Kesaktian Konsistensi: 6 Momen Sial Ini Gagal Jegal Fabio Quartararo Juarai MotoGP

Kesaktian Konsistensi: 6 Momen Sial Ini Gagal Jegal Fabio Quartararo Juarai MotoGP
Juara dunia MotoGP 2021, Fabio Quartararo (c) Yamaha MotoGP

Bola.net - Pembalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo, meyakini bahwa kunci utama keberhasilannya merebut gelar dunia MotoGP 2021 adalah konsistensi. Hal ini ia sampaikan dalam jumpa pers pascabalap Seri Emilia Romagna di Misano pada Minggu (24/10/2021).

Seperti yang diketahui, Quartararo merupakan satu-satunya rider MotoGP 2021 yang konsisten finis di zona poin, serta sejauh ini mengoleksi 10 podium dan 5 kemenangan. Uniknya, saat kesulitan pun, rider Prancis berusia 22 tahun ini tetap mampu meraih poin penting.

"Saya rasa, konsistensi yang kami punya saat ini adalah kunci saya merebut gelar 2021. Saya mengetuk-ngetuk kayu, namun saya mampu finis di semua balapan, selalu meraih poin, poin, dan poin. Konsistensi saya pada 2021 sama dengan 2019, namun lebih cepat," ujarnya via MotoGP.com.

Sebanyak 16 dari 18 balapan musim ini sudah berlalu, dan sejauh ini pula Quartararo 'sakti' melewati enam kesialan, yang gagal total menjegalnya dalam merebut gelar dunia. Apa saja sih momen-momen menegangkan tersebut? Berikut ulasannya.

1 dari 6 halaman

Ban Lunak yang Cepat Aus

Ban Lunak yang Cepat Aus

Pembalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo (c) Yamaha MotoGP

Dalam Seri Qatar, seluruh rider MotoGP memakai ban lunak depan dan belakang. Bersama Valentino Rossi dan Jack Miller, Quartararo start dari depan dan berkendara secara konservatif pada awal balapan demi menghemat usia ban.

Hal ini mereka lakukan agar bisa menyerang pada paruh kedua balapan dengan grip yang masih baik. Nyatanya, saat mulai menyerang pada pertengahan balap, mereka justru kehilangan grip karena ban belakang Michelin mereka sudah aus.

Miller dan Rossi masing-masing finis di posisi 9 dan 12. Sementara itu, Quartararo, yang start kedua, finis di posisi 5. Uniknya, Maverick Vinales yang kala itu masih jadi tandem Quartararo, justru sukses menang.

2 dari 6 halaman

Cedera Arm Pump

Quartararo diketahui sempat mengalami cedera arm pump pada 2019, dan telah menjalani operasi pada Juni kala itu. Namun, tak disangka-sangka cedera ini muncul lagi dalam kurun dua tahun saja.

Usai menang di Portimao pada April lalu, Quartararo mendapati tangan kanannya bengkak usai finis, sampai-sampai sulit melepas baju balap. Ia pun mengaku kepada Joan Mir bahwa lengannya mengalami tendinitis.

Saat balapan di Jerez, ia memimpin balapan dengan margin yang sangat lebar. Namun, arm pump-nya kambuh di tengah balapan, hingga ia finis ke-13 dan merelakan kemenangan jatuh ke tangan sang sahabat, Jack Miller.

3 dari 6 halaman

Kontroversi Zipgate

Kontroversi Zipgate

Baju balap Fabio Quartararo terbuka dalam MotoGP Catalunya 2021. (c) MotoGP.com

Saat berusaha masuk tiga besar di Catalunya, Quartararo jadi pusat perhatian pada 5-6 lap terakhir gara-gara ritsleting baju balapnya tak sengaja terbuka dan pelindung dadanya terbang di salah satu tikungan. Insiden ini pun akhirnya dikenal dengan 'Zipgate'.

Alih-alih memberikan bendera hitam atau bendera hitam dengan lempeng oranye sebagai peringatan, FIM Stewards justru menjatuhkan hukuman mundur tiga detik kepada Quartararo karena dinilai lalai dalam memastikan perlengkapan balapnya dalam kondisi yang aman.

Quartararo juga terlihat beberapa kali berusaha menutup baju balapnya saat bertarung sengit dengan Miller. Tindakannya ini membuatnya tak sengaja memotong jalur Tikungan 1-2. Alhasil, ia kembali dijatuhi hukuman mundur tiga detik. Ia pun dinyatakan finis keenam.

4 dari 6 halaman

Flag-to-Flag di Austria

Flag-to-Flag di Austria

Fabio Quartararo dibuntuti Marc Marquez, Jorge Martin, dan Johann Zarco. (c) Yamaha MotoGP

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kondisi hujan sama sekali tak bersahabat bagi Quartararo dan Yamaha. Saat sengit berebut kemenangan dengan Marc Marquez dan Pecco Bagnaia di Seri Austria, Quartararo mendapati hujan turun pada enam lap terakhir.

Kekacauan pun terjadi pada empat lap terakhir, di mana para rider masuk ke pit untuk berganti motor dan ban. Quartararo akhirnya harus legawa finis ketujuh usai kesulitan mencari grip ideal, sementara kemenangan jatuh ke tangan Brad Binder yang nekat tak melakukan pit stop.

5 dari 6 halaman

Masalah Tekanan Ban

Masalah Tekanan Ban

Pembalap Monster Energy Yamaha, Fabio Quartararo (c) Yamaha MotoGP

Saat tiba di Aragon, Quartararo tak segan menyebut trek itu sebagai trek terburuknya di MotoGP, meski memiliki ritme balap yang sangat menjanjikan pada sesi latihan, bahkan duduk di posisi ketiga dalam sesi kualifikasi.

Namun, ia menjalani start dengan buruk dan terjun bebas. Ia bahkan sempat duduk di posisi kesembilan akibat masalah ban belakang. Ia diuntungkan oleh Iker Lecuona yang melebar. Alhasil, ia pun finis kedelapan.

Sepekan kemudian, yakni di Seri San Marino di Misano, Quartararo mengonfirmasi bahwa ada kesalahan pada tekanan ban belakangnya dalam balapan di Aragon, yang membuatnya sulit mencari grip.

6 dari 6 halaman

Hujan di Emilia Romagna

Hujan di Emilia Romagna

Fabio Quartararo dan kru Monster Energy Yamaha (c) AP Photo

Sesuai prediksi, Seri Emilia Romagna yang juga digelar di Misano bakal digelar dalam cuaca dingin dan hujan. Sepanjang pekan balap, Quartararo pun harus susah payah mencatat waktu terbaik di kala sama sekali tak punya grip.

Ia pun terpuruk, untuk pertama kalinya di MotoGP gagal langsung lolos ke sesi Kualifikasi 2 (Q2) dan hanya mampu start dari posisi 15. Meski begitu, sesi balap pada Minggu digelar dalam kondisi kering dan cerah meski dingin, dan ia pun berhasil memperbaiki posisi.

Dalam balapan itu, Quartararo tadinya sempat mentok di posisi kelima, namun naik ke posisi ketiga usai Bagnaia dan Miguel Oliveira terjatuh. Pada lap penutup, ia berduel dengan Enea Bastianini, dan akhirnya finis keempat. Hasil ini cukup membuatnya mengunci gelar dunia.