Advertisement
KEMUNDURAN AWAL: CD NUMANCIA
Meskipun segala sesuatunya mulai berjalan lancar bagi pelatih berkebangsaan Spanyol ini, tapi ceritanya sebagai pelatih baru dimulai pada akhir tahun 1990an. Setelah terpaksa pensiun bermain pada usia 23 tahun karena cedera lutut, Machín mulai beralih menjadi pelatih dan menghabiskan lebih dari satu dekade bekerja di akademi klub lokalnya, CD Numancia, di Soria.
Pablo Machin. (c) LaLiga
Seiring berjalannya waktu, ia diangkat menjadi asisten pelatih untuk staf tim utama dan memimpin tim Numancia B. Pada musim panas 2011, ia mengambil alih kepelatihan tim utama dari Juan Carlos Unzué pada usia 36 tahun. Ia menghabiskan dua musim di sana dan mengakhiri musim di peringkat 10 dan 12, sebelum memutuskan untuk meninggalkan klub pada tahun 2013 setelah menghabiskan lebih dari satu dekade di klub itu untuk berbagai macam posisi.
"Saya merasa bangga bisa melatih klub ini," ucapnya diiringi dengan tangisan ketika mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan kepergiannya dari Stadion Nuevo Estadio Los Parajitos. "Sekarang pintu-pintu baru akan terbuka untukku."
Simak artikel selengkapnya di bawah ini ya Bolaneters!
TANTANGAN BARU, DUNIA BARU: GIRONA FC
Tantangan berikutnya hadir di Katalunya ketika ia mendapatkan panggilan dari Girona di musim 2013/14, yang kala itu menyisakan 13 pertandingan. Kubu Blanquivermells berada di papan bawah klasemen LaLiga 1l2l3, hanya satu musim setelah menjalani pertandingan playoff promosi, dan memiliki skuad yang bertalenta namun tidak bermain sesuai kapasitasnya. Girona percaya bahwa Machín merupakan pelatih yang tepat untuk menyelamatkan tim, dan ia pun berpikir demikian.
Mampu meraih 15 poin dari 13 sisa pertandingan di musim itu, eks pelatih Numancia ini berhasil membawa Girona bertahan dan mengubah nasib mereka dalam waktu singkat, memimpin mereka untuk mengejar tiket promosi untuk musim berikutnya. Namun, di musim 2014/15, ketika Girona hanya terpaut beberapa menit dari promosi pertama kali ke LaLiga, gol di menit akhir dari Lugo di pertandingan terakhir memaksa hasil seri 1-1 yang membuat poin mereka sama dengan R. Sporting, yang membuat mereka gagal promosi hanya karena margin yang sangat tipis.
Pablo Machin (c) La Liga
Tak terpengaruh dengan hasil itu, Machín bertahan, dan setelah kembali gagal meraih promosi di 2015/16, ia akhirnya berhasil membawa Girona ke LaLiga Santander sebagai runner up di musim 2016/17. “Walaupun kami bisa meraih ini lebih cepat, kami senang dapat meraihnya sekarang karena kami lebih dewasa sebagai klub dan kami telah memiliki infrastruktur yang kuat,” ujarnya ketika ia merayakan promosi tersebut. "Sekarang kami akan lebih siap untuk menghadapi divisi teratas."
Ia tidak salah ketika mengatakan bahwa Girona lebih siap. Mereka dengan cepat beradaptasi di divisi teratas, berhasil menduduki peringkat 7 dalam 10 pekan, dan akhirnya menyelesaikan musim di peringkat 10, dengan pertandingan-pertandingan tak terlupakan seperti mengalahkan Real Madrid 2-1 di kandang dan dua kali menahan imbang Atlético de Madrid. Gaya bermain mereka juga dipuji oleh banyak orang, dengan Machín menggunakan tiga pemain bertahan untuk mengejar klasemen papan atas.
KE TIM BESAR: SEVILLA FC
Kinerjanya yang impresif di Montilivi membuatnya dipanggil oleh Sevilla pada musim panas 2018. Sebuah kesempatan yang sangat bagus untuk dilewatkan bagi pelatih 43 tahun ini, dan ia pun pindah ke Andalusia dengan ambisi untuk mempersiapkan Rojiblancos menghadapi kualifikasi Liga Europa.
Hasil-hasil yang lebih menakjubkan berhasil ditorehkan oleh Machín di Ramón Sánchez-Pizjuán. Timnya berhasil memuncaki klasemen LaLiga Santander dalam tiga pekan yang berbeda dan sekarang berada di peringkat ke-4, masih dalam persaingan untuk kembali ke Liga Champions. Sevilla juga berhasil menembus perempat final Copa del Rey dan masih perkasa di Liga Europa.
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Spanyol 21 Februari 2019 13:20
-
Liga Spanyol 21 Februari 2019 13:00
-
Editorial 21 Februari 2019 12:55
5 Pemain Real Madrid yang Paling Mengesankan di Bawah Santiago Solari
-
Liga Spanyol 21 Februari 2019 12:30
Tamak, Madrid Dikabarkan Ingin Beli Neymar dan Hazard Sekaligus
-
Liga Spanyol 21 Februari 2019 10:56
Presiden La Liga: Messi Pemain Terbaik yang Pernah Bermain di Spanyol
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 23 Maret 2025 22:57
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 22:47
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 22:11
-
Tim Nasional 23 Maret 2025 20:59
-
Bulu Tangkis 23 Maret 2025 20:29
-
Bulu Tangkis 23 Maret 2025 20:16
MOST VIEWED
- Performa Antony di Real Betis Ungguli Vinicius Junior dan Lamine Yamal, MU Bikin Kesalahan Besar?
- Gak Jadi Beli, Real Betis Mau Pinjam Antony Lagi dari MU!
- Koeman dan Warisannya di Barcelona: Lahirnya Generasi Emas Baru
- Ansu Fati Siap Tinggalkan Barcelona Secara Permanen: Usia Baru 22 Tahun, Kok Sulit Temukan Klub?
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...