Petronas: 2 Kemenangan MotoGP Bukti Fabio Quartararo Bukan Lagi Medioker

Petronas: 2 Kemenangan MotoGP Bukti Fabio Quartararo Bukan Lagi Medioker
Pembalap Petronas Yamaha SRT, Fabio Quartararo (c) SRT

Bola.net - Direktur Tim Petronas Yamaha SRT, Johan Stigefelt, sangat bangga sang rider Fabio Quartararo sukses merebut dua kemenangan beruntun di MotoGP Spanyol dan Andalusia, yang sama-sama digelar di Jerez pada 19 dan 26 Juli. Kepada Motorsport Magazine, 'Stiggy' menyebut hasil ini membuktikan El Diablo bukan lagi rider medioker.

Dalam kedua seri ini, Quartararo juga sukses meraih pole. Selain itu, ia juga menang dengan gaya yang dominan, yakni sekalinya memimpin, ia melenggang di depan tanpa ancaman rider lain. Dalam masing-masing balapan, ia finis unggul 4,6 dan 4,5 detik di depan rider Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales, yang finis kedua.

"Sungguh sulit mendeskripsikan teknik berkendara Fabio, tapi ia tak pernah melakukan kesalahan. Ia selalu meletakkan motornya di titik yang sama, di area pengereman yang sama, di mana pun ia sama. Ia sangat akurat dan tak pernah melakukan kesalahan," tutur Stigefelt.

"Itulah yang bikin kami kaget ketika melihat datanya. Rider lain selalu melakukan kesalahan. Mereka mengerem terlalu lambat atau masuk tikungan terlalu cepat, tapi Fabio sangat akurat. Itulah kelebihannya dari rider lain," lanjut pria asal Swedia ini.

1 dari 3 halaman

Mampu Kendalikan Ban Lebih Baik dari yang Lain

Mampu Kendalikan Ban Lebih Baik dari yang Lain

Direktur Tim Petronas Yamaha SRT, Johan Stigefelt (c) SRT

Eks rider GP250 dan GP500 ini juga mengaku timnya sangat kagum pada cara Quartararo mengendalikan ban. Semua pebalap yang turun lintasan dalam Seri Andalusia memakai ban depan keras dan ban belakang lunak (kecuali Alex Rins yang pakai ban depan lunak), dan Quartararo superior dibanding lainnya.

"Saat kami melihat data Fabio, bannya bekerja sangat baik, meski ban ini tak terlalu bekerja dengan sempurna untuk semua rider. Kami lihat data Franco (Morbidelli), dan ia agak lebih kesulitan karena ia lebih agresif saat mengerem, dan ia lebih miring, dan agresif pada gas," kisah 'Stiggy'.

"MotoGP saat ini adalah soal cara pebalap mengendalikan ban. Itulah talenta super Fabio, ia mengendalikan ban dengan sangat baik. Hari ini Maverick kesulitan dengan bannya, tapi Fabio tidak, meski setup motor mereka sangat mirip," lanjut pria berusia 44 tahun ini.

2 dari 3 halaman

Kepala Dingin, Rendah Hati, dan Bukan Lagi Medioker

Ketenangan Quartararo dalam berkendara dan caranya yang telaten dalam bekerja, membuat Stigefelt makin kagum pada rider 21 tahun itu. Menurutnya, Quartararo telah memanfaatkan kepercayaan timnya dengan baik usai masa kelam di Moto3 dan Moto2 usai dua kali menjuarai CEV Moto3 pada usia yang sangat belia.

"Fabio benar-benar berkepala dingin dan kakinya sungguh memijak bumi. Ia tahu benar kesempatan yang kami beri padanya tahun lalu dan ia tahu betapa kerasnya kami bekerja untuknya," ungkap Stigefelt.

"Saat kami menggaetnya, ia bukan opsi utama untuk MotoGP karena ia medioker di Moto2. Tapi ia memanfaatkan kontrak dan tanggung jawab yang kami beri. Saat ia datang kepada kami, jalan pikirannya sudah matang, begitu pula saat menjelaskan cara kerja motornya. Tapi kini ia sudah jadi pria dewasa, bukan anak-anak lagi," pungkasnya.