Dimas Ekky Ingin MRTI Jadi Tangga Para Rider Muda Indonesia Menuju MotoGP

Dimas Ekky Ingin MRTI Jadi Tangga Para Rider Muda Indonesia Menuju MotoGP
Dimas Ekky Pratama (c) Facebook/Honda Team Asia

Bola.net - Pembalap Indonesia, Dimas Ekky Pratama, yang diproyeksikan akan kembali ke Moto2 2021 bersama Pertamina Mandalika SAG Team, mengharapkan Mandalika Racing Team Indonesia (MRTI) bisa menjadi tangga bagi para rider muda Tanah Air mewujudkan impian untuk berlaga di MotoGP suatu hari nanti.

Sejak kemunculannya pada Oktober lalu, MRTI memang mencuri perhatian khalayak ramai. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Grand Prix, sebuah tim Indonesia akan turun berkompetisi, meski kali ini masih harus melebur dengan tim Spanyol, SAG Team. Meski namanya belum resmi diumumkan, Dimas akan bertandem dengan Thomas Luthi.

Dimas sendiri sempat turun di Moto2 semusim penuh di Honda Team Asia pada 2019, namun vakum tahun ini dan digantikan oleh Andi Gilang. Kini, ia pun siap comeback dengan MRTI, dan mengaku punya harapan besar pada tim ini, menyusul rencana Indonesia untuk menggelar MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, dalam waktu dekat.

"Bergabung dengan MRTI, saya punya harapan besar, karena ini sejarah bagi Indonesia, yang akan kembali menggelar Grand Prix pertama kali sejak 1996 dan 1997, dan juga punya tim yang akan berkompetisi di Moto2. Sebagai rider, saya berharap tim ini menjadi tangga bagi generasi-generasi baru untuk naik ke MotoGP," ujarnya dalam acara 'Corner Six - Liputan 6', Jumat (18/12/2020).

1 dari 3 halaman

Ada Banyak Fasilitas untuk Menuju MotoGP

Ada Banyak Fasilitas untuk Menuju MotoGP

Mandalika Racing Team (c) Instagram/Mandalika Racing Team

Sebelum turun di Moto2 2019, Dimas sendiri sempat turun di ajang FIM CEV Moto2 secara penuh pada 2016, 2017, dan 2018. Prestasinya pun membanggakan, selalu mengakhiri musim di peringkat tujuh besar, bahkan duduk di peringkat kelima pada 2018. Sudah malang melintang di kompetisi Eropa, Dimas tahu betul pengalaman macam ini sangat dibutuhkan.

"Grand Prix tentu memiliki kompetisi yang berbeda dari ajang balap di Asia. Yang paling terasa adalah tantangan sirkuit-sirkuitnya. Di CEV, ada 4-5 sirkuit yang dipakai di Grand Prix. Jadi, rider-rider CEV sudah paham trek yang akan dipakai di Grand Prix. Itu keuntungan rider-rider Eropa atau Spanyol atau Italia untuk bisa memahami trek dan mempersiapkan diri lebih awal," tuturnya.

"Anda bisa lihat banyak anak-anak muda Indonesia yang sangat aktif di dunia balap, dan dengan fasilitas yang sebanyak sekarang, ada tangga bagi mereka untuk turun di CEV atau kelas-kelas MotoGP. Apalagi, sekarang sudah ada Asia Talent Cup, setelahnya bisa ke Red Bull Rookies Cup, CEV Moto3 atau Moto2, dan bahkan mungkin bisa langsung ke Moto3 atau Moto2," lanjut Dimas.

2 dari 3 halaman

Siapa Tahu Nanti Bisa Seperti Petronas SRT?

Siapa Tahu Nanti Bisa Seperti Petronas SRT?

Edu Perales dan Thomas Luthi (c) SAG Team

Mengingat MRTI bertekad merenggangkan sayapnya dengan membentuk Mandalika Racing Academy, kemudian membentuk tim di CEV, Moto3, dan MotoGP pada masa-masa mendatang, Dimas pun ingin struktur balap Indonesia lebih mumpuni, seperti halnya Malaysia dengan Petronas SRT, yang kini sudah turun di MotoGP, Moto2, dan Moto3, dan jadi tim papan atas.

Jika MRTI memiliki program serupa, bukannya mustahil akan lebih banyak rider Indonesia yang tampil di Grand Prix. "Jika melihat negara tetangga, yang sekarang punya tim Moto3, Moto2, dan MotoGP, tak menutup kemungkinan Indonesia akan punya tim seperti itu juga. Jika Indonesia punya tim seperti itu, maka mimpi saya dan rider-rider muda Indonesia bisa lebih mudah tercapai," ujarnya.

"Ada banyak faktor pendukung yang dibutuhkan para rider Indonesia demi turun di MotoGP. MRTI pun nantinya bisa jadi rumah bagi rider-rider yang ingin tampil di MotoGP. Tapi yang lebih penting adalah, rider juga harus punya kemampuan berbahasa (internasional), memahami cuaca, dan harus cepat adaptasi. Selain itu, para rider juga harus paham cara tampil kompetitif," tutup Dimas.

Sumber: Corner Six - Liputan6