
Bola.net - Setahun belakangan ini, penghuni paddock MotoGP tak bisa berhenti membicarakan Fabio Quartararo, yakni rider Petronas Yamaha SRT yang langsung memberikan gebrakan dalam musim debutnya pada 2019 lewat tujuh podium dan enam pole.
Meski hanya membela tim satelit dan mengendarai motor ala kadarnya, Quartararo justru tampil seolah-olah di atas motor terbaik. Ia bahkan beberapa kali memberikan tekanan serius kepada sang delapan kali juara dunia, Marc Marquez.
Prestasi dan performanya yang gemilang ini pun membuat Yamaha menyadari bahwa Quartararo adalah masa depan mereka, dan akhirnya menunjuknya sebagai pengganti Valentino Rossi di tim pabrikan mereka pada 2021.
Advertisement
Bagaimana sih perjalanan Quartararo sampai bisa menuju status superstar MotoGP? Simak ulasannya berikut ini ya, Bolaneters!
Pertarungan Masa Kecil
View this post on Instagram
Quartararo yang lahir di Nice, Prancis pada 20 April 1999, memulai karir balapnya saat masih berusia 4 tahun. Demi menunjang karier balapnya, ia pindah ke Spanyol untuk turun di berbagai kejuaraan junior nasional di sana, termasuk Promovelocidad Cup 50cc di Catalunya.
Pada tahun pertamanya, yakni pada 2007, ia langsung tampil garang, dan memimpin klasemen dengan keunggulan 33 poin ketika musim menyisakan dua seri. Ia memenangkan kedua balapan itu, namun mendadak didiskualifikasi hingga harus puas jadi runner up dengan hanya ketertinggalan tiga poin saja.
Setahun setelahnya, Quartararo pun balas dendam. Ia sukses merebut gelar juara di tiga kelas berbeda Promovelocidad Cup pada 2008-2011, yang membuatnya dapat kesempatan turun kompetisi pre-Moto3 Mediterania pada 2012 dan merebut gelar juara.
Peluangnya jadi juara kala itu sempat terancam akibat kecelakaan motocross yang membuatnya dirundung cedera patah pergelangan tangan dan kompresi tulang belakang. Meski begitu, ia tetap gigih bertarung dan akhirnya merebut gelar juara usai rival terdekatnya terjatuh.
Bikin Heboh Saat Turun di CEV Moto3
View this post on Instagram
Namanya pun segera menjadi topik hangat di paddock Grand Prix pada 2013, yakni saat bertarung di ajang CEV Moto3 (kini Moto3 Junior World Championship), melawan para rider terbaik Eropa yang kebanyakan lebih tua darinya.
Quartararo, yang saat itu masih berusia 14 tahun, mampu langsung merebut gelar juara. Uniknya, ia juga sukses mengulang prestasi serupa pada 2014. Dua gelar inilah yang membuat banyak orang mulai menjulukinya dengan 'The Next Marc Marquez'.
Prestasi di CEV Moto3 pula yang membuat FIM dan Dorna Sports memberinya keringanan saat turun di Grand Prix Moto3 pada 2015, yakni diperbolehkan turun meski usianya belum genap 16 tahun.
Debut Grand Prix yang Tak Mulus
Berkat performanya yang gemilang di CEV Moto3, Quartararo digaet oleh Tim Monlau di bawah nama Estrella Galicia 0,0 untuk diturunkan di Moto3 2015. Tim itu dimanajeri oleh juara dunia GP125 1999, Emilio Alzamora, yang juga manajer pribadi Marc dan Alex Marquez.
Masalahnya, kala itu Quartararo belum genap 16 tahun, yakni batas usia minimum rider Moto3. Dorna Sports selaku promotor MotoGP memberi kelonggaran, memperbolehkannya turun lintasan meski masih berusia 15 tahun.
Debutnya di Grand Prix tak segemilang performanya di CEV Moto3, walau ia merebut dua pole dan dua podium sepanjang 2015, duduk di peringkat 10 di akhir musim, setelah dirundung cedera tangan berkepanjangan yang membuatnya absen beberapa seri.
Hanya setahun membela EG 0,0, Quartararo pindah ke Leopard Racing pada 2016 demi meninggalkan Honda ke KTM. Sayangnya lagi, ia tetap kesulitan, bahkan paceklik podium dan hanya duduk di peringkat 13 pada akhir musim.
Naik ke Moto2 Lebih Awal
View this post on Instagram
Uniknya, Quartararo tumbuh tinggi dan besar dengan pesat. Disertai hasil yang tak sesuai harapan di Moto3, ia pun memutuskan naik ke Moto2 pada 2017, yakni saat usianya masih 17 tahun.
Musim debutnya di kelas intermediate juga penuh liku, meski dinaungi Pons HP 40, salah satu tim paling prestisius di Moto2. Ia masih paceklik podium, dan hasil terbaiknya hanyalah finis keenam di Misano, San Marino.
Quartararo bersama sang manajer, Eric Mahe, pun harus putar otak mencari solusi untuk kariernya yang kian meredup dalam usia muda. Mahe pun akhirnya mendapat tawaran dari Speed Up Racing, yang berjanji akan mengurus Quartararo dengan baik pada 2018.
Gebrakan di Moto2
Hasil buruk pada 2017 membuat Quartararo hijrah ke Speed Up Racing pada 2018. Secara bertahap, El Diablo pun mulai mengalami peningkatan. Titik terang dalam karirnya mulai terlihat di seri kandangnya, Le Mans, Prancis saat ia finis di posisi 8. Puncaknya pun terjadi di Catalunya, saat ia secara mengejutkan merebut pole.
Dalam balapan, Quartararo harus bersaing sengit dengan Alex Marquez, Francesco Bagnaia, Miguel Oliveira dan Lorenzo Baldassarri. Meski begitu, ia berhasil membawa pulang trofi kemenangan, dan melanjutkan momentum dengan finis kedua di Assen, Belanda dua pekan setelahnya.
Quartararo juga sukses meraih kemenangan di Motegi, Jepang. Namun, ia justru didiskualifikasi karena bannya diketahui tak memiliki tekanan sesuai regulasi Moto2. Meski begitu, banyak orang yang meyakini bahwa Quartararo tetap pemenang dari balapan tersebut.
Performa gemilang di Moto2 sepanjang 2018 pun membuat Quartararo mulai kembali mendapatkan kepercayaan dari banyak pihak, salah satunya Yamaha, yang meliriknya untuk diturunkan di MotoGP 2019.
Terlalu Muda Tak Masalah
Banyak pihak beranggapan Quartararo terlalu muda untuk diturunkan di MotoGP, karena kala itu usianya baru menginjak 19 tahun. Ia juga dinilai belum siap bertarung di kelas para raja diakibatkan hasilnya yang masih angin-anginan di Moto2.
Meski begitu, Yamaha tak peduli. Sekalinya kontrak kerja sama dengan Sepang International Circuit (SIC) Racing digapai pada Juli 2018, Yamaha langsung mengumumkan bahwa Quartararo akan membela mereka musim depan, ditandemkan dengan Franco Morbidelli.
Yamaha pun menyatakan Quartararo akan mengendarai YZR-M1 versi 2018. Meski begitu, mereka berubah pikiran dengan memberikan YZR-M1 2018 yang dilengkapi mesin 2019 kepada Quartararo di uji coba pramusim Malaysia. Motor ini memang tak setara dengan motor tiga rider Yamaha lainnya, namun performanya cukup menjanjikan.
Gebrakan di MotoGP
Hal itu pun dibuktikan Quartararo di seri perdana MotoGP Qatar 2019, di mana duduk di posisi 5 pada sesi kualifikasi. Sayangnya, sesaat sebelum lap pemanasan, mesin motornya mati mendadak, yang membuat Quartararo harus start dari pitlane dan finis di posisi 16.
Ia pun balas dendam di seri-seri berikutnya, tahu-tahu merebut pole di Jerez. Tapi dalam balapan, lagi-lagi ia mengalami kesialan, karena terdapat masalah pada gearbox-nya saat melaju nyaman di posisi kedua. Alhasil, ia harus gagal finis dalam balapan tersebut.
Quartararo pun tak patah arang. Saat MotoGP tiba di Catalunya, ia kembali merebut pole, dan akhirnya finis kedua di belakang Marquez. Padahal, sepekan sebelumnya ia baru menjalani operasi arm pump. Belum pulih dari cedera itu, ia kembali merebut pole di Belanda, dan finis ketiga di belakang Maverick Vinales dan Marquez.
Momentum ini pun ia lanjutkan di paruh kedua musim, di mana ia meraih podium di Austria, Misano, Thailand, Jepang, dan Valencia. Tak lupa pole tambahan yang ia dapat di Thailand, Malaysia, dan Valencia.
Dalam balapan Misano dan Thailand, Quartararo finis di posisi kedua, setelah bertarung sengit dengan Marquez sampai lap terakhir. Dua balapan inilah yang membuat banyak orang memprediksi bahwa Quartararo akan jadi rival utama Marquez di masa-masa mendatang.
Jadi Pengganti Valentino Rossi
Berkat prestasinya sepanjang 2019, Quartararo pun akhirnya mendapatkan kepercayaan lebih besar dari Yamaha. Tetap membela Petronas Yamaha SRT, ia pun dihadiahi motor YZR-M1 spek pabrikan sepenuhnya dalam menghadapi musim 2020, motor yang diyakini bakal membuatnya makin garang.
Tak hanya itu, Quartararo pun menjadi pebalap yang akhirnya ditunjuk oleh Yamaha sebagai pengganti Valentino Rossi, yang kini telah berusia 41 tahun, di Monster Energy Yamaha pada 2021 mendatang. Padahal, sebelumnya Yamaha sangat ragu menggaet rider-rider muda untuk menggantikan The Doctor.
Semua kepercayaan yang diberikan Yamaha padanya pun tak disia-siakan oleh Quartararo. Selama uji coba pramusim di Malaysia dan Qatar pada Februari lalu, ia selalu konsisten berada di posisi-posisi teratas daftar catatan waktu, dan dianggap sebagai salah satu rider paling mengancam karena cepat di lap tunggal dan konsisten saat simulasi balap.
Apakah Quartararo bakal makin bersinar di MotoGP 2020? Dan apakah ia bisa melebihi ekspektasi banyak orang sebagai pengganti Valentino Rossi? Kita nantikan terus perkembangannya ya, Bolaneters!
Video: Marc Marquez Dikalahkan Sang Adik di MotoGP Virtual Race
Baca Juga:
- Peserta Seri Kedua MotoGP Virtual Race, Valentino Rossi Resmi Ikut
- Tanggapi Lirikan Honda, Pol Espargaro: Sepertinya Bisa Cocok
- 'Pol Espargaro Punya Standar Bagus untuk Jadi Rider Honda'
- 'Fabio Quartararo Bisa Jadi Juara Baru, Tapi Tugasnya Makin Berat'
- Miguel Oliveira: Bantuan Dani Pedrosa di KTM Sungguh Tak Ternilai
Advertisement
Berita Terkait
-
Otomotif 8 April 2020 14:48
'Fabio Quartararo Bisa Jadi Juara Baru, Tapi Tugasnya Makin Berat'
-
Otomotif 8 April 2020 13:00
Maverick Vinales: Yamaha Tim Hebat, Tak Perlu Iri pada Tim Lain
-
Otomotif 8 April 2020 12:40
'Valentino Rossi Sudah Jelas Bela Petronas Jika Lanjut Balapan'
-
Otomotif 8 April 2020 10:41
Morbidelli: Latihan dengan Rossi Bagai Sepak Bola Bareng Messi
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:15
-
Amerika Latin 20 Maret 2025 09:11
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:10
-
Amerika Latin 20 Maret 2025 09:08
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:05
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:03
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...