Juan Roman Riquelme: Seniman yang Dibuang Barcelona dan Pernah Tolak MU

Juan Roman Riquelme: Seniman yang Dibuang Barcelona dan Pernah Tolak MU
Juan Roman Riquelme (c) Bongarts

Bola.net - Juan Roman Riquelme seolah dua orang ketika berada di lapangan. Saat tidak membawa bola, dia seperti hilang dan tidak terlibat. Saat mendapat bola, dia bisa mengubah jalannya permainan.

Juan Roman Riquelme tidak dipungkiri merupakan salah satu playmaker terbaik yang pernah lahir di dunia. Banyak pihak menyebut pria asal Argentina tersebut sebagai nomor 10 klasik. Riquelme ibarat seniman di atas lapangan.

Karir Juan Roman Riquelme dimulai pada 1996, ketika dia mendapat kesempatan promosi ke tim utama. Pada usia 18 tahun, Juan Roman Riquelme menjalani debutnya. Saat itu, Boca menang 2-0 dari Union de Sante Fe.

Setelah memainkan hampir 200 laga, mencetak 44 gol, dan tidak ada data pasti soal jumlah assistnya, Riquelme mendapat tawaran besar. Pada Juli 2002, Riquelme dibeli Barcelona. Suka cita yang kemudian hari berubah petaka.

1 dari 5 halaman

Mimpi Buruk Riquelme di Camp Nou

Juan Roman Riquelme bukan lagi bocah ingusan ketika datang ke Camp Nou. Dia punya pengalaman yang apik bersama Boca Juniors. Riquelme sudah punya tujuh gelar juara di tangan, termasuk Copa Liberadores.

Barcelona pun harus membayar mahal untuk bisa mendapatkan jasa Riquelme, 11 juta euro. Ketika itu, Riquelme punya julukan ‘The saviour of South America’. Itu hanya salah satu saja.

Yang paling agung tentu julukan sebagai 'Maradona Baru'. Riquelme punya segala atribut untuk menjadi Maradona baru. Dia bermain untuk Boca Juniors, klub yang juga membuat nama Maradona besar.

Awalnya, Riquelme diyakini bakal tampil gemilang di Barcelona. Namun, karirnya justru ternggelam. Pelatih Barcelona, Loius van Gaal, rupanya tidak suka dan tidak ingin Riquelme berada di skuat asuhannya.

"Saya [Louis van Gaal] tidak memintamu datang ke Barcelona," kenang Juan Roman Riquelme dikutip dari Mundo Deportivo.

"Anda [Riquelme] adalah pemain terbaik ketika menguasai bola, tetapi jika Anda tidak mendapat bola, maka kami kehilangan satu pemain di lapangan. Kami bermain dengan 10 pemain," kata Riquelme menirukan kata-kata Louis van Gaal.

2 dari 5 halaman

Bukan Hanya Louis van Gaal

Louis van Gaal meminta Riquelme untuk bermain di posisi sayap kiri. Tentu saja itu membuat talenta terbaik Riquelme tersendat. Pria asal Belanda itu menganggap Riquelme adalah pilihan klub dan kebijakan politik klub.

Louis van Gaal adalah pelatih yang kaku, atau disiplin dalam bahasa halus. Dia selalu meminta anak asuhnya tetap berada dalam rencana yang disusun sebelum laga. Karakter itu bertolak belakang dengan Riquelme yang imajinatif dan ingin kebebasan.

Sebelum Riquelme, Rivaldo juga mengalami hal yang sama. Rivaldo menolak bermain sebagai winger dan ingin bermain di belakang penyerang. Louis van Gaal menolak permintaan Rivaldo, sang pemain pun pindah klub.

Louis van Gaal kemudian dipecat karena performa Barcelona tidak sesuai harapan di paruh musim. Los Cules menunjuk Radomir Antic sebagai pelatih baru. Harapan untuk Riquelme pun sempat berpendar.

Radomir Antic menjadikan Riquelme sebagai pemain inti. Namun, setelah kalah 3-0 dari Sevilla di Camp Nou, kapten Barcelona meminta pelatih Serbia untuk mencadangkan Riquelme pada pertandingan melawan Real Mallorca.

3 dari 5 halaman

Pernah Tolak Manchester United

Juan Roman Riquelme pernah mendapat pinangan dari Manchester United. Momen itu terjadi pada 2006 silam. Sir Alex Ferguson tertarik untuk memakai jasa Riquelme usai tampil bagus di Villarreal.

Namun, Riquelme memilih bertahan di Villarreal. Keputusan tersebut lah yang kemudian hari sangat disesali Riquelme. Bahkan, dia mengakui jika menolak Setan Merah adalah satu-satunya penyelesan dalam karir sepak bolanya.

"Satu-satunya hal yang paling saya sesalkan di karir saya adalah keputusan menolak tawaran Manchester United," kata Riquelme pada Mundo.

"Saat itu, saya sedang minum bersama teman saya menjelang semifinal melawan Arsenal. Saya katakan tidak karena saya ingin bertahan di Villareal dan saya nyaman bersama rekan-rekan saya," sambung Riquelme.

Pada 2007, Riquelme berpisah dengan Villarreal. Riquelme disebut punya masalah dengan pelatihnya kala itu, Manuel Pellegrini. Riquelme lantas pulang ke Boca Junior, rumah yang nyaman bagi Riquelme.

4 dari 5 halaman

Pemain Paling Artistik

Pada 2005, harian top Spanyol, Marca, memberikan gelar Pemain Paling Artistik untuk Juan Roman Riquelme. Tentu saja gelar itu diberikan setelah aksi impresif yang ditampilkan Riquelme pada musim 2004/2005 bersama Villarreal.

Pada musim tersebut, Riquelme mampu mencetak 15 gol dari 35 laga. Riquelme menjadi pemain paling menentukan bagi Villarreal. Dia membantu Diego Forlan menjadi top skor La Liga dengan 25 gol.

Manuel Pellegrini, pelatih Villarreal kala itu, membuat sistem bermain untuk mendukung Riquelme. Begitu juga pemain pilihannya.

Riquelme bermain tepat di belakang duet Guillermo Franco dan Diego Forlan. Di belakang Riquelme ada Marcos Senna yang punya mobilitas tinggi. Tugas utama Marcos Senna adalah melapis 'hilangnya' Riquelme ketika dia tidak mendapat bola.

Villareal menembus semifinal Liga Champions dan hampir lolos ke final. Berjumpa Arsenal, Villarreal kalah 1-0 pada leg pertama. Pada leg kedua, The Yellow Submarines bisa saja memaksakan laga hingga babak tambahan, tetapi penalti Riquelme di menit 90 gagal.

5 dari 5 halaman

Sepak Bola di Otak Riquelme

"Saya tidak pernah percaya pada taktik," kata Riquelme dikutip dari beIN Sport.

"Sepak bola itu sangat sederhana. Jika kamu bermain dengan baik, jika kamu bermain lebih baik dari lawanmu, maka kamu memiliki lebih banyak peluang untuk menang. Orang lain yang menginginkannya terlihat lebih rumit," katanya.

“Semua orang merasakan permainan dengan cara mereka sendiri yang berbeda. Orang mengatakan saya tidak pernah tersenyum ketika bermain, tetapi saya belum pernah melihat [Zinedine] Zidane tertawa, apakah dia menang atau kalah, dan dia yang terbaik yang pernah ada selama sepuluh tahun terakhir," kata Riquelme pada 2006.

"Hari ketika saya berhenti menikmati sepak bola adalah hari saya pergi dan minum teh dengan ibuku," ucap Riquelme.

"Bola telah memberi saya segalanya. Sama seperti gadis kecil yang suka boneka, mainan terbaik yang pernah saya miliki, atau bisa miliki, adalah sepak bola. Orang yang menciptakannya adalah pahlawan sejati: tidak ada yang bisa mengalahkan itu," kata Riquelme di situs resmi FIFA.