Mir-Quartararo-Locatelli: Dulu Susah Bareng, Kini di Puncak Dunia

Mir-Quartararo-Locatelli: Dulu Susah Bareng, Kini di Puncak Dunia
Joan Mir, Fabio Quartararo, dan Andrea Locatelli (c) Suzuki/SRT/Yamaha

Bola.net - Joan Mir, Fabio Quartararo, dan Andrea Locatelli. Ketiga pembalap muda ini sedang jadi sorotan di dunia balap motor berlevel internasional. Mir dan Quartararo sedang memperebutkan gelar dunia di MotoGP 2020, sementara Locatelli telah merebut gelar dunia WorldSSP 2020 dengan dominasi luar biasa.

Uniknya, ketiga rider ini pernah bertandem di Moto3 2016, membela Leopard Racing, tim yang kini dikenal kerap mengorbitkan begitu banyak rider bertalenta di kejuaraan dunia. Kala itu, Mir masih berstatus debutan, sementara Quartararo menjalani musim kedua, sementara Locatelli menjalani musim ketiga.

Usai menjuarai Moto3 2015 bersama Danny Kent, Leopard secara mengejutkan memutuskan beralih dari Honda ke KTM pada 2016. Belum punya pengalaman dengan motor pabrikan asal Austria tersebut, Leopard pun jadi kelimpungan pada awal musim, dan ketiga rider ini juga jadi sulit tampil kompetitif.

Namun, di luar hasil balap yang tak seberapa, bos Leopard Racing, Christian Lundberg, mengaku bangga pada ketiga ridernya, yang selalu berperilaku positif dan punya hubungan baik. Hal ini ia sampaikan dalam wawancaranya dengan MotoGP.com, yang dirilis pada Selasa (10/11/2020).

1 dari 5 halaman

Banyak Bercanda, bagai 3 Murid Sekolah Dasar

View this post on Instagram

A post shared by Fabio Quartararo 🇫🇷 (@fabioquartararo20) on

"Itu musim yang berat bagi kami, karena kami pindah dari Honda ke KTM. Pada awal musim, kami kebingungan. Motor kami sulit dikendarai, dan para rider kami jadi gugup. Namun, Joan sangat percaya pada tim kami, dan hasilnya mulai terlihat," ujar Lundberg soal Mir, yang akhirnya merebut gelar dunia 2017 usai Leopard kembali ke Honda.

Lundberg menyatakan, mengatur tiga rider muda memang bukan pekerjaan mudah karena mereka sangat berhasrat tampil kompetitif. Namun, di lain sisi mereka juga menyenangkan untuk diajak bekerja sama. "Mereka semua rider yang masih sangat muda. Rasanya seperti mengatur anak-anak sekolah dasar! Mereka selalu bergurau dengan satu sama lain," ujarnya sembari tertawa.

"Kadang mereka tak sepakat soal beberapa hal, tapi hubungan mereka sangat baik. Sudah jelas masa depan mereka cerah. Saat menggaet mereka, saya cukup yakin dengan Joan, tapi dengan Fabio saya sudah percaya sejak 2013, karena apa yang ia lakukan kala itu (menjuarai CEV Moto3 dalam usia 14 tahun) sama sekali tidak normal. Andrea juga akhirnya mampu meraih 2-3 podium bersama kami," lanjutnya.

Dalam wawancara yang sama, Mir juga mengaku punya banyak kenangan manis di Leopard Racing, apalagi jika mengingat-ingat bahwa pada 2016 ia bertandem dengan Quartararo, yang kini jadi rival terdekatnya dalam perebutan gelar dunia MotoGP 2020, dan Locatelli yang kini sudah berstatus sebagai juara dunia di WorldSSP.

2 dari 5 halaman

Tak Pernah Membayangkan Bisa Sama-Sama Sukses

View this post on Instagram

Dream team 🎯

A post shared by Fabio Quartararo 🇫🇷 (@fabioquartararo20) on

"Saya punya kenangan manis pada 2016, tahun perdana saya di Grand Prix bersama tim yang sangat baik, yakni Leopard Racing. Awalnya kami kesulitan dengan motor yang ada, tapi akhirnya kami bisa tampil kompetitif," ujar Mir, yang kini membela Suzuki Ecstar, mengonfirmasi pernyataan Lundberg soal performa KTM.

Mir yang dua tahun lebih tua dari Quartararo, dan setahun lebih muda dari Locatelli, kala itu belum berpengalaman dibanding kedua tandemnya. Namun, keakraban mereka membuatnya lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja yang ada. "Kami rekan setim yang sangat baik, kami tak pernah punya masalah, kami bersenang-senang," tuturnya.

"Saya ingat, Fabio dan Andrea sangat cepat, saya banyak belajar banyak dari mereka, karena lebih berpengalaman. Saya rasa tak satu pun dari kami pernah membayangkan bahwa saya dan Fabio akan berebut gelar MotoGP. Tapi wajar saja jika kami sangat dekat ketika di Moto3, namun agak menjauh saat makin berumur, karena itu proses dewasa," lanjut Mir.

Locatelli juga kurang lebih memberikan pernyataan serupa. Walau kesulitan mengendarai KTM, pertemanannya dengan Mir dan Quartararo membuat musim 2016 terasa tak kelam-kelam amat. Rider asal Italia ini pun mengaku sangat ingat bahwa mereka tak terpisahkan, terutama saat pekan balap berlangsung.

3 dari 5 halaman

Tak Terpisahkan Selama Jadi Rekan Setim

View this post on Instagram

A post shared by Fabio Quartararo 🇫🇷 (@fabioquartararo20) on

"Tahun 2016 merupakan musim yang menyenangkan, karena saya bertandem dengan dua rider muda lainnya. Tapi kami baru saja memulai proyek baru dengan KTM, dan motornya sangat sulit dipahami, sangat sulit diajak ngotot," ujar Locatelli, yang sempat jadi incaran Valentino Rossi untuk dimasukkan ke VR46 Riders Academy.

"Kami sering menghabiskan waktu bersama. Ganti baju balap saja sering sama-sama. Kami kerap ngobrol soal banyak hal. Anak muda memang begitu, bukan? Selain itu, bagi saya sebuah kesempatan emas bisa bekerja dengan Joan dan Fabio, apalagi jika melihat mereka berdua sudah ada di MotoGP," lanjut rider berusia 24 tahun ini.

Locatelli pun mengaku tak percaya dirinya bisa punya status juara dunia, apalagi ia meraihnya dengan gaya dominan. Dari 15 seri WorldSSP 2020 yang digelar, Locatelli meraih 12 kemenangan, dan satu tambahan podium. Belum lagi ia meraih 7 superpole sekaligus.

Berkat prestasi ini, Locatelli pun dapat kesempatan naik kelas ke WorldSBK 2021 bersama Pata Yamaha. "Saya tak pernah berpikir menjadi juara dunia adalah hal yang memungkinkan. Sampai sekarang pun saya masih belum paham bahwa saya seorang juara dunia! Tapi yah, diterima saja lah," ujarnya sembari tertawa.

Quartararo pun tak memungkiri, dari mereka bertiga, dirinya lah yang punya performa paling jeblok pada 2016. Ketika Mir dan Locatelli masing-masing meraih tiga dan dua podium, ia justru tak mengoleksi satu pun trofi. Kala itu, hasil terbaiknya hanyalah finis keempat di Austria dan Malaysia.

4 dari 5 halaman

Ingin Ikuti Jejak Mir-Locatelli Jadi Juara Dunia

View this post on Instagram

A post shared by MIR36 (@joanmir36official) on

"Tahun 2016 merupakan tahun yang berat bagi kami semua, tapi terutama bagi saya, karena saya sulit meraih hasil baik. Di lain sisi, bersama Joan dan Andrea, saya sangat bersenang-senang. Bahkan ini satu-satunya hal positif yang saya dapat bersama Leopard sepanjang musim itu," tutur Quartararo.

Menjelang MotoGP Valencia, Spanyol, 13-15 November nanti, Quartararo tengah duduk di peringkat kedua pada klasemen pembalap dengan 125 poin, tertinggal 37 poin dari Mir. Meski sadar kansnya jadi juara dunia kian menipis, rider asal Prancis ini tak memungkiri bahwa Mir dan Locatelli juga memberikan motivasi baginya.

"Joan merupakan juara dunia di Moto3, dan Andrea merupakan juara WorldSSP. Jadi, saya harus jadi juara dunia di MotoGP! Kini semua orang sudah bahagia dengan satu gelar dunia kecuali saya," ungkap pembalap berusia 21 tahun ini sambil tertawa.

"Yah, memang bakal sulit, tapi jika ingat kami bertiga kesulitan pada 2016, kini rasanya menyenangkan melihat kami semua ada di puncak dunia. Jadi, tahun ini adalah momen spesial bagi kami bertiga. Kami harus menikmati momen yang terjadi sekarang, karena 2016 bukanlah momen yang menyenangkan," tutup Quartararo.

Sumber: MotoGP