Italia: Habis Gelap (Ventura) Terbitlah Terang (Mancini)

Italia: Habis Gelap (Ventura) Terbitlah Terang (Mancini)
Roberto Mancini (c) AP Photo

Bola.net - Periode 18 Juli 2016 hingga 15 November 2017 merupakan salah satu periode paling gelap dalam sejarah tim nasional Italia. Itu adalah periode kepelatihan Gian Piero Ventura. Ya, Ventura yang itu, yang membuat Italia cuma jadi penonton di Piala Dunia 2018.

Namun, periode gelap itu telah berlalu. Perlahan, tapi pasti, Italia kembali melangkah maju. Hasilnya, dua tahun berselang, satu tempat di putaran final EURO 2020 pun direngkuh.

Perjalanan Italia mirip dengan buku kumpulan surat yang ditulis oleh Kartini, 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Roberto Mancini, dialah yang ikut berjasa membawa Italia keluar dari periode gelap dan kepedihan usai gagal lolos ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1958. Di bawah tangan dingin mantan pelatih Fiorentina, Lazio, Inter Milan, Manchester City, Galatasaray, dan Zenit St Petersburg itu, jalan yang membentang di hadapan Italia kini dinaungi cahaya terang.

1 dari 10 halaman

Aib Kualifikasi Piala Dunia 2018

Aib Kualifikasi Piala Dunia 2018

Ventura (c) AFP

Di Kualifikasi Piala Dunia 2018, Italia tergabung di Grup G bersama Spanyol, Albania, Israel, Makedonia, dan Liechtenstein. Pasukan Gian Piero Ventura kalah bersaing dengan Spanyol. Mereka finis peringkat dua dengan selisih lima poin di belakang La Furia Roja.

Dalam dua pertemuan dengan Spanyol, Italia tak sekali pun meraih kemenangan. Berkat penalti Daniele De Rossi, Italia meraih hasil imbang 1-1 di Turin pada 6 Oktober 2016. Ganti bertandang ke Santiago Bernabeu, pada 2 September 2017, Italia dipermak 0-3.

Italia memang tak langsung tersingkir, karena masih ada peluang di babak play-off. Lawannya, Swedia.

Di atas kertas, Italia lebih difavoritkan. Namun, kenyataannya di atas lapangan berbeda.

Pada leg pertama di Solna, 10 November 2017, gol tunggal pemain pengganti Jakob Johansson ke gawang Gianluigi Buffon membuat Italia berada di tepi jurang eliminasi. Namun, optimisme belum lenyap dari kubu Azzurri.

Cuma kalah satu gol, Italia cukup optimistis menatap leg kedua di San Siro, Milan, tiga hari berselang. Hanya saja, setelah wasit meniup peluit panjang untuk mengakhiri laga penentuan itu, Italia harus menerima kenyataan menyesakkan.

Laga berkesudahan 0-0, Italia kalah agregat 0-1, dan ini adalah aib bagi mereka. Italia absen di putaran utama Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1958.

2 dari 10 halaman

Skema Permainan

Skema Permainan

(c) Nazionale Italiana

Pemilihan skema, taktik, dan komposisi pemain yang dilakukan Ventura kerap membuat publik Italia bertanya-tanya.

Ketika melawan Spanyol di Madrid, Ventura menerapkan skema 4-2-4. Melawan tim sekelas Spanyol hanya dengan dua gelandang jelas gegabah. Italia tak berdaya dan dihantam tiga gol tanpa balas.

Masuk babak play-off, Ventura meninggalkan sistem 4-2-4, yang jadi santapan empuk Spanyol, dan beralih ke 3-5-2 untuk menghadapi Swedia. Hasilnya tetap mengecewakan.

Di leg kedua, tak ada perubahan. Ventura kembali memakai 3-5-2, dengan Matteo Darmian di sayap dan Manolo Gabbiadini yang musim itu baru mencetak tiga gol untuk Southampton di lini depan. Jorginho, yang sebelumnya selalu ditinggalkan, malah langsung dipasang sebagai starter dalam laga yang sangat krusial. Seberapa besar tekanan yang dia rasakan?

Dengan 3-5-2, Italia bermain mengandalkan umpan-umpan silang. Itu membuat pekerjaan dua bek sentral tinggi besar milik Swedia jadi lebih mudah. Serangan-serangan Italia dipatahkan.

Tak kunjung bisa membobol gawang Swedia, staf Ventura memberi instruksi kepada Daniele De Rossi yang ada di bangku cadangan untuk melakukan pemanasan dan bersiap-siap. Gelandang veteran itu menanggapinya dengan marah-marah.

"Kenapa harus aku? Kita tak butuh imbang, kita ini butuh menang!"

De Rossi lalu menunjuk Lorenzo Insigne, penyerang paling on fire Serie A waktu itu, yang juga duduk bangku cadangan. Dia mengisyaratkan bahwa Italia saat itu lebih butuh penyerang daripada menambah gelandang.

Peluit panjang di San Siro kala itu juga menandai berakhirnya sebuah era. Gianluigi Buffon, Daniele De Rossi, Giorgio Chiellini, dan Andrea Barzagli menyatakan pensiun dari tim nasional.

3 dari 10 halaman

Menolak Mundur, Akhirnya Dipecat

Menolak Mundur, Akhirnya Dipecat

Ventura (c) AFP

Gagal membawa Italia lolos ke Rusia 2018, Ventura tak serta merta mundur secara jantan.

"Saya masih mencatatkan salah satu hasil terbaik dalam 40 tahun terakhir: Saya hanya kalah dua kali dalam dua tahun (sesuai data, Ventura kalah di 3 pertandingan bersama Timnas Italia -red)."

Setelah menolak mundur, dua hari berselang, pada 15 November 2017, Ventura akhirnya dipecat. Presiden FIGC, Carlo Tavecchio, yang juga dinilai bersalah besar, mengundurkan diri lima hari setelahnya, pada 20 November 2017.

4 dari 10 halaman

Caretaker Luigi Di Biagio

Caretaker Luigi Di Biagio

Luigi Di Biagio (c) AFP

Pada 5 Februari 2018, Luigi Di Biagio dipercaya menjadi caretaker untuk dua uji coba melawan Argentina dan Inggris, 23 Maret 2018 serta 27 Maret 2018.

Di Biagio memanggil Buffon dan Chiellini, yang sebelumnya sudah mengatakan akan pensiun usai dikandaskan Swedia.

Buffon bermain melawan Argentina, yang berkesudahan 0-2 untuk kekalahan Italia. Setelah itu, Italia bermain imbang 1-1 melawan Inggris.

5 dari 10 halaman

Era Baru Bersama Roberto Mancini

Era Baru Bersama Roberto Mancini

Roberto Mancini (c) FIGC

Pada 15 Mei 2018, FIGC mengumumkan bahwa Di Biagio akan kembali menangani Italia U-21, dan Roberto Mancini akan jadi pelatih baru tim senior Italia.

Pada 28 Mei 2018, dalam laga pertamanya, Mancini membawa Italia mengalahkan Arab Saudi di laga uji coba. Italia menang lewat gol-gol Mario Balotelli dan Andrea Belotti.

Namun, di awal tentu masih banyak kendala. Mancini tak bisa begitu saja menanamkan ide-ide sepak bolanya di timnas Italia.

Di pertandingan kedua, melawan Prancis pada 1 Juni 2018, Italia menyerah 1-3.

September 2018, tantangan sebenarnya dimulai. Italia tampil di edisi perdana UEFA Nations League. Dua laga pertama mereka adalah melawan Polandia dan Portugal.

Mancini memanggil lagi Giorgio Chiellini, yang sebelumnya ditinggalkan akibat cedera. Chiellini diangkat sebagai kapten baru Italia menyusul pensiunnya Buffon dari tim nasional.

Melawan Polandia di Stadio Renato Dall’Ara, Italia bermain imbang 1-1. Satu gol Italia dicetak Jorginho dari titik penalti. Tandang ke Lisbon untuk menghadapi Portugal, yang notabene merupakan juara EURO 2016, pasukan Mancini menyerah 0-1.

Setelah itu, hingga 11 pertandingan berikutnya, Italia tak lagi tersentuh kekalahan. Meski finis peringkat dua di UEFA Nations League A Grup 3, itu bukan masalah.

6 dari 10 halaman

Kualifikasi EURO 2020

Kualifikasi EURO 2020

Jorginho (c) AP Photo

Di Kualifikasi EURO 2020, Italia-nya Mancini menunjukkan kehebatan mereka yang sebenarnya. Hanya butuh tujuh pertandingan bagi mereka untuk memastikan kelolosan.

Italia menjamu Yunani di Stadio Olimpico, Roma, pada matchday 7 Kualifikasi EURO 2020 Grup J, Minggu (13/10/2019). Italia membutuhkan kemenangan untuk mengunci kelolosan. Italia mendapatkannya.

Dengan seragam spesial Renaisans berwarna hijau, yang mendobrak 'tradisi biru' mereka, Italia menang 2-0. Italia menang lewat penalti Jorginho menit 63 dan gol pemain pengganti Federico Bernardeschi menit 78. Italia lolos kualifikasi dengan tiga laga tersisa, untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.

Bagi Mancini, ini adalah perpanjangan kontrak otomatis sebagai pelatih Italia. Ini pasti disambut baik oleh para pendukung Italia.

Secara keseluruhan, permainan Italia racikan Mancini mungkin belum sempurna. Namun, statistiknya, harus diakui, sangat mengesankan.

Tujuh pertandingan, tujuh kemenangan, mencetak 20 gol, dan cuma tiga kali kebobolan.

Sepanjang sejarah partisipasinya di babak kualifikasi, baik Piala Dunia maupun Piala Eropa, 20 gol dalam tujuh pertandingan adalah yang terbaik oleh Italia. Rata-ratanya hampir 3 gol per laga. Untuk tim dari negara sepak bola yang identik dengan pertahanan tembok besi, ini jelas istimewa.

7 dari 10 halaman

Calon Pemecah Rekor

Calon Pemecah Rekor

Roberto Mancini (c) AFP

Italia selalu menang di Kualifikasi EURO 2020 hingga pertandingan ketujuh mereka. Ditambah hasil uji coba melawan Amerika Serikat pada 20 November 2018, yang berkesudahan 1-0, berarti anak-anak asuh Mancini selalu menang dalam delapan laga terakhir di semua ajang.

Italia ditunggu laga tandang kontra Liechtenstein pada matchday 8 Grup J Kualifikasi EURO 2020, Rabu (16/10/2019). Jika menang, ada satu rekor yang menunggu mereka.

Italia racikan Mancini berpotensi menyamai rekor winning streak terpanjang dalam sejarah mereka.

Rekornya saat ini dipegang oleh Vittorio Pozzo, pelatih yang membawa Italia meraih dua gelar Piala Dunia pertama mereka pada 1934 dan 1938. Waktu itu, Pozzo membawa Azzurri mencatatkan sembilan kemenangan beruntun antara 1938 dan 1939.

8 dari 10 halaman

Italia yang Menjanjikan

Italia yang Menjanjikan

Roberto Mancini dan pemain-pemain Italia (c) AFP

Di tangan Mancini, Italia diyakini punya masa depan yang menjanjikan. Timnya meraih kemenangan demi kemenangan. Meski tak tampil dalam performa terbaik, mereka tetap mampu menjebol gawang lawan.

Di tangan Mancini, Italia memiliki identitas permainan yang jelas. Tak kalah penting, pertahanan mereka masih sulit diruntuhkan. Selain itu, kesempatan untuk pemain-pemain muda juga selalu terbuka.

"Saya selalu percaya bahwa Italia punya pemain bertalenta. Kami mungkin harus sedikit menunggu kedewasaan mereka, namun talenta mereka tetap ada," tutur Mancini di acara Festival dello Sport, seperti dikutip dari Football Italia.

"Pada satu waktu, ada situasi, seperti kegagalan di kualifikasi Piala Dunia 2018. Namun, saya merasa sepak bola Italia telah menyediakan beberapa pemain terbaik di dunia."

9 dari 10 halaman

Statistik Roberto Mancini di Timnas Italia

Statistik Roberto Mancini di Timnas Italia

Roberto Mancini (c) AFP
  • 28-05-2018 Italia 2-1 Arab Saudi
  • 01-06-2018 Prancis 3-1 Italia (Friendly)
  • 07-09-2018 Italia 1-1 Polandia (UNL)
  • 10-09-2018 Portugal 1-0 Italia (UNL)
  • 10-10-2018 Italia 1-1 Ukraina (Friendly)
  • 14-10-2018 Polandia 0-1 Italia (UNL)
  • 17-11-2018 Italia 0-0 Portugal (UNL)
  • 20-11-2018 Italia 1-0 Amerika Serikat (Friendly)
  • 23-03-2019 Italia 2-0 Finlandia (Kualifikasi EURO)
  • 26-03-2019 Italia 6-0 Liechtenstein (Kualifikasi EURO)
  • 08-06-2019 Yunani 0-3 Italia (Kualifikasi EURO)
  • 11-06-2019 Italia 2-1 Bosnia (Kualifikasi EURO)
  • 05-09-2019 Armenia 1-3 Liechtenstein (Kualifikasi EURO)
  • 08-09-2019 Finlandia 1-2 Liechtenstein (Kualifikasi EURO)
  • 12-10-2019 Italia 2-0 Yunani (Kualifikasi EURO).

Italia Bersama Roberto Mancini

  • Pertandingan: 15
  • Menang: 10
  • Imbang: 3
  • Kalah: 2
  • Gol: 27
  • Kebobolan: 10.

Dari semua pemain yang sudah dipanggil ke skuat Italia oleh Mancini, ada dua pemain yang telah memainkan pertandingan lebih banyak dibandingkan para kompatriotnya. Dua pemain itu adalah Jorginho dan Leonardo Bonucci (masing-masing 14 penampilan sejauh ini).

Menguntit mereka adalah Federico Chiesa (13), Nicolo Barella, Marco Verrati, dan Gianluigi Donnarumma (masing-masing 10).

Sementara itu, ada 16 pemain berbeda yang sudah mencetak gol untuk tim nasional Italia di era kepelatihan Mancini. Termasuk di antaranya adalah Jorginho (3), Lorenzo Insigne (2), dan Stefano Senso (1).

10 dari 10 halaman

Optimistis Menatap Masa Depan

Optimistis Menatap Masa Depan

Italia (c) AP Photo

Dengan identitas permainan yang jelas, konsistensi, sederet talenta berkualitas, hingga pemain-pemain berpengalaman di skuat mereka, Italia boleh optimistis menatap masa depan. Bersama Mancini, yang sejauh ini terbukti mampu mengeluarkan kemampuan terbaik para pemainnya, itu bisa diwujudkan.

Italia saat ini memang belum sempurna. Namun, masih cukup waktu bagi mereka untuk memoles dan membenahi semua kekurangan yang ada.

Yang jelas, Mancini berharap Azzurri akan lebih baik lagi di putaran final EURO 2020 mendatang. Pasalnya, saat ini mereka sudah dianggap sebagai salah satu favorit juara.

Ya, periode gelap itu telah lewat.