Guardiola dan Dominasi Manchester City di Premier League

Guardiola dan Dominasi Manchester City di Premier League
Manchester City (c) mcfc

Bola.net - - Manchester City semakin menjadi kekuatan yang menakutkan di Premier League. Tidak mudah bagi klub Inggris menjadi pesaing tim besutan Josep Guardiola tersebut. Ini sangat mengkhawatirkan. Man City mungkin saja bisa jadi kekuatan yang terlalu dominan di tanah Inggris pada suatu saat nanti.

Saat ini Manchester City duduk begitu nyaman di atas singgasana klasemen Premier League. Mereka tak mau menggeser posisinya tersebut sedikitpun sejak pekan keenam Premier League. Hal ini membuktikan bahwa City tampil begitu konsisten.

Sepanjang musim ini, City hanya tiga kali mengalami kekalahan di semua kompetisi termasuk Premier League, Liga Champions, Piala Liga dan FA Cup.

Di pertandingan terakhir, Jumat (2/3), Man City memetik kemenangan atas Arsenal di Premier League. Meski bermain di kandang lawan, City sanggup mempermalukan tim besutan Arsene Wenger tersebut dengan skor 3-0. Tambahan tiga poin tersebut semakin membuat City kian berjarak dengan para pesaingnya. Gelar juara di Premier League sudah di depan mata.

Beberapa hari sebelum menghadapi Arsenal di liga, City sudah berpesta merayakan gelar juara Piala Liga. Mereka menggondol trofi tersebut setelah mengalahkan Arsenal, juga dengan kemenangan 3-0.

Piala Liga tersebut merupakan trofi pertama City di bawah asuhan Guardiola. Memang baru yang pertama, namun ini bisa menjadi sebuah pertanda buruk bagi seluruh klub di Inggris. Jika klub-klub Inggris tak segera sadar, Manchester City bisa tiba-tiba menjadi klub yang terlalu dominan di sepakbola Inggris layaknya di Bundesliga atau Serie A, yang sering didominasi oleh satu klub saja.

Di dalam sejarah sepakbola Inggris memang agak berbeda. Di Inggris jarang ada tim yang mampu mempertahankan gelar terlalu panjang seperti Juventus di Serie A yang mampu mempertahankan gelar hingga enam musim.

Persaingan antar klub di Inggris setidaknya sampai saat ini bisa dikatakan masih begitu ketat. Bahkan pada 2016 lalu, klub kecil seperti Leicester City mampu menjadi juara Premier League. Dan persaingan di Inggris masih melibatkan sejumlah klub raksasa seperti Manchester United, Chelsea, Liverpool, Arsenal, Tottenham. Tapi Manchester City yang saat ini ditangani Guardiola bermain begitu anggun.

Pelatih 47 tahun tersebut ditunjuk sebagai pelatih Sergio Aguero dkk. sejak bulan Juli 2016 lalu. Di musim pertamanya, mantan pelatih Barcelona tersebut langsung mendaftar pemain yang ia inginkan untuk masuk ke dalam timnya. Dengan dukungan dana besar dari pemiliki klub, Guardiola leluasa untuk mendatangkan Claudio Bravo, Leroy Sane, Nolito, Iklay Gundogan, John Stones. Kedatangan semua pemain tersebut diharapkan mampu memenuhi ekspektasi Guardiola berdasarkan filosofi yang akan ia terapkan di City.

Namun di musim pertamanya itu, Guardiola masih gagal meraih gelar di kompetisi apapun. Guardiola pun banyak mendapat cibiran karena dinilai ingin menerapkan gaya bermain 'Barcelona' di Inggris. Kritik terhadap Guardiola tersebut mulai menghilang dan kini mulai berubah menjadi pujian.

Guardiola sendiri terus mempertahankan keyakinannya hingga kini. Ia sangat percaya konsep yang ada di kepalanya akan memberikan hasil seperti yang ia inginkan, dengan jalannya sendiri tanpa perlu menuruti orang-orang yang bicara negatif tentang dirinya.

“Manajer-manajer lain punya prinsip mereka sendiri. Teknik menjiplak begitu saja tidak ada dalam dunia sepakbola. Saya sendiri banyak melihat hal yang menarik dari para rekan seprofesi dan berusaha untuk menirunya namun pada akhirnya saya selalu memilih cara saya sendiri. Tiap manajer punya pemikiran masing-masing,” ucap Guardiola pada satu ketika.

Pada awal musim 2017/2018, Guardiola kembali melakukan perombakan pemain. Para pemain yang tidak cocok dengan kriteria, ia biarkan lepas dari skuat The Citizens. Pada awal musim, pemain seperti Bacary Sagna, Alexandar Kolarov meninggalkan Manchester.

Setelah itu, Guardiola banyak menghabiskan dana untuk mendapatkan dua pemain yang ia dambakan, yaitu Kyle Walker dan Benjamin Mendy. Kehadiran dua full back yang bisa bermain atraktif sangat dibutuhkan untuk mengembangkan permainan Guardiola di Man City. Sayangnya Mendy dihantam cedera, tapi peran Walker sudah sangat begitu signifikan. Selain membantu pertahanan, pemain 27 tahun tersebut banyak membantu serangan dan telah mengumpulkan 6 assist di Premier League musim ini.

Selain dua pemain tersebut, Guardiola juga mendatangkan sejumlah pemain termasuk Bernardo Silva, Gabriel Jesus, Aymeric Laporte dan Danilo. Semua pemain ini didatangkan untuk mewujudkan gaya permainan 100 persen ala Guardiola.

Hasilnya mulai tampak musim ini. Menurut catatan Whoscored, Manchester City merupakan tim yang paling apik di bidang penguasaan bola, umpan-umpan tepat sasaran, jumlah tembakan per pertandingan, unggul atas semua klub di Inggris.

Cara bermain Manchester City saat ini mungkin sudah hampir sempurna seperti yang diharapkan Guardiola sejak awal. Pelatih yang pernah menangani Barcelona tersebut memang sangat menekankan pada penguasaan bola di mana semua pemain dituntut untuk bergerak serta membangun serangan mulai dari lini belakang. Hingga seorang penjaga gawang pun dituntut bisa memberikan umpan akurat. Maka ketika Bravo gagal memenuhi ekspektasi, Guardiola kembali mencari kiper baru pada musim panas lalu sebelum kompetisi dimulai.

Saat ini Manchester City telah mengumpulkan 75 poin, berjarak 16 poin dari Manchester United di peringkat dua sementara pertandingan tinggal menyisakan 10 laga lagi.

Akhirnya, musim ini Man City sangat berpeluang menjuarai Premier League yang pertama kalinya sejak 2014. Peluang-peluang selanjutnya mungkin akan lebih mudah diciptakan karena Guardiola kini telah mendapatkan pasukan seperti yang ia harapkan.