'Kepindahan Valentino Rossi ke Ducati Terlalu Dipengaruhi Romantisme'

'Kepindahan Valentino Rossi ke Ducati Terlalu Dipengaruhi Romantisme'
Valentino Rossi saat masih di Ducati. (c) AFP

Bola.net - Eks mekanik Valentino Rossi, Alex Briggs, menyatakan bahwa kepindahan mereka ke Ducati Team di MotoGP 2011 terlalu dipengaruhi 'romantisme' kesuksesan mereka membantu Yamaha bangkit pada 2004, sekaligus 'romantisme' betapa indahnya jika seorang rider Italia berjaya dengan motor dan tim dari Italia.

Briggs, yang menjadi mekanik Rossi sejak GP500 2000 di Nastro Azzurro Honda, memang menjadi salah satu kru yang selalu diboyong Rossi tiap kali pindah tim, termasuk saat ia pindah ke Yamaha pada 2004 dan Ducati pada 2011. Sayangnya, hasil yang mereka raih pada dua momen ini sangat jauh berbeda.

Bersama Yamaha, yang kala itu tak pernah juara lagi sejak 1992, Rossi dan krunya mampu membalikkan keadaan, langsung sukses merebut dua gelar dunia pada dua tahun pertama kerja sama mereka. Hal ini pun membuat mereka di atas angin ketika pindah ke Ducati, kelewat optimistis bisa mengulang sukses yang sama.

1 dari 2 halaman

Ikut ke Ducati Karena Bakal Terkatung-katung di Yamaha

Ikut ke Ducati Karena Bakal Terkatung-katung di Yamaha

Valentino Rossi - Ducati Corse (c) AFP

Nyatanya, keinginan mereka hanya jadi angan-angan. Selama dua tahun kerja sama, Rossi paceklik kemenangan dan hanya mengoleksi tiga podium. Briggs pun mengakui, keputusan krunya ikut pindah ke Ducati juga dipengaruhi nasib mereka yang bisa jadi terkatung-katung jika bertahan di Yamaha, yang kala itu menggaet Ben Spies.

"Dalam kepala saya, memang mudah memutuskan pindah ke Ducati, karena saya sendiri tak terlalu yakin di mana kami akan bekerja di Yamaha jika Vale pergi. Ducati hendak memberi kami kontrak dua tahun, dan kami pikir karier kami akan berhenti setelah dua tahun," kisah Briggs via The Race, Rabu (9/12/2020).

"Tapi jika bertahan, juga bisa berarti kami akan berhenti usai dua tahun di Yamaha. Kami punya pikiran 'romantis' bahwa kami bisa melakukan hal yang sama (kompetitif di Ducati). Jika situasinya berbeda, saya rasa kami bisa berhasil. Tapi tak begitu kenyataannya. Namun, saya tetap tak menyesal," pungkasnya.

Sumber: The Race