Para Legenda Italia Jagokan Pecco Bagnaia Jadi Penerus Valentino Rossi

Para Legenda Italia Jagokan Pecco Bagnaia Jadi Penerus Valentino Rossi
Franco Morbidelli, Pecco Bagnaia, dan Enea Bastianini (c) Yamaha, Ducati, Esponsorama

Bola.net - Menjelang pensiunnya Valentino Rossi di MotoGP, tak pelak lagi banyak orang yang bertanya-tanya siapa yang bisa menjadi penerusnya kelak. Bagi penggemar Italia, jawaban dari pertanyaan tersebut bahkan jauh lebih penting dari penggemar dari negara-negara lain. Pasalnya, mereka tentu ingin punya rider andalan usai The Doctor tak lagi mengaspal.

Musim depan terdapat tujuh rider Italia yang berlaga di MotoGP, yakni Pecco Bagnaia, Franco Morbidelli, Andrea Dovizioso, Luca Marini, Enea Bastianini, Fabio di Giannantonio, dan Marco Bezzecchi, meski 'Bez' masih harus menunggu pengumuman resmi. Dua musim belakangan, Bagnaia, Morbidelli, dan Bastianini pun tampil mencolok.

Morbidelli merupakan runner up MotoGP 2020 meski saat itu mengendarai motor Yamaha yang berusia dua tahun. Bagnaia musim ini sengit memperebutkan gelar dengan Fabio Quartararo. Sementara itu, Bastianini yang masih berstatus debutan, belakangan tampil garang, meraih dua podium, meski pakai motor Ducati yang berusia dua tahun.

Para legenda asal Italia, yakni Giacomo Agostini (15 kali juara dunia), Max Biaggi (4 kali juara dunia), dan Marco Lucchinelli (1 kali juara dunia) belakangan memberikan opini lewat La Gazzetta dello Sport soal siapa di antara ketiga rider tersebut yang bisa menjadi penerus Rossi sebagai rider andalan utama Italia di MotoGP.

Siapa sih yang mereka jagokan? Berikut ulasannya seperti yang dikutip dari MotoGP.com pada Rabu (27/10/2021).

1 dari 3 halaman

Giacomo Agostini

Giacomo Agostini

Legenda MotoGP sekaligus 15 kali juara dunia Grand Prix balap motor dunia, Giacomo Agostini. (c) MotoGP.com

"Bagnaia sedang menjalani momen-momen magis, caranya berkendara mendekati kesempurnaan. Saya tak pernah mengira ia bakal kecelakaan pada Minggu (24/10/2021). Namun, berkendara pada limitnya seperti itu, apa saja bisa terjadi.

"Usai Aragon, saya ucapkan selamat padanya. Apakah Anda bisa paham bagaimana rasanya berkendara sepanjang balapan dengan Marc Marquez hanya berjarak 0,1 detik di belakang dan tak melakukan kesalahan apa pun? Pecco rider yang sangat baik, dan saya sangat suka karakternya. Ia orang yang serius, mungkin agak tertutup, tak seterbuka Valentino. Soal ini, saya rasa kami agak mirip.

"Saya juga senang Morbidelli kembali. Tahun lalu dengan tim satelit Yamaha, ia sangat kuat. Sudah jelas ia belum mencapai kondisi terbaiknya, namun talentanya tak perlu dipertanyakan dan beberapa lap pertama pada Minggu membuktikan itu kepada kita. Meski begitu, saat ini, saya melihatnya sedikit di belakang Bagnaia, yang lebih lengkap.

"Soal Bastianini, ia berkembang dengan cara yang tepat. Ia harus bertahan di MotoGP dengan Desmosedici yang berusia dua tahun, dan sedikit demi sedikit Ducati memberikan lebih banyak bantuan. Saya sangat menyukainya, dalam dua balapan di Misano dan satu di Texas, ia menunjukkan bahwa ia terus berkembang. Menontonnya berkendara sungguh menyenangkan."

2 dari 3 halaman

Max Biaggi

Max Biaggi

Max Biaggi (c) Aprilia Racing

"Saya menyukai mereka semua, namun jika harus bicara soal sekarang, saya rasa Bagnaia. Tapi jika Anda melihat setahun lalu, ada prestasi baik dari Morbidelli yang finis sebagai runner up dengan hebat, ketika ia bahkan tak 100% didukung oleh Yamaha.

"Saya rasa, sekalinya ia bugar, Morbidelli bisa punya kans yang sangat baik. Apa yang ia lakukan beberapa tahun terakhir bikin saya terkesan, meski ia harus melawan Bagnaia yang saat ini pada realitanya sangat cepat bersama Ducati.

"Dari ketiganya, di atas kertas, yang paling tidak diuntungkan adalah Bastianini, yang takkan dapat dukungan teknis setara dengan yang dua. Namun, Enea membuat saya sangat terkesan dengan caranya balapan: Misano jelas membantunya, namun finis keenam di Texas bukanlah kebetulan.

"Saya kadang mengobrol dengannya, talentanya tak diragukan lagi, dan ia sudah membuktikannya di Moto2. Kini ia di MotoGP dan menunjukkan kualitasnya yang tepat.

3 dari 3 halaman

Marco Lucchinelli

Marco Lucchinelli

Juara dunia GP500 1981, Marco Lucchinelli, dan CEO Dorna Sports, Carmelo Ezpeleta. (c) MotoGP.com

"Saya harus mengatakan bahwa sungguh disayangkan ada begitu banyak rider Italia, karena punya tiga rider Italia saling melawan juga bisa jadi masalah. Tapi juga bisa baik, seperti hari-hari saya dulu ketika melawan Franco Uncini dan Virginio Ferrari. Namun, masih terlalu dini mengatakan siapa yang terbaik dari ketiganya.

"Pada Minggu, saya sangat suka Bagnaia. Memang benar ia kecelakaan, namun ia depan Marc Marquez dan hampir mengalahkannya. Tapi kadang Anda memang bisa jatuh ketika mencoba menang.

"Saya juga suka Morbidelli, yang selalu 'ada' dalam balapan selama tidak kesakitan. Pada awal musim, saya bahkan tak tahu kalau Franco punya masalah lutut. Namun, dengan motor lama pun, ia menunjukkan hal-hal hebat.

"Bastianini? Saya sangat suka Enea, bahkan di kelas-kelas ringan. Ia benar-benar bertalenta hebat. Ia punya motor Ducati tertua, namun ia selalu ada di sana dengan para rider terbaik dan membuktikan bisa sangat konsisten. Ia juga tak pernah mengeluh, dan saya suka orang macam itu."

Sumber: La Gazzetta dello Sport, MotoGP