Casey Stoner: Jika Mau Juara MotoGP Lagi, Ducati Harus Pelajari Yamaha

Casey Stoner: Jika Mau Juara MotoGP Lagi, Ducati Harus Pelajari Yamaha
Andrea Dovizioso dan Casey Stoner (c) Ducati

Bola.net - Juara dunia MotoGP 2007 dan 2011, Casey Stoner, meyakini bahwa Ducati Corse kini sudah berubah di sisi finansial dan teknologi, namun masih tetap bersikeras bahwa masukan pembalap tak terlalu berarti untuk pengembangan motornya. Kepada Motorsport.com, Selasa (20/10/2020), Stoner pun menganalisa situasi di pabrikan asal Bologna, Italia tersebut tahun ini.

Sejak menjalani debut MotoGP 2003, Ducati baru sekali merebut gelar, yakni lewat Stoner pada 2007. Namun, hingga kini mereka belum bisa mengulangnya. Mereka terus berganti-ganti rider, tapi tak mempertimbangkan masukan mereka demi meningkatkan performa motor Desmosedici, dan tak memperlakukan mereka dengan baik.

Stoner menyebut Ducati sampai sekarang tak menjadikan kepergiannya ke Repsol Honda pada 2011 sebagai pelajaran, terbukti dari para rider yang hengkang secara tidak baik-baik, seperti Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso. Stoner pun mengaku masih sakit hati atas cara Ducati menangani situasi saat ia mengalami intoleransi laktosa pada 2009.

1 dari 3 halaman

Pindah ke Repsol Honda Karena Sakit Hati

Pindah ke Repsol Honda Karena Sakit Hati

Casey Stoner saat masih membela Repsol Honda pada 2012. (c) AFP

Saat Stoner harus absen akibat penyakit tersebut, Ducati dikabarkan sama sekali tak memercayai alasannya harus absen, dan justru melakukan negosiasi dengan Jorge Lorenzo untuk musim 2011. Mereka menawari Lorenzo gaji dua kali lebih tinggi dari gaji Stoner, ketika Stoner justru berkali-kali meminta biaya balap diperbesar demi mengembangkan Desmosedici.

"Mengingat saya satu-satunya juara Ducati, menang lebih sering dari rider mereka yang lain, itu sungguh bikin saya sakit hati. Saya pun pilih pindah ke Honda, karena saya selalu ingin membela mereka berkat Mick Doohan. Jadi, penting bagi saya untuk membela mereka. Pada 2011, kesempatan itu datang dan saya langsung menerimanya usai semua hal yang terjadi pada 2009," ujarnya.

Melihat Lorenzo hengkang dari Ducati pada akhir 2018 karena dianggap tak bisa menjinakkan Desmosedici, juga Dovizioso yang tak mau lagi bertahan karena masukannya soal performa tikungan selalu diabaikan sejak 2013, Stoner pun merasa Ducati belum mengubah tabiat buruk mereka dalam memperlakukan para ridernya. Bedanya, kini mereka punya biaya balap lebih besar.

2 dari 3 halaman

Duit Lebih Banyak, Harusnya Perbaiki Performa di Tikungan

Duit Lebih Banyak, Harusnya Perbaiki Performa di Tikungan

Pembalap Ducati Team, Andrea Dovizioso (c) Ducati

"Situasi Ducati masih sangat mirip saat saya masih ada di sana, tapi pondasinya sudah berubah. Kala itu, kami tak punya biaya yang mereka punya sekarang. Motor yang kami pakai pada awal musim selalu sama pada akhir musim. Tak ada perangkat baru sepanjang musim, kecuali elektronik. Padahal, pabrikan lain terus berkembang dan kami malah tetap di situ-situ saja," kisah Stoner.

Stoner bahkan secara blak-blakan mendukung Dovizioso, yang selama ini menuntut Ducati tak lagi fokus pada mesin yang bertenaga, melainkan meminta mesin yang lebih lincah di tikungan. "Ada beberapa hal penting yang harus diubah Ducati. Sudah jelas mesin yang sangat bertenaga tak bisa membantu mereka jadi juara," tuturnya.

"Lihat saja Yamaha, yang meraih banyak sukses meski mesinnya salah satu yang kurang bertenaga, apalagi tahun ini mereka lebih sering menang dari lainnya. Saya rasa Ducati harus merenung dan melihat apa yang lebih penting. Di sirkuit, ada lebih banyak tikungan ketimbang trek lurus, jadi harusnya mereka lebih kompetitif di tikungan," pungkas Stoner.

Sumber: Motorsportcom