Desember 2007: Masnou 2-2 Barcelona B, Pertandingan yang Melahirkan Sepak Bola Modern

Desember 2007: Masnou 2-2 Barcelona B, Pertandingan yang Melahirkan Sepak Bola Modern
Josep Guardiola. (c) AP

Bola.net - Tanda tanya besar menghantui para petinggi Barcelona ketika Josep Guardiola secara khusus minta diizinkan melatih Barcelona B yang baru saja terdegradasi. Tidak mudah memahami mengapa Guardiola menolak tawaran lain hanya demi menangani tim B yang jelas lebih sulit dan kacau.

Beberapa bulan awal, ketakutan Barca terbukti benar. Pada awal musim 2007/08 itu, tim B mereka diharapkan bisa langsung bangkit dan bermain apik di bawah pelatih baru, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Pada tiga pertandingan pertama, Guardiola hanya bisa menuntun pasukannya memetik satu kemenangan. Jelas itu tidak cukup, para petinggi mulai ragu.

Kendati demikian, justru pengalaman di tim B itulah yang membentuk Guardiola jadi pelatih sehebat sekarang. Mengapa begitu?

Menukil Goal internasional, baca selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

1 dari 6 halaman

Pertandingan yang Mengubah Segalanya

Mungkin terdengar aneh jika memilih laga imbang 2-2 antara Masnou dan Barcelona B sebagai laga terpenting dalam karier Guardiola, tapi faktanya memang demikian. Pada saat itulah sepak bola modern terlahir.

Begitu dipercaya menangani tim B, Guardiola tidak membuang-buang waktu pada musim panas 2007. Dia membuat perubahan besar pada kultur tim, yang pada akhirnya jadi identitas setiap tim bimbingannya nanti di tim inti Barca, Bayern Munchen, bahkan Man City.

Guardiola mengubah banyak hal-hal dasar, mulai dari menetapkan denda bagi pelanggaran, mengamati kekuatan lawan, dan selalu mengambil waktu 10 menit untuk menjelaskan taktik sedetail mungkin pada para pemain.

Singkatnya, Guardiola membentuk tim B barca jauh lebih profesional, dengan harapan bisa segera bangkit ke kasta yang lebih tinggi musim berikutnya.

2 dari 6 halaman

Sempat Ragu

Sebenarnya pada saat itulah fondasi tiki-taka mulai dibentuk Guardiola, entah sadar atau tidak. Namun, sehebat apa pun filosofi permainan itu, Guardiola sendiri sebenarnya sempat ragu.

Setelah tiga pertandingan pertama, dia memahami bahwa melatih tim muda bukanlah tugas mudah. Lapangan bermain mereka tidak sebagus lapangan utama, taktik aliran umpan pendek bisa jadi titik lemah.

"Saya kira saya harus berubah, sebab kami tidak bisa terus bermain dengan cara itu [umpan-umpan pendek]," kata Guardiola kepada Sky Sports pada tahun 2018 lalu.

"Saya berkata pada para pemain bahwa kami harus berubah karena lapangannya terlalu kecil. Saya sempat ragu-ragu selama beberapa hari. Itu adalah momen penting, sebab saya masih baru, masih tidak punya pengalaman."

3 dari 6 halaman

Mendengar Saran

Jordi dan Johan Cruyff (c) AFPJordi dan Johan Cruyff (c) AFP

Saat timnya sedang kacau balau, tekanan dari pihak klub kian besar, Guardiola memilih menahan diri. Dia tidak langsung mengubah pendekatannya, tapi menghubungi Jordi Cruyff untuk bertukar pikiran.

Saat itu Cruyff memberikan saran untuk membuang beberapa pemain yang menentang Guardiola, khususnya yang meremehkan kualitas Guardiola. Juga, taktik tiki-taka sedikit diubah untuk menyesuaikan kondisi lapangan yang lebih kecil.

Usai menerima saran Cruyff, Barcelona B tetap saja gagal menang, mereka bermain imbang 2-2 dengan Masnou meski sempat unggul 2-0. Saat itulah Guardiola benar-benar yakin dengan gaya sepak bolanya.

Laga itu mengawali laju 8 pertandingan tak terkalahkan. Barca B melaju kencang di paruh kedua musim dan akhirnya berhasil jadi juara. Trofi itu, meski hanya trofi divisi ke-4, selalu dikenang Guardiola sebagai salah satu gelar paling penting sepanjang kariernya.

4 dari 6 halaman

Andai Bukan Guardiola, Mourinho yang Jadi

Biar begitu, momen kunci Guardiola tiba di saat dia mau menyesuakan diri. Andai dia tidak sedikit mengubah taktik sebelum laga kontra Masnou, andai dia tidak meminta saran Cruyff, andai dia mulai ragu dengan filosofi permainannya, mungkin Guardiola tidak akan sesukses sekarang -- mungkin sepak bola modern tidak akan seperti sekarang.

Sebagai contoh, jika gagak membimbing tim B Barcelona, besar kemungkinan Guardiola tidak akan dipercaya melatih tim utama. Saat itu Barca mulai merosot di bawah Frank Rijkaard, seharusnya pihak klub mencari pengganti yang lebih berpengalaman.

Namun, karena melihat pembuktian Guardiola di level junior, petinggi Barca memilih bertaruh. Mereka memercayai Guardiola yang minim pengalaman, tapi justru terbukti bisa jadi salah satu pelatih terbaik dalam sejarah Blaugrana.

Terlebih, saat itu Barcelona nyaris memilih Jose Mourinho, tapi kebangkitan Guardiola di level junior mengubah segalanya.

5 dari 6 halaman

Sepak Bola Bakal Berbeda

Jika Mourinho yang menangani Barca pada tahun 2008 lalu, sepak bola dunia jelas tidak akan seperti sekarang. Harus diakui, dampak Guardiola terhadap perkembangan sepak bola begitu nyata.

Sebut saja keberhasilan Spanyol menjuarai Piala Dunia dan Euro dengan taktik tiki-taka. Semua itu karena Guardiola yang mau menjaga dan menanamkan sepak bola Cruyff, atau lebih tepatnya menyempurnakan gaya sepak bola itu.

Tanpa permainan Barcelona-nya Guardiola itu, mungkin tim-tim kuat Eropa sekarang masih akan bermain dengan taktik lawas. Saat ini, sebenarnya ada sedikit sentuhan tiki-taka pada tim-tim kuat Eropa, meski sudah diadaptasi.

6 dari 6 halaman

Perjalanan Guardiola

Pada akhirnya, dan mungkin yang paling penting, kita mungkin tidak akan pernah menyaksikan puncak kekuatan Barcelona, Bayern, dan Man City andai Barcelona B tidak bermain imbang 2-2 dengan Masnou pada tahun 2007 silam.

Merancang taktik yang begitu murni membutuhkan keberanian dan keyakinan kuat setiap kali mengalam ikemunduran. Guardiola harus keras kepala, menentang sepak bola pragmatis yang lebih mengutamakan hasil.

Kini, dia boleh berbangga diri setiap kali menengok ke belakang. Keputusannya untuk bersikeras mempertahankan filosofi Cruyff telah mengubah segalanya.

Sumber: Goal