Misteri Maverick Vinales, Yamaha: Kalau Tak Bahagia, Lebih Baik Pergi

Misteri Maverick Vinales, Yamaha: Kalau Tak Bahagia, Lebih Baik Pergi
Maverick Vinales (c) Twitter/Yamaha MotoGP

Bola.net - Managing Director Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis, menyatakan pihaknya tak ingin memaksa Maverick Vinales bertahan jika rider Spanyol itu memang tak lagi bahagia membela Monster Energy Yamaha MotoGP. Kepada Speedweek, Sabtu (21/8/2021), Jarvis menyatakan, berpisah memang keputusan terbaik untuk semua pihak.

Seperti yang diketahui, pada akhir Juni, tepat sehari usai finis kedua dan naik podium di Assen, Vinales dan Yamaha memutuskan berpisah pada 2022. Langkah ini ditegaskan Yamaha sebagai permintaan Vinales sendiri, yang belakangan tampil makin angin-anginan, dan puncak frustrasinya terjadi di Sachsenring, ketika ia finis terbuncit.

Tersiar gosip bahwa keretakan antara Vinales dan Yamaha ini terjadi akibat Vinales 'mogok kerja' di Sachsenring, usai Yamaha memutuskan mengganti sang crew chief, Esteban Garcia dengan Silvano Galbusera terhitung sejak Seri Catalunya, dua pekan sebelum tiba di Sachsenring. Ketika ditanya soal ini, Jarvis ogah banyak komentar.

"Saya punya cara mudah menghindari pertanyaan itu, karena saya tak hadir di Sachsenring. Jadi, saya bisa bilang bahwa saya tak di sana, hingga saya juga tak melihat apa yang sebenarnya terjadi di trek. Saya tak bisa benar-benar membicarakan penolakan Maverick untuk bekerja, karena toh dia turun di semua sesi latihan," ungkapnya.

1 dari 2 halaman

Yamaha Bingung Performa Fluktuatif Maverick Vinales

Yamaha Bingung Performa Fluktuatif Maverick Vinales

Maverick Vinales (c) Yamaha MotoGP

Di lain sisi, Jarvis juga tak memungkiri bahwa performa Top Gun di Sachsenring sangatlah aneh. "Trek itu memang tidak bersahabat dengan kami, namun Fabio Quartararo bisa finis ketiga. Saya hanya bisa bilang bahwa hasil Maverick di Jerman menggarisbawahi masalah yang ia punya pada periode ini dalam kariernya," tuturnya.

Jarvis menyatakan bahwa performa Vinales sangat fluktuatif, dan ini bikin Yamaha bingung. "Kadang, ia bisa terbang ke awan. Kadang, ia juga terjun bebas. Saya rasa itu adalah titik lemahnya. Kadang sulit dijelaskan, sulit dipahami. Bahkan hal macam ini bisa terjadi di antara pagi dan siang hari, dari trek satu ke trek lainnya," lanjutnya.

Yamaha makin pusing lagi usai melihat fakta bahwa Vinales finis kelima di Catalunya, dan mencatat waktu tercepat dalam uji coba sehari setelahnya di trek yang sama, namun finis terbuncit di Sachsenring. Uniknya, sepekan setelahnya, ia malah merebut pole dan finis kedua. Menurut Jarvis, ini tak biasa dan bagai teka-teki.

2 dari 2 halaman

Ogah Paksa Pembalap untuk Bertahan

Ogah Paksa Pembalap untuk Bertahan

Maverick Vinales dan Lin Jarvis pada 2017 (c) Yamaha

"Maverick jelas sangat bertalenta, tapi pada saat yang sama, ia juga misterius. Namun, sangat penting baginya untuk punya mental yang nyaman, kuat, dan bahagia. Ia harus merasa berada di tempat yang tepat. Dengan begitu, ia bisa meraih hasil yang ia inginkan. Mungkin ada rider lain ada yang tak terlalu naik-turun dan lebih ulet," ujar Jarvis.

Tak hanya pisah pada 2022, Vinales juga sempat dijatuhi skors oleh Yamaha. Partisipasinya di Seri Austria ditarik usai telemetrinya menunjukkan bahwa ia sengaja menggeber YZR-M1 secara berlebihan pada empat lap terakhir Seri Styria, hingga berpotensi merusak mesin, serta membahayakan dirinya sendiri dan rider lain.

Tak sampai di situ, Yamaha juga memutus kontrak Vinales secara efektif terhitung pada Jumat (20/8/2021), hingga rider 26 tahun itu takkan membela mereka lagi pada sisa musim. Di lain sisi, pabrikan Garpu Tala juga membebaskan Vinales untuk membela tim lain di sisa musim, yang berarti ia bisa membela Aprilia lebih awal.

"Ketika kami merasa Maverick tak lagi bahagia bersama kami, kami mencari solusi, seperti yang selalu kami lakukan. Prinsip kami adalah tak memaksakan pembalap untuk bertahan. Jika sang atlet tak bahagia, lebih baik mereka meninggalkan kami. Ini lebih baik untuk tim, untuk pembalap, dan semua orang yang terlibat," tutup Jarvis.

Sumber: Speedweek