'Pabrikan Kecil Bagai Keluarga, Kunci Sukses Suzuki Juarai MotoGP'

'Pabrikan Kecil Bagai Keluarga, Kunci Sukses Suzuki Juarai MotoGP'
Joan Mir dan Suzuki Ecstar merayakan gelar dunia MotoGP 2020. (c) Suzuki

Bola.net - Juara dunia GP500 1993 sekaligus ikon Suzuki, Kevin Schwantz, mengaku sangat bangga melihat pabrikan Hamamatsu, Jepang, itu akhirnya bisa merebut gelar dunia lagi di MotoGP lewat Joan Mir di Valencia, Spanyol, pada Minggu (15/11/2020). Menurut Schwantz, bagi pabrikan sekecil Suzuki, prestasi ini sangat hebat.

Schwantz, yang masih sering muncul di paddock MotoGP sebagai duta Suzuki dan mengamati jalannya musim balap, sejak awal sudah yakin pada program yang mereka bentuk sejak 2015, yakni setelah vakum pada akhir 2011. El Pajarito sangat percaya bahwa Suzuki memiliki insinyur berkualitas dalam merakit GSX-RR.

Namun, yang paling bikin kagum, Manajer Tim Suzuki Ecstar, Davide Brivio, mampu menggaet dua rider yang tepat, yakni Mir dan Alex Rins. "Saya tahu betapa hebat orang-orang di Suzuki dan tahu betapa hebat para ridernya. Tapi pada masa-masa sekarang, segalanya harus sempurna," ujarnya via The Race, Rabu (18/11/2020).

"Jadi, merakit motor yang bisa merebut gelar dunia, sekaligus menggaet para rider yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula, sangatlah sulit. Jadi, saya angkat topi pada semua orang di Hamamatsu, semua orang di Suzuki Ecstar, dari Davide Brivio sampai ke semua bawahannya," lanjut Schwantz.

1 dari 3 halaman

Kagum Joan Mir dan Alex Rins Sama-Sama Kompetitif

Kagum Joan Mir dan Alex Rins Sama-Sama Kompetitif

Alex Rins dan Joan Mir (c) Suzuki

Sebelum sukses meraih kemenangan perdana di MotoGP Eropa, Mir sempat dicemaskan bakal jadi juara dunia 2020 tanpa satu pun kemenangan. Namun, Schwantz justru yakin ia tetap layak jadi juara andaipun tak memenangi balapan, karena ia rider yang paling konsisten tahun ini.

"Joan merupakan orang yang harus mengendarai motor mereka tiap balapan, ia rider yang meraih poin terbanyak dibanding siapa pun, dan dia juga yang juara. Tak perlu didebatkan lagi," tutur pria asal Texas Amerika Serikat ini.

"Yang paling keren adalah, performa kedua rider Suzuki sepekan sebelumnya. Mereka datang ke Valencia, start dari depan, langsung memimpin. Walau Alex melakukan kesalahan dan gagal menang," lanjut Schwantz.

Selain punya banyak insinyur dan dua rider yang mumpuni, Schwantz juga yakin, fakta bahwa Suzuki pabrikan motor yang lebih kecil dari Honda, Yamaha, dan Ducati, bisa jadi faktor kesuksesan yang krusial. Semakin kecil lingkup kerja mereka, maka semakin dekat pula hubungan mereka.

2 dari 3 halaman

Punya Atmosfer Keluarga, Semua Orang Berbaur

Punya Atmosfer Keluarga, Semua Orang Berbaur

Kevin Schwantz (c) MotoGP.com

"Suzuki bagaikan keluarga besar. Memang bukan keluarga dalam makna sebenarnya, tapi mereka pabrikan yang jauh lebih kecil dibanding pabrikan lain. Jadi, mudah saja bagi mereka untuk merasa seperti keluarga," ungkap Schwantz.

Bagi pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha, departemen balap mereka yang ada di lapangan memang dikenal sulit untuk menjalani komunikasi dengan para petinggi mereka di markas. Hal ini pun tak terjadi di Suzuki.

"Jika bertemu orang-orang Suzuki, Anda akan tahu mereka bukan sekadar orang-orang yang bermarkas di Jepang, karena kebanyakan dari mereka benar-benar hadir dalam balapan. Davide membentuk grup yang hebat, dan mereka mempertahankan atmosfer ini," lanjutnya.

"Mereka duduk bersama, makan malam bersama, punya hubungan baik, karena semakin sering mengobrol, maka kinerja mereka juga jadi lebih baik. Tim seperti Suzuki bisa melakukannya karena para insinyur mereka juga berbaur," pungkas Schwantz.

Sumber: The Race