Mari Sejenak Menertawakan Kegagalan Revolusi AC Milan

Mari Sejenak Menertawakan Kegagalan Revolusi AC Milan
Selebrasi Leonardo Bonucci bersama pemain Milan. (c) AFP

Bola.net - - Kekalahan AC Milan menghadapi Lazio akhir pekan lalu merupakan ironi tragis yang akan bergulir setidaknya sepanjang satu pekan ini. Bagi fans Milan, kekalahan 4-1 tersebut merupakan kesedihan yang tiada banding. Namun bagi fans klub lain yang menjadi rival Milan di Italia, kekalahan tersebut adalah lelucon belaka.

Setelah kekalahan Milan itu, terdapat sebuah meme banyak menyebar di media sosial. Bagaimana mungkin sebuah tim yang pada musim panas lalu menghabiskan dana sekitar 152 juta pounds kalah dengan Lazio yang hanya menghabiskan 38 juta pounds untuk belanja pemain. Parahnya lagi, Lazio hanya butuh 49 menit untuk membobol empat gol ke gawang Milan yang dijaga Gianluigi Donnarumma.

Selain itu, juga muncul pertanyaan apakah revolusi Milan yang dimulai pada tahun 2017 ini akan gagal. Jika demikian, maka hal itu tentu saja akan melukai hati fans Milan yang sudah terlanjur berharap jauh sebelum musim bergulir, ‘bahwa Milan akan kembali pada era kejayaan seperti masa silam, setidaknya seperti tahun 2007 di mana mereka memenangkan Liga Champions yang terakhir.’

Milan dan Harapan Baru

Ya, memasuki musim 2016/2017 menjadi harapan baru bagi fans AC Milan. Mereka pun, para fans Rossoneri, mulai berani sombong karena tim kesayangan yang biasanya dikenal tim yang suka pinjam pemain atau mendatangkan pemain gratisan, tak melakukan itu lagi pada bursa transfer musim panas kemarin.

Klub bermarkas di San Siro itu mula-mula begitu boros dana untuk belanja pemain selama bursa transfer musim panas. Hampir setiap hari, pemain baru pun datang silih berganti. Akhirnya ketika jendela transfer ditutup, Milan mendaftarkan 11 pemain baru.

Leonardo Bonucci, Andre Silva, Andrea Conti, Hakan Calhanoglu, Mateo Musacchio, Ricardo Rodriguez, Franck Kessie, Antonio Donnarumma, Fabio Borini dan yang terakhir Nikola Kalinic adalah wajah-wajah baru yang bisa kita lihat dalam skuat baru Milan saat ini.

Melihat masing-masing harga dan kualitas pemain baru tersebut, sepertinya mudah bagi Milan jika ingin meraih juara, mengalahkan tim-tim rival. Dan dengan pemain baru tersebut, pelatih Milan, Vincenzo Montella, bisa membentuk satu tim baru tanpa melibatkan pemain lamanya. Sebab, komposisi pemain baru tersebut sudah memadahi untuk mengisi berbagai lini mulai dari posisi penjaga gawang hingga pemain depan. Mudah untuk mengatakan, Milan telah membeli satu tim pada bursa transfer kemarin. Hanya saja pemainnya didatangkan dari klub berbeda.

Pembelian Bonucci menjadi kebanggaan tersendiri bagi Milan sekaligus menjadi kontroversial. Bagaimana mungkin Bonucci berkenan meninggalkan Juventus yang tengah dalam masa kejayaan. Sebab dalam enam musim terakhir, ia selalu juara Serie A bersama Bianconeri.

Bagaimanapun, Bonucci telah menjadi milik Milan setelah ditebus dengan harga 40 juta euro. Pemain 30 tahun tersebut diharapkan bisa menularkan mental juara di Milan. Ia dinilai sebagai pemimpin top di atas lapangan. Orasinya yang menggebu-gebu bisa mengobarkan semangat para pemain. Ia pun dipercaya sebagai sang kapten.

Pemilik Baru Milan dari Tiongkok

Revolusi Milan dimulai ketika pengusaha asal Tiongkok membeli saham mayoritas Milan dari tangan Silvio Berlusconi, setelah mantan perdana menteri Italia tersebut mengontrol Milan selama kurang lebih 30 tahun. Sebuah konsorsium yang dipimpin Yong Hong Li mendapatkan mayoritas aset Milan dengan tebusan 740 juta euro.

Setelah sukses proses akuisisi, Yong Hong Li langsung memberikan harapan untuk fans Milan. Ia meyakinkan bahwa Milan akan segera bangkit secepat mungkin dan ia akan membawa Milan mampu kembali bersaing dengan klub-klub Eropa.

“Hari ini adalah tonggak sejarah dalam proses yang akan membuat kita menulis sebuah bab baru dan mulia dalam kehidupan tim yang luar biasa ini," demikian ucap pemilik baru Milan ketika baru saja menguasai Milan.

Pernyataan tersebut memang bukan omong kosong. Pada bursa transfer, sang pemilik klub rela menggelontorkan dana seperti yang telah disebut di awal: senilai 152 juta pounds untuk beli pemain baru demi kejayaan Milan di masa yang akan datang.

Langkah Awal Milan Musim 2017/2018

Memasuki pertandingan resmi perdana, Milan tampil cukup meyakinkan. Milan mengawali pertandingan resmi ketika menghadapi CS U Craiova di putaran ketiga playoff Liga Europa dengan kemenangan agregat 3-0. Kemudian menghadapi Shkendija di babak penentuan lolos ke fase grup, Rossoneri kembali memetik kemenangan dengan agregat 7-0. Kemenangan tersebut akhirnya membuat klub tujuh kali juara Liga Champions bisa tampil di kompetisi Eropa musim ini.

Di Serie A, Milan menjalani laga perdana menghadapi Crotone. Mereka menang telak dengan skor 3-0. Lalu menghadapi Cagliari, meskipun sempat mengalami kesulitan, namun Milan bisa menang dengan skor 2-1. Rentetan kemenangan ini menjadi tanda-tanda kesuksesan Milan ke depannya.

Namun ketika memasuki pekan ketiga, petaka menghampiri Milan dan proyek Milan mulai diragukan. Ketika menghadapi Lazio, Milan harus menelan kekalahan menyakitkan. Bermain sebagai tim tamu, Milan sempat menunjukkan permainan agresif di menit-menit awal. Namun kemudian, Milan tertinggal lewat gol penalti Ciro Immobile. Sebelum jeda babak pertama, Lazio menggandakan keunggulan.

Di babak kedua, Immobile kembali mencetak gol sehingga tercatat sebagai pencetak gol hattrick dan Luis Alberto juga mencatatkan namanya di papan skor untuk menggenapkan keunggulan 4-0. Milan hanya bisa membalas dengan gol semata wayang lewat kaki pemain senior, Riccardo Montolivo.

Sementara itu, Bonucci yang diharapkan menjadi pemain andalan dan tembok pertahanan yang kokoh bagi Milan, ternyata tak mampu memberi jawaban. Bahkan dalam pertandingan tersebut, Bonucci dinilai sebagai pemain paling buruk.

Revolusi Milan Gagal?

Ada beberapa klub yang meredup kemudian kembali mentereng setelah mendapat suntikan dana. PSG, misalnya. Klub Prancis tersebut tak pernah menjuarai liga Prancis sejak tahun 1994. Lalu ketika mendapat suntikan dana dari pengusaha Qatar, PSG langsung melakukan revolusi skuat dengan mendatangkan sejumlah pemain mahal.

Pembangunan yang dilakukan PSG tak begitu saja membuahkan hasil. PSG mulai mendapat suntikan dana dari investor baru pada tahun 2011. Lalu mereka baru bisa menjuarai liga dua tahun berikutnya. Artinya, membangun tim tak bisa dilakukan dalam sekejap saja.

Setelah sukses menjadi juara pada 2013, PSG secara beruntun mendominasi Ligue 1 kecuali pada musim 2016/2017 kemarin-- karena AS Monaco tengah tampil gemilang.

Berkaca pada perjalanan PSG, Milan dan pendukungnya seharusnya bisa bersabar. Jangan terburu-buru kecewa jika Montella tak langsung membuat Milan menjadi juara di Serie A musim ini. Pelatih masih membutuhkan waktu untuk membangun tim. Memang benar Milan saat ini memiliki materi pemain yang bagus. Namun menjadikan mereka sebagai tim yang bagus adalah urusan lain.

Dan jangan buru-buru melakukan penilaian bawah revolusi Milan gagal. Ini baru awal musim sedangkan periode musim ini masih panjang. Maka, kekalahan menghadapi Lazio tak bisa dijadikan ukuran dan penilaian.

Akhirnya, mari kita menertawakan kegagalan Milan sejenak saja. Mungkin mulai pekan depan, Milan tak akan pernah kalah lagi. Tak akan mengalami kekalahan selamanya, siapa tahu! Dan kita tak bisa meremehkan klub yang berdiri sejak 1899 ini.