Sudah Layakkah Valentino Rossi Dianggap 'Tua'?

Sudah Layakkah Valentino Rossi Dianggap 'Tua'?
Valentino Rossi (c) AFP

Bola.net - - Fakta bahwa Valentino Rossi kini telah berusia 38 tahun, menimbulkan berbagai opini di kalangan penggemar MotoGP. Beberapa mengaku kagum melihatnya masih kompetitif di usia yang tak lagi muda, tapi tak sedikit juga yang yakin The Doctor sudah tak mampu lagi tampil perkasa dan mengantongi banyak kemenangan. Di pihak manakah kamu?

Sejak menjalani debut di GP125 pada 1996 silam, Rossi memang diprediksi bakal menjadi salah satu rider terhebat di jagat Grand Prix. Hal ini ia buktikan lewat sembilan gelar dunia yang sudah ia koleksi : GP125 1997, GP250 1999, GP500 2001, serta MotoGP 2002, 2003, 2004, 2005, 2008 dan 2009. Ini belum termasuk puluhan, bahkan mungkin ratusan rekor yang ia gores.

Sayang, Rossi dianggap mulai meredup sejak mengambil keputusan yang mencengangkan, yakni hijrah ke Ducati Corse pada musim 2011-2012. Dalam masa-masa itu, nyatanya The Doctor hanya mampu meraih tiga podium dalam dua musim, finis di posisi lima besar pun harus susah payah. Yakin tak ada harapan, ia memutuskan kembali ke Yamaha pada awal 2013.

Keputusannya kembali ke Yamaha ini ternyata merupakan gagasan yang bagus, mengingat ia kembali tampil di papan atas. Namun kini, dengan usia yang telah menginjak 38 tahun, sudah waktunya kah Rossi dianggap 'tua'? Simak ulasan Tim Bola.net soal kiprah Rossi berikut ini, Bolaneters!

1 dari 6 halaman

Terlahir Kembali

Terlahir Kembali

Beruntung, Yamaha mau membuka tangan mereka lebar-lebar untuk menyambut Rossi kembali pada 2013. Ia pun fokus kembali ke performanya yang terdahulu, dan hasilnya tak buruk-buruk amat. Tahun itu, ia menduduki peringkat keempat dan tampil lebih kompetitif di setiap pekan balap.

Pada 2014, Rossi resmi membentuk VR46 Riders Academy yang diisi rider-rider muda Italia. Meski Rossi berusia 35 tahun, berlatih dengan anak-anak muda justru membuatnya merasa lebih muda, dan mampu menyesuaikan diri dengan gaya balap generasi rider yang lebih baru.

Uniknya, 2014 juga dianggap sebagai tahun kebangkitan Rossi yang sesungguhnya. Dari 18 seri, 16 kali ia selalu masuk lima besar, mengoleksi 13 podium termasuk dua kemenangan. Rossi lah penantang utama Marc Marquez musim itu, walau akhirnya harus puas duduk di peringkat runner up dengan ketertinggalan 67 poin.
2 dari 6 halaman

Skandal dan Dominasi

Skandal dan Dominasi

Tak pelak lagi, tahun 2015 merupakan tahun di mana Rossi memiliki peluang yang benar-benar nyata untuk merebut gelar dunia ke-10. Berusia 36 tahun, ia konsisten finis lima besar di seluruh seri, mengoleksi 16 podium termasuk empat kemenangan. Sejak seri pertama, ia pun dominan dan sama sekali tak pernah turun dari puncak klasemen pembalap.

Sayang, skandal 'Sepang Clash' bersama Marquez merupakan titik awal kegagalannya meraih gelar ke-10. Lagi-lagi ia harus puas duduk di peringkat runner up, hanya tertinggal lima poin dari Jorge Lorenzo.

Meski begitu, performa Rossi sepanjang tahun tetap mendapat pujian dari sana-sini, mengingat ia tak lagi muda dan melawan para rider muda yang levelnya jauh lebih tinggi ketimbang lawan-lawannya yang terdahulu.
3 dari 6 halaman

Kompetisi Kian Ketat

Kompetisi Kian Ketat

Selama MotoGP 2016, Rossi lagi-lagi membuktikan ia punya 'unfinished business' dengan para rival dan pihak-pihak yang meragukannya. Seperti musim 2014, ia kembali menjadi penantang utama Marquez dalam perebutan gelar dunia, meski catatannya di atas kertas tak segemilang 2015.

Sepanjang musim, The Doctor mengoleksi 10 podium yang dua di antaranya merupakan kemenangan. Ia juga mengakhiri musim di peringkat runner up, di belakang Marquez dengan ketertinggalan 49 poin.

Perlu diingat, 2016 menghadirkan sembilan pemenang berbeda, dengan peta persaingan yang sangat ketat, bahkan merupakan salah satu musim terketat dalam sejarah kelas tertinggi Grand Prix. Dan lagi-lagi, dalam usia yang tak lagi belia, Rossi membuktikan dirinya belum habis.
4 dari 6 halaman

Cedera dan Kejutan

Cedera dan Kejutan

Tahun ini, Rossi mengalami dua cedera. Cedera pertama ia dapat usai kecelakaan dalam latihan motocross di Italia pada akhir Mei, yang menyebabkan trauma pada area dada dan perut. Cedera kedua ia dapat usai kecelakaan enduro pada akhir Agustus, mengakibatkan patah tulang fibula dan tibia pada kaki kanan.

Ini jelas merugikan Rossi dalam kans merebut gelar, dan banyak orang meyakini bahwa usialah 'si pembawa sial' bagi Rossi, bahwa ia tak lagi mampu berlatih dan bahkan berkompetisi. Meski begitu, lagi-lagi Rossi mematahkan semua argumen itu.

Diprediksi butuh 30-40 hari masa pemulihan dari cedera kaki, ia justru pulih lebih cepat. Hanya 22 hari pascaoperasi, ia tampil kompetitif dengan menduduki posisi ketiga di kualifikasi. Sesi balap pun lebih mengherankan lagi. Selepas start, ia langsung merangsek ke posisi kedua, membuntuti Lorenzo dengan ketat selama 11 lap.

Rossi yang akhirnya finis kelima mengaku agak kesakitan di paruh kedua balapan, namun menyatakan bahwa rasa sakit bukanlah masalah utamanya, melainkan masalah ban. Performa, motivasi dan kegigihan Rossi pun langsung mendapat berbagai pujian dan banyak acungan jempol.
5 dari 6 halaman

Usia Jaminan Tua?

Usia Jaminan Tua?

Legenda balap asal Inggris, sekaligus eks rider GP500 dan WorldSBK, Simon Crafar pun menggambarkan performa Rossi dalam sebuah twit, "Tak ada yang spesial soal balapan dalam keadaan cedera, karena kebanyakan pembalap jelas akan melakukannya. Tapi tampil kompetitif di @MotoGP dalam keadaan cedera, merupakan hal yang mengagumkan. #VR46"

Nah, coba kita rangkum soal kiprah Rossi di MotoGP selama lima musim terakhir, di kala banyak orang menganggap ia sudah waktunya pensiun.

Pertama, menduduki peringkat runner up dengan margin poin yang tak jauh tertinggal di tiga tahun terakhir.
Kedua, masih bersenang-senang dan mampu bertarung sengit dengan rider-rider yang jauh lebih muda.
Ketiga, masih menjadi ancaman dalam perebutan kemenangan dan bahkan gelar dunia.
Keempat, kembali dari cedera cukup cepat sekaligus tetap tampil kompetitif.

Maka, sudah layakkah seorang Valentino Rossi, yang berusia 38 tahun, dianggap 'tua'? Apakah usia yang bertambah merupakan jaminan bahwa jiwa, talenta dan semangat juga ikut menua dan surut?
6 dari 6 halaman

Masa Depan VR46

Masa Depan VR46

Performa-performa kuatnya sejak kembali ke Yamaha, hingga kini masih membuat Rossi ingin terus balapan. Kontraknya akan habis pada akhir 2018 nanti, namun ia sama sekali tak menutup kemungkinan akan memperpanjang kontrak untuk musim 2019 dan 2020, yakni saat dirinya menginjak usia kepala empat.

Meski begitu, perpanjangan kontrak ini punya satu syarat, dan syarat itu bukan kewajiban yang harus dilakukan Yamaha, melainkan kewajiban yang harus dilakukan Rossi untuk dirinya sendiri. Bila ia terbukti masih mampu tampil garang di enam seri pertama 2018, maka dengan senang hati ia akan menandatangani perpanjangan kontrak.

Sahabat sejak kecil sekaligus asisten pribadinya, Alessio 'Uccio' Salucci pun mengaku tak yakin Rossi akan gantung helm begitu saja pada akhir 2018. "Saya rasa ia akan melanjutkannya. Jika ia terus punya performa baik, saya tak lihat alasan untuk berhenti. Vale cukup cerdas dan rendah hati untuk paham kapan ia harus pensiun. Tapi momen itu belum datang," tuturnya.

Jadi, Bolaneters, masih betah dan penasaran dalam menyaksikan aksi si legenda hidup ini, 'kan?