
Bola.net - Sehebat apa pun Zinedine Zidane, Jose Mourinho akan selalu dikenang sebagai salah satu pelatih terbaik dalam sejarah Real Madrid. Kala itu, bersama Mou, Madrid mendefinisikan ulang arti serangan balik dalam sepak bola.
2 Mei 2012 CET atau 3 Mei 2012 dini hari WIB, Mourinho membawa Los Blancos mengunci gelar juara La Liga. Mereka mengalahkan Athletic Bilbao di San Mames. meraih tambahan 3 poin yang membuat Barcelona tidak bisa mengejar.
Tim itu merupakan salah satu tim terbaik dalam sejarah Madrid. Andai keberuntungan memihak mereka di Liga Champions dan Copa del Rey, Mourinho bisa mendobrak sejarah dengan treble winners untuk Los Blancos.
Advertisement
Uniknya, tim itu pun diremehkan karena hanya jago pada serangan balik. Benarkah serangan balik taktik buruk dalam sepak bola?
Mengutip Marca, baca selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!
Langkah Jadi Juara
Meski gagal menjuarai Liga Champions, keberhasilan menjuarai La Liga 2011/12 itu sungguh historis bagi Madrid. Madrid jadi juara dengan cara yang tidak biasa, bahkan mereka bisa mengalahkan pasukan Josep Guardiola yang benar-benar kuat.
Barcelona saat itu masih sangat kuat, meski tidak sesempurna skuad 2008/09. Biar begitu, mengalahkan Barca merupakan salah satu misi yang nyaris mustahil bagi tim mana pun.
Mourinho mendobrak kemustahilan itu, tentu dengan pemain sekelas Cristiano Ronaldo dalam skuadnya. Kala itu, pada El Clasico kedua musim itu, Madrid memetik kemenangan 2-1 di Camp Nou. Selebrasi 'calma' Ronaldo jadi sentuhan manis laga tersebut.
Pecahkan Rekor
Skuar Real Madrid (c) AFP
Madrid resmi jadi juara di San Mames, tapi sebenarnya kemenangan atas Barca di Camp Nou adalah momen terpenting musim itu. Sebab, berkat kemenangan itu, Madrid memperlebar jarak jadi 7 poin.
Di akhir musim, Madrid-nya Mourinho memecahkan sejumlah rekor. Mereka jadi tim pertama yang menjuarai liga dengan koleksi total 100 poin, plus mencetak 121 gol.
Madrid pun mencatat rekor selisih gol +89, 16 kemenangan tandang, dan total 32 kemenangan. Musim ini sebenarnya musim terbaik Lionel Messi dengan 50 gol untuk Barca di La Liga, tapi justru Madrid yang jadi juara.
Ronaldo sebenarnya tidak tertinggal terlalu jauh dari Messi, dia mencetak 46 gol untuk Madrid di liga musim itu.
Cuma Bisa Serangan Balik?
Anehnya, meski berhasil menjuarai La Liga dengan impresif, tim istimewa Mourinho itu tetap dikritik. Madrid dinilai hanya bagus dalam serangan balik, hanya bisa bermain serangan balik. Bahkan skuad Madrid disebut sebagai sekumpulan atlet lari, bukan pesepak bola.
Jika dilihat ulang, kritikan itu tidak sepenuhnya salah. Madrid saat itu memang sangat bagus dalam serangan balik cepat, dan itu bukan perkara sepele.
Menyepelekan taktik serangan balik Madrid sama saja menyebut Barcelona-nya Guardiola hebat hanya saat menguasai bola, sama seperti menyebut AC Milan bisa juara hanya karena bermain defensif, atau menyebut MU hebat hanya karena punya Ferguson.
Intinya, tidak ada yang salah dengan serangan balik. Sama seperti tidak ada yang salah dengan tiki-taka yang disebut membosankan.
Seperti Mesin
Mesut Ozil dan Gonzalo Higuain (c) AFP
Taktik serangan balik Madrid saat itu memang luar biasa, bahkan masih yang terbaik sampai saat ini. Taktik itu bisa berjalan baik karena Mourinho punya pemain-pemain yang tepat seperti Xabi Alonso, Mesut Ozil, Angel di Maria, dan tentu Cristiano Ronaldo.
Pola permainan Madrid tampak sederhana: bertahan dengan baik, rebut bola, berikan pada Alonso, lalu dalam sekejap bola sudah terbang menuju penyerang sayap, siapa pun yang lebih siap menerima bola.
Biar begitu, apa yang tampak sederhana tidak mesti mudah. Madrid tidak hanya mengubah serangan balik jadi karya seni, mereka seperti mesin. Habis-habisan untuk melatih hal yang sama berulang-ulang.
Gaya sepak bola Madrid saat itu benar-benar bertolak belakang dengan gaya bermain Barcelona. Madrid jauh lebih direct, tapi juga sulit dihentikan.
Sepak Bola Indah
Kini, jika menengok kembali ke belakang, bukankah counter-attacking football yang disajikan Madrid dan Mourinho merupakan salah satu taktik terindah?
Jika tiki-taka boleh disebut sebagai sepak bola indah, berarti tidak ada alasan untuk tidak menyebut taktik serangan balik Madrid saat itu juga indah.
Terlebih, Madrid musim itu benar-benar tampil habis-habisan sepanjang pertandingan. Selalu berjuang, selalu berusaha sampai wasit meniup peluit panjang.
Sayangnya, Los Blancos gagal di adu penalti kontra Bayern Munchen di semifinal Liga Champions. Malam itu keberuntungan tidak memihak Madrid, meski mereka 'cuma hebat dalam serangan balik'.
Sumber: Marca
Baca ini juga ya!
- 'Spesies Langka' One-Club Man, Bisakah Lionel Messi Lampaui Totti-Maldini?
- Bongkar Rahasia: Ternyata Inilah yang Dikatakan Materazzi Sebelum 'Ditanduk' Zidane
- Hari Ini 5 Tahun Lalu: Chelsea Jadi Juara EPL, Mourinho Manajer Terbaik, Hazard Pemain Terbaik
- 6 Pebalap Punya Kontrak Baru, Inilah Daftar Peserta MotoGP 2021
- Bongkar Rahasia: Luis Figo Beber Alasan Khianati Barcelona untuk Real Madrid
Advertisement
Berita Terkait
-
Bolatainment 2 Mei 2020 23:10
-
Liga Inggris 2 Mei 2020 23:07
-
Liga Spanyol 2 Mei 2020 20:04
-
Liga Spanyol 2 Mei 2020 19:47
LATEST UPDATE
-
Amerika Latin 20 Maret 2025 09:11
-
Amerika Latin 20 Maret 2025 09:08
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:05
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 08:59
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 08:52
-
Liga Inggris 20 Maret 2025 08:51
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...