Repsol Honda Soal Alex Marquez: Jangan Lihat Nama Belakangnya

Repsol Honda Soal Alex Marquez: Jangan Lihat Nama Belakangnya
Pebalap Estrella Galicia 0,0 Marc VDS, Alex Marquez (c) AP Photo

Bola.net - Manajer Tim Repsol Honda, Alberto Puig, angkat bicara soal alasan pihaknya menggaet Alex Marquez sebagai pengganti Jorge Lorenzo di MotoGP 2020. Kepada Crash.net, Puig mengaku pertimbangan soal Alex telah dilakukan sejak mereka menerima kabar dari Lorenzo soal keputusannya untuk pensiun.

Alex dan Johann Zarco merupakan dua kandidat, namun Honda baru memutuskan opsi dijatuhkan kepada Alex pada 'jam-jam terakhir'. Puig juga menjelaskan alasan pihaknya tak menggaet salah satu rider LCR Honda. "Jika ingin bikin semuanya simpel, gantikan saja rider yang pergi dari tim yang ditinggalkan," ujarnya.

Puig juga menyatakan bahwa menggaet Alex yang berusia 23 tahun, juga sesuai dengan program Honda Racing Corporation (HRC) untuk mencari rider muda. Kebetulan, tiga rider Honda lainnya sudah tak lagi begitu muda, yakni Marc Marquez (26), Cal Crutchlow (34), dan Takaaki Nakagami (27).

1 dari 2 halaman

Sesuai dengan Program Honda

"Benar bahwa Honda mencoba menemukan rider untuk masa depan, yakni generasi muda. Jadi kami pun memberi Alex kesempatan ini, berdasar fakta bahwa ia juara dunia Moto2 yang baru, masih muda, dan kami yakin ini bisa jadi peluang baik untuknya," ungkapnya.

Puig juga mengingatkan banyak pihak untuk tak semata-mata menilai Alex dari nama belakangnya, mengingat ia adik kandung dari Marc. Pria asal Spanyol ini meyakini, juara dunia Moto2 seperti Alex memang layak mendapat kesempatan turun di tim pabrikan.

"Jika Anda tak mementingkan namanya, saya rasa semua rider yang meraih gelar dunia memang layak dapat kesempatan macam ini. Satu-satunya faktor yang tak biasa hanyalah nama belakangnya," ujar eks manajer Dani Pedrosa ini.

2 dari 2 halaman

Beban Terbesar Alex Bukanlah Marc

Puig juga mengaku telah meyakinkan Alex bahwa beban terbesarnya di MotoGP bukanlah fakta bahwa dirinya adik dari seorang delapan kali juara dunia, melainkan tingkat kesulitan teknis dan persaingan di kelas tertinggi.

"Saya rasa beban Alex bukanlah kisah hidupnya, melainkan tingkat kesulitan kategori ini. Itulah masalah terbesarnya. MotoGP adalah kelas yang sangat rumit dan Anda harus bisa menahan beban yang tercipta dari fakta Anda balapan di kejuaraan ini," tuturnya.

"Tapi ini bukan tahap 'beban', melainkan tahap belajar bagi Alex. Ia harus memahami ban, dan meningkatkan level performanya dengan tipe motor ini. Beban akan jadi faktor sekunder," pungkas Puig yang juga akan mendampingi Alex dalam uji coba pascamusim di Valencia, Spanyol, 19-20 November.