
Bola.net - Alex Briggs bisa disebut sebagai mekanik paling ternama di paddock MotoGP. Selain aktif di media sosial dan kerap berinteraksi dengan penggemar balap, ia juga merupakan salah satu dari empat mekanik rider Monster Energy Yamaha, Valentino Rossi.
Briggs yang tadinya merupakan eks mekanik Mick Doohan di Repsol Honda, otomatis menjadi mekanik Rossi dalam debutnya di GP500 2000 dengan Nastro Azzurro Honda usai Doohan mendadak pensiun pada akhir 1999 akibat cedera kaki.
Telah mengikuti langkah Rossi pindah ke berbagai tim di MotoGP, Briggs pun menjadi salah satu saksi terdepan dalam melihat kejayaan dan keterpurukan Rossi selama berkarier di kejuaraan balap motor terakbar di dunia tersebut.
Advertisement
Dalam wawancaranya dengan AMCN baru-baru ini, Briggs pun menyebutkan 10 momen Rossi yang paling ia ingat selama ini. Menurut Paddock GP, ia bahkan punya harapan untuk Rossi yang kini sudah tak lagi muda. Berikut ulasannya.
Perkelahian dengan Max Biaggi
Briggs pun mengenang salah satu rivalitas paling panas di MotoGP, yakni antara Rossi dan Max Biaggi. Rivalitas mereka bahkan sudah terjalin saat Rossi masih turun di GP125 sementara Biaggi di GP250. Perseteruan mereka semakin panas lagi baik di dalam maupun luar trek saat mereka bertemu di GP500.
"Rivalitas Vale dan Max sangat 'bagus'. Secara umum, Vale tak pernah termotivasi meraih hasil baik hanya karena tak akrab dengan rider lain, karena ia hanya suka melaju cepat. Tapi saya ingat di Suzuka 2001, saat Max menyikutnya keluar trek, dan ketika balas menyalipnya, Vale menunjukkan jari tengah padanya. Sungguh menakjubkan," ujar Briggs.
Mudahnya Juara Bareng Honda
Menjalani debut kelas tertinggi bersama Honda, Rossi langsung jadi runner up pada 2000, dan juara dunia pada 2001. Pada 2002 dan 2003, ia juga meraih gelar, bahkan meraih 20 kemenangan dan menyapu bersih podium selama dua tahun, kecuali di MotoGP Ceko 2002. Menurut Briggs, perjuangan Rossi begitu mulus.
"Saya sendiri tak mau bilang perjuangan kami mudah, karena sulit juga untuk tahu bagaimana penilaian Vale. Tapi mungkin memang mudah untuknya. Kami bahkan tak perlu melakukan banyak perubahan pada motor di tiap balapan, karena setupnya memang sudah tepat," kisahnya.
Kepindahan ke Yamaha Saat Gemilang di Honda
Selain perjuangan yang begitu mulus di Honda, Rossi juga merasa tak terlalu dihargai oleh pabrikan Sayap Tunggal, yang menganggap siapa saja bisa juara jika naik RC211V. Atas alasan ini, Rossi secara mengejutkan pindah ke Yamaha pada 2004, padahal ia sedang jaya-jayanya di Honda.
Tak tanggung-tanggung, Rossi bahkan meminta seluruh mekanik sekaligus crew chief-nya, Jeremy Burgess, untuk ikut pindah tim. Meski awalnya mereka sempat ragu, mereka akhirnya benar-benar ikut menjalani petualangan dengan The Doctor di pabrikan Garpu Tala.
"Saya ingat kami melakukan pertemuan rahasia di parkiran Sirkuit Phillip Island, di mana kami mendiskusikan gajii dan gambaran pekerjaan kami nantinya. Sungguh seru. Pada akhirnya, Jeremy Burgess, Bernard Ansiau, Gary Coleman, dan saya ikut pindah ke Yamaha," tutur Briggs.
2004, Menggebrak Bareng Yamaha
Kepindahan Rossi ke Yamaha sempat membuatnya dicemooh oleh para rivalnya. Pasalnya, Yamaha belum juara lagi sejak GP500 1992 dan tengah mengalami keterpurukan.
Meski begitu, ia malah menggemparkan dunia dengan langsung meraih kemenangan di seri perdana 2004, dan bahkan mengunci gelar dunia pada akhir musim.
"Kami mengalami kemajuan-kemajuan besar pada motor itu (YZR-M1) pada 2004, dan Vale mungkin kala itu berkendara dengan performa terbaiknya," ungkap Briggs.
Kalah di Tangan Nicky Hayden
Usai meraih lima gelar beruntun, Rossi menghadapi tantangan nyata pertamanya pada 2006. Peta persaingan yang tak jelas, serta naik-turunnya performa YZR-M1, ditambah beberapa cedera, membuatnya harus puas jadi runner up di belakang Nicky Hayden (Repsol Honda), dengan margin 6 poin saja.
"Di Le Mans, kami mengalami gagal mesin, dan pada balapan sebelumnya, kami mengalami masalah dengan ban depan. Kami akhirnya kehilangan gelar dunia. Tapi saya tak pernah memikirkannya, saya hanya memikirkan masa sekarang. Kami tahu waktu itu kami cukup baik untuk bisa menang," kisah Briggs.
Kalah di Tangan Casey Stoner
Usai kalah dari Hayden dan Honda, Rossi menghadapi lawan yang jauh lebih kuat lagi pada 2007, yakni Casey Stoner dan Ducati Team. Rossi bahkan harus puas duduk di peringkat ketiga, hanya satu poin di belakang Dani Pedrosa (Repsol Honda).
"Kala itu kami bahkan tak jadi runner up! Padahal jadi runner up saja saya benci, karena rasanya kami 'nyaris' sukses. Jadi, ketika Anda duduk di peringkat ketiga, Anda benar-benar tahu bahwa Anda kalah," ungkap Briggs, yang uniknya sama-sama berasal dari Australia seperti Stoner.
Wejangan Burgess di Laguna Seca
Briggs juga mengenang balapan sensasional yang terjadi di Laguna Seca, Amerika Serikat, pada 2008, di mana Rossi untuk pertama kali menang di trek itu usai membekuk Stoner.
Balapan itu dikenang lewat aksi saling salip antara kedua rider, dan manuver kontroversial Rossi kepada Stoner di Tikungan Corkscrew, serta terjatuhnya Stoner di tikungan terakhir pada lap-lap terakhir.
"Kala itu, Jeremy bilang pada Vale, satu-satunya cara menghentikan Casey adalah tetap berada di depannya," ujar Briggs.
Rivalitas dengan Jorge Lorenzo
Briggs juga masih ingat betul momen-momen kedatangan Jorge Lorenzo sebagai tandem Rossi di Fiat Yamaha pada 2008. Keduanya kerap cekcok baik di luar maupun dalam lintasan.
"Punya tandem yang kompetitif selalu membuat Anda lebih cepat. Saat itu, kami merasa bahwa ancaman dari Jorge sungguh nyata adanya," kisah Briggs.
Uniknya, kini Rossi dan Lorenzo justru bekerja sama di Yamaha, di mana Rossi masih menjadi pebalap aktif, sementara Lorenzo menjabat sebagai test rider.
Masa Kelam di Ducati
Setelah ikut pindah dari Honda ke Yamaha pada 2004, Briggs dan koleganya juga mengikuti jejak Rossi pindah ke Ducati pada 2011. Sayangnya, selama dua tahun di Tim Merah, mereka gagal meraih gelar dunia dan kemenangan, dan hanya meraih tiga podium. Akhirnya, mereka kembali ke Yamaha pada 2013.
"Kala itu, kami melakukan banyak perubahan besar, tapi performa motornya tetap sama. Tampaknya, tak ada yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah. Situasi itu terus terjadi: ketika semuanya tampak baik-baik saja bagi kami, tiba-tiba saja semua berubah dan cara apa pun tak berhasil," tutur Briggs.
Gagal Rebut Gelar ke-10 pada 2015
Briggs juga tak memungkiri bahwa tahun 2015 adalah salah satu momen terpahit bagi Rossi dan timnya dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, usai memimpin klasemen sejak seri pertama, Rossi harus kalah tepat di seri penutup, dengan margin 5 poin saja dari Lorenzo.
"Pada 2014, kami meraih dua kemenangan dan jadi runner up. 2015 adalah tahun di mana Vale nyaris juara dunia. Saya pikir, kami bakal merebut gelar tahun itu, saya merasa kami cukup baik. Tapi nyatanya musim itu justru jadi musim yang buruk dan melelahkan. Kami hanya ingin segera mengakhirinya," ungkapnya.
Meski kini Rossi tak lagi ambisius memburu gelar, Briggs yakin rider berusia 41 tahun itu masih kompetitif. "Dalam beberapa tahun terakhir, kami bekerja dengan baik, tapi ada kalanya situasi juga jadi buruk. Tapi Vale masih cukup cepat dan mampu meraih kemenangan, meski ia tak lagi berusia 20 tahun, " pungkas Briggs.
Baca Juga:
- Alex Marquez Maklumi Keputusan Jorge Lorenzo Kembali ke Yamaha
- Musim Panas, Valentino Rossi Tentukan Keputusan Soal 2021
- Maverick Vinales Ungkap Kunci Penting untuk Bekuk Marc Marquez
- Dovizioso: Rossi Akan Lakukan Segalanya demi Turun di MotoGP 2021
- Aleix Espargaro: Rasanya Aneh Lihat Jorge Lorenzo Kembali
Advertisement
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:46
-
Liga Inggris 20 Maret 2025 09:45
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:45
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:32
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:26
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 09:15
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...