Para Legenda Bicara Suka Duka Pensiun dari MotoGP

Para Legenda Bicara Suka Duka Pensiun dari MotoGP
Casey Stoner (c) Ducati

Bola.net - - Ketika Valentino Rossi dipastikan tetap berkompetisi sampai akhir 2020, yakni saat usianya mencapai 41 tahun, Dani Pedrosa malah menghebohkan paddock MotoGP dengan keputusannya pensiun dalam usia 33 tahun. Pedrosa mengaku sudah tak lagi memiliki 'api' yang sama setiap kali turun lintasan, dan yakin inilah saat yang tepat untuk gantung helm.

Menyusul keputusan Pedrosa ini, para Legenda MotoGP pun angkat bicara soal masa pensiun mereka lewat MotoGP.com. Beberapa di antara mereka merasa sangat berat meninggalkan dunia balap, namun juga ada yang justru legawa dan tak lagi merindukan motornya dan adrenalin yang terpacu saat bersaing di lintasan.

Simak kisah-kisah unik mereka yang berikut ini yuk, Bolaneters!

1 dari 5 halaman

Giacomo Agostini - Luca Cadalora

Giacomo Agostini - Luca Cadalora

Giacomo Agostini (c) Tutto Motori Web

Agostini diketahui turun di ajang Grand Prix selama 13 tahun, dan di setiap musimnya, ia turun di dua kelas berbeda, yakni GP350 dan GP500. Usai merebut 15 gelar dunia, 159 podium dan 122 kemenangan, ia memutuskan pensiun pada akhir 1977 di mana ia mengakhiri musim di peringkat 16 di GP350 dan peringkat 6 di GP500.

"Dulu, saya memenangkan segalanya. Setelahnya, saya mulai memutuskan untuk tak lagi memenangkan segalanya. Mungkin itulah saatnya untuk memberikan tempat saya kepada rider yang lebih muda. Jadi saya memutuskan untuk pensiun," ujar Agostini.

Cadalora juga merasakan hal serupa. Ia turun di Grand Prix selama 17 tahun dan pernah berkompetisi di GP125, GP250 dan GP500. Usai meraih tiga gelar, ia memutuskan pensiun pada tahun 2000. "Rasanya sungguh berat. Masa-masa saya menyadari bahwa saya harus berhenti balapan adalah masa-masa yang sangat sulit. Saya sangat merindukan motor saya, saya sangat merindukan balapan," ungkap eks pelatih balap Valentino Rossi ini.

2 dari 5 halaman

Freddie Spencer

Freddie Spencer

Freddie Spencer (c) MotoGP.com

Spencer menjalani debut Grand Prix di kelas 500cc pada 1982 dan langsung mengakhiri musim di peringkat ketiga dan merebut gelar setahun setelahnya. Pada 1985, rider asal Amerika Serikat ini sukses meraih gelar ganda di GP250 dan GP500. Saat itulah ia mulai merasa masa pensiunnya telah tiba, meski ia masih tetap balapan sampai tahun 1989. Spencer pun memutuskan pensiun dalam usia 28 tahun.

"Saya harus pensiun usai 1985. Saya benar-benar bisa merasakan masa saya sudah habis, dan itulah hal tersulit untuk dilakukan, yakni percaya pada intuisi soal apa yang seharusnya Anda lakukan. Setiap rider pasti punya sudut pandang berbeda, semua tergantung mengapa Anda melakukannya dan apa yang menjadi motivasi Anda," tuturnya.

Fast Freddie pun punya saran penting untuk para rider-rider masa kini. "Saran terbaik yang bisa saya berikan adalah, ketika Anda kehilangan gairah untuk melakukannya, kehilangan motivasi ekstra untuk mengerahkan segalanya, saat itulah Anda harus benar-benar berhenti," ungkapnya.

3 dari 5 halaman

Kenny Roberts Sr - Kenny Roberts Jr

Kenny Roberts Sr - Kenny Roberts Jr

Carmelo Ezpeleta, Kenny Roberts Sr dan Kenny Roberts Jr. (c) Suzuki

Kenny Roberts Sr dan Kenny Roberts Jr hingga kini masih merupakan satu-satunya pasangan ayah-anak yang mampu meraih gelar dunia GP500. Sang senior meraihnya pada tahun 1978, 1979 dan 1980, sementara sang junior meraihnya pada tahun 2000.

Meski begitu, Roberts Sr terhitung hanya enam musim turun di ajang Grand Prix, sebelum akhirnya memutuskan pensiun pada akhir 1983 usai menduduki peringkat runner up. "Saat itu saya sudah punya 3-4 anak untuk dibesarkan sembari tinggal di Amerika Serikat dan balapan di Eropa. Hal ini membuat saya berpikir, 'Tunggu sebentar. Aku telah melakukan segala hal yang dulu aku ingin lakukan. Jadi aku harus berhenti'," ujarnya.

Roberts Jr, mengawali kariernya di kelas GP250 pada 1994 sebelum naik ke kelas para raja pada 1996. Sayang, usai meraih gelar pada 2000, prestasinya terus menurun dan akhirnya memutuskan pensiun pada akhir 2007. "Bagi saya, waktunya tiba saat saya mengendarai paket motor yang tak kompetitif, dan traveling bolak-balik dari Amerika ke Eropa. Jadi alasan saya cukup tipikal," ungkapnya.

4 dari 5 halaman

Kevin Schwantz

Kevin Schwantz

Kevin Schwantz (c) MotoGP.com

Meski hanya meraih satu gelar dunia, yakni di GP500 1993, Schwantz menjadi idola banyak pebalap yang lebih muda, dan prestasi ini cukup membuatnya menyandang status legenda. Sayang, Schwantz menjalani awal 1995 dengan performa yang menurutnya kurang memuaskan. Usai menjalani seri ketiga di Jepang, ia langsung memutuskan pensiun dalam usia 30 tahun.

"Saat menjalani GP Jepang, hujan turun. Saya finis kelima atau keenam. Itu adalah hasil yang sangat buruk. Dalam penerbangan pulang, Wayne Rainey meminta Kenny Roberts Sr untuk membawa saya ke kabin first class dan bicara dengannya. Ia bilang, 'Kau tidak fokus. Kau tak lagi melakukan ini karena kau suka melakukannya. Kau melakukannya hanya karena kau merasa harus melakukannya. Kau harus berhenti'," kisah Schwantz.

Kini, El Pajarito pun merasa lebih santai ketika hadir di balapan-balapan MotoGP. "Saya sudah mengerahkan segalanya sebagai pebalap. Kini rasanya jauh lebih menyenangkan hadir tanpa harus merasakan tekanan mencari cara demi menjadi yang terbaik. Kini saya punya kesempatan lebih banyak untuk mengobrol dengan banyak orang, rasanya lebih menyenangkan," ungkapnya.

5 dari 5 halaman

Casey Stoner

Casey Stoner

Casey Stoner (c) Ducati

Sebagai dua kali juara dunia MotoGP, Casey Stoner 'sukses' menggemparkan paddock dengan keputusannya untuk pensiun dini dalam usia 27 tahun pada akhir 2012. Rider asal Australia ini berkali-kali menjelaskan dirinya tak lagi menikmati balapan dikarenakan tekanan dari media massa dan penggemar para rivalnya.

"Setiap rider pasti punya perasaan berbeda, sementara saya tak lagi menikmatinya. Soal balapan, saya merasa oke-oke saja. Saya rasa bisa melakukan hal yang saya cintai adalah kesempatan fantastis. Tapi semakin lama, balapan justru menjadi bagian terkecil dari pekerjaan saya. Tentu ada beberapa hal yang membuat saya rindu, tapi tak cukup untuk membuat saya mau kembali," ujarnya.

Meski kerap digosipkan bakal kembali balapan, Stoner tak lagi tertarik melakukannya. "Ketika bisa hadir menonton balapan, rasanya menyenangkan karena saya bisa bertemu teman-teman lama dan orang-orang yang pernah bekerja sama dengan saya. Tapi ketika balapan digelar, saya tak tertarik untuk berada di grid. Balapan bukan lagi hal yang saya inginkan, dan saya masih bisa menikmati hidup saya," tutupnya.