Kisah Idalio Gavira, Syok Saat Diminta Jadi Pelatih Valentino Rossi

Kisah Idalio Gavira, Syok Saat Diminta Jadi Pelatih Valentino Rossi
Valentino Rossi dan Idalio Gavira (c) Yamaha

Bola.net - Nama Idalio Gavira menjadi topik hangat paddock MotoGP pada akhir tahun lalu, yakni saat ia diumumkan menjadi pelatih balap baru untuk Valentino Rossi mulai 2019. Gavira, yang berasal dari Spanyol, mengaku tak menyangka dirinya bisa bekerja berdampingan dengan sang sembilan kali juara dunia.

Gavira dan adiknya, Eustaquio, merupakan eks pebalap GP250, namun karier yang tak begitu gemilang di kejuaraan dunia membuat mereka pensiun  dan banting setir menjalankan usaha furnitur milik keluarga. Padahal, Gavira merupakan juara CEV Superbike 1996, yakni setahun sebelum ia turun di Grand Prix.

"Saya tak pernah membayangkan masa depan seperti ini. Sebelumnya, kami butuh sesuatu yang lebih ketimbang membuka gas demi bisa balapan. Saya dan adik saya hanya punya sedikit kesempatan. Kami pun berdiam di rumah, melanjutkan usaha keluarga di bidang furnitur," ujarnya kepada Marca.

Saat sibuk menjalankan bisnis keluarga, Gavira secara mendadak kembali ke paddock Grand Prix pada 2013. Keputusan ini didorong oleh Esteban Garcia, crew chief Maverick Vinales. Garcia meminta bantuan Gavira, yang juga merupakan mekanik berpengalaman untuk adiknya, Eustaquio, saat masih balapan.

1 dari 2 halaman

Dari Maverick Vinales ke VR46 Academy

Dari Maverick Vinales ke VR46 Academy

Valentino Rossi dan kru Monster Energy Yamaha (c) Yamaha

"Esteban menelepon saya, meminta saya untuk membantu Maverick dan Ana Carrasco di Team Calvo Laglisse. Saya pun terkesan. Kami langsung meraih gelar dunia pada tahun itu juga," ungkap Gavira, mengenang gelar dunia Moto3 2013 yang diraih Vinales.

Murid Rossi, Nicolo Bulega membela Team Calvo Laglisse di CEV Moto3 2014 dan Gavira menjadi pembimbing. Pada 2016, Bulega dan koordinator Laglisse, Pablo Nieto sama-sama hijrah ke VR46, dan keduanya meminta Gavira ikut. Ia pun turut andil dalam kesuksesan Franco Morbidelli dan Francesco Bagnaia menjuarai Moto2 2017 dan 2018.

Gavira dan Rossi juga sejatinya sudah saling kenal sejak lama. Pada 1997, mereka sama-sama membela Aprilia: Rossi di GP125, Gavira di GP250. "Saat itu ia masih anak-anak, sementara saya 26 tahun. Ia sangat menakjubkan. Saya sungguh iri: ia tampil seperti kobaran api, namun selalu tersenyum. Sejak awal, saya sudah mengaguminya," kisah Gavira.

Gavira sudah senang bisa menjadi pelatih para pebalap VR46 Riders Academy, namun sempat syok ketika diminta menggantikan Luca Cadalora yang ingin pensiun dari jabatan pelatih balap untuk Rossi. Pria 48 tahun ini mengaku sempat gugup saat menyadari dirinya harus mendampingi ikon MotoGP.

2 dari 2 halaman

Akui Lebih Mudah Bimbing Rider Muda

"Usai Luca hengkang, Vale bilang saya satu-satunya orang yang ia punya. Awalnya, rasanya aneh. Saya berbaring di tempat tidur dan berkata, 'Ya ampun, aku kini bekerja dengan Valentino Rossi. Apa yang harus kukatakan pada seseorang yang justru seharusnya bicara lebih banyak padaku ketimbang aku padanya?'" ujarnya.

Gavira pun tak malu-malu mengakui bahwa membimbing rider muda jauh lebih mudah ketimbang membimbing rider berpengalaman, apalagi sekaliber The Doctor. Meski begitu, ia mengaku lega karena Rossi ternyata rendah hati dan mau mendengar semua masukannya.

"Dengan pebalap muda, Anda bisa memperhatikan dan mengatur pola latihannya. Anda bisa bicara untuk menenangkannya atau memberi semangat. Tapi dengan Vale... Meski begitu, ia memberi saya tempat, mendengar semua apa yang saya katakan, dan saya jadi paham di mana saya harus membantunya," tutupnya.

Gavira pun berharap masukan-masukannya untuk Rossi bisa membantu rider Italia itu bangkit dari keterpurukan. Menjelang MotoGP Austria di Red Bull Ring akhir pekan ini, Rossi berada di peringkat keenam pada klasemen pebalap dengan koleksi 90 poin, hanya tertinggal satu poin dari Vinales di peringkat kelima.