Francesco Totti, sang Fantasista Nyawa Serangan Italia kala Menjuarai Piala Dunia 2006

Francesco Totti, sang Fantasista Nyawa Serangan Italia kala Menjuarai Piala Dunia 2006
Francesco Totti (c) Bola.net

Bola.net - Sejumlah nama mengemuka saat kita bicara tentang kesuksesan Italia menjuarai Piala Dunia 2006 di Jerman. Salah satunya adalah Francesco Totti, sang fantasista yang menjadi nyawa serangan Italia.

Berangkat dengan diselimuti keraguan pasca-skandal Calciopoli yang menggemparkan persepakbolaan mereka, Italia justru meraih prestasi luar biasa. Gli Azzurri, dengan tim solid yang dipoles tangan dingin Marcello Lippi, menjadi yang terbaik di muka bumi dan merengkuh gelar juara dunia mereka yang keempat.

Ada Gianluigi Buffon yang tampil solid di bawah mistar.

Ada Fabio Cannavaro dan Marco Materazzi yang menjadi pilar di jantung pertahanan.

Ada Andrea Pirlo yang mengorkestra permainan dari posisi regista.

Ada Fabio Grosso yang muncul sebagai pahlawan tak terduga.

Ada Alessandro Del Piero yang memberi vonis kepada Jerman di semifinal, tak lama setelah Grosso meruntuhkan mental baja mereka.

Ada pula Francesco Totti yang terlibat hampir dalam setiap proses terciptanya gol-gol Italia.

1 dari 4 halaman

Fantasista, Spesies Langka

Dalam dunia sepak bola, ada satu spesies langka. Pemain tersebut memiliki skill, teknik, visi, dan gaya permainan yang flamboyan. Nomor 10 pun biasanya identik dengannya. Di Italia, pemain dengan karakteristik seperti ini disebut fantasista.

Kata kuncinya adalah imajinasi permainan. Pemain tipe ini kerap melakukan hal-hal tak terduga. Dalam hal ini, seorang fantasista berada satu level di atas regista maupun trequartista.

Italia pernah punya beberapa fantasista. Dua di antaranya adalah Francesco Totti dan Alessandro Del Piero, yang terlahir di satu era yang sama. Mereka berdua bahkan masuk dalam skuad Italia untuk Piala Dunia 2006.

Waktu itu, Totti merupakan ikon di klub AS Roma, sedangkan Del Piero ikon di Juventus.

2 dari 4 halaman

Nyaris Tak Dibawa

Nyaris Tak Dibawa

Francesco Totti, AS Roma 1992-2017 (c) Bola.net

Di Piala Dunia 2006, Totti adalah pilihan utama sang pelatih Marcello Lippi. Dibandingkan Del Piero, yang mencetak satu gol ketika masuk sebagai pemain pengganti kala melawan Jerman di semifinal, Totti tampil di setiap pertandingan Gli Azzurri.

Totti sebelumnya sebenarnya nyaris tak dibawa ke Piala Dunia itu akibat cedera. Namun, Lippi tak buru-buru mencoretnya. Lippi dengan sabar menunggunya. Totti akhirnya sembuh tepat waktu untuk masuk skuad, dan itu menjadi berkah buat Italia. 

Sepanjang turnamen, Totti tampil di ketujuh pertandingan Italia, dari penyisihan grup sampai final. Totti juga mencatatkan total 185 operan dan 19 tembakan, serta empat assist dan satu gol untuk Italia.

Kontribusi Totti sangat besar. Dia adalah nyawa serangan Italia.

Totti bahkan terpilih masuk All-Star Team bersama enam kompatriotnya, yakni Gianluigi Buffon, Fabio Cannavaro, Gianluca Zambrotta, Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, dan Luca Toni.

3 dari 4 halaman

Terlibat dalam Hampir Separuh Gol Italia

Di Piala Dunia 2006, Italia mencetak total 12 gol dan hanya kebobolan dua. Dari 12 gol itu, lima di antaranya melibatkan Totti dalam prosesnya.

Totti memberi kontribusi satu gol dan empat assist. Kontribusinya itu mengalahkan rekan-rekannya yang lain.

4 dari 4 halaman

Pilar Italia

Pilar Italia

Italia, juara Piala Dunia 2006 (c) AFP

Di turnamen itu, Totti merancang gol Andrea Pirlo melalui tendangan sudut pendek dalam kemenangan 2-0 atas Ghana pada laga pertama Italia.

Totti merancang gol Marco Materazzi dari corner dalam laga terakhir Italia di penyisihan grup, menang 2-0 atas Republik Ceko.

Totti mencetak gol penalti injury time untuk memastikan kemenangan 1-0 atas Australia di babak 16 besar.

Totti merancang dua gol Italia dalam kemenangan 3-0 atas Ukraina di perempat final, yakni gol pembuka Zambrotta dan satu dari dua gol Toni.

Totti juga terlibat dalam serangan balik cepat Italia, yang berakhir dengan gol Alessandro Del Piero dari assist Alberto Gilardino, untuk memastikan kemenangan 2-0 atas tuan rumah Jerman di semifinal.

Italia akhirnya keluar sebagai juara. Di balik kesuksesan itu, ada sang fantasista sebagai salah satu pilarnya.