Bola.net Unseen: Bergabung dalam Aksi Tolak Kekerasan pada Jurnalis

Bola.net Unseen: Bergabung dalam Aksi Tolak Kekerasan pada Jurnalis
Suasana Aksi Keprihatian Jurnalis Kota Malang (c) Dendy Gandakusumah

Bola.net - Terus berulangnya kekerasan pada jurnalis dan impunitas yang terus-menerus terjadi mengundang keprihatinan jurnalis di Kota Malang. Mereka melakukan aksi keprihatinan yang dilakukan di depan Balai Kota Malang, Jumat (25/01) pagi.

Aksi ini diikuti puluhan orang jurnalis, termasuk jurnalis Bola.net. Dalam aksi ini, para peserta menuntut adanya keadilan bagi para jurnalis yang menjadi korban dalam menjalankan pekerjaan jurnalistiknya.

Keprihatinan atas kekerasan yang terus berulang ini dipantik pemberian remisi bagi I Nyoman Susrama oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Susrama adalah otak pembunuhan jurnalis Radar Bali, AA Bagus Narendra Prabangsa.

Pemberian remisi oleh Jokowi dinilai sebagai sebuah tacit endorsement dari pemerintah agar publik bisa menggunakan cara-cara biadab untuk membungkam jurnalis. Padahal, kerja jurnalis dilindungi Undang-Undang No 40 tahun 1999 tentang Pers.

Bagi jurnalis Bola.net, mengikuti aksi ini bukan hanya karena tergabung dalam salah satu organisasi profesi di bidang jurnalistik. Mengikuti aksi ini, baginya, merupakan sebuah ungkapan keprihatinan ihwal hal yang tiap hari dihadapi dalam dunia jurnalistik.

Ancaman, teror, maupun gangguan bukan hanya dihadapi jurnalis di desk 'serius', seperti politik, ekonomi, atau kriminal. Bagi jurnalis olahraga, hal ini juga kerap ditemui.

Suasana Aksi Simpatik Jurnalis Kota Malang (c) Dendy GandakusumahSuasana Aksi Simpatik Jurnalis Kota Malang (c) Dendy Gandakusumah

Beberapa jurnalis sudah sempat merasakan teror ini ketika mencoba membongkar sejumlah kasus di bidang olahraga, khususnya sepak bola -yang terkenal dekat dengan dunia politik. Seorang rekan bahkan sempat harus diungsikan karena mengupas skandal kepemilikan saham sebuah klub di barat Pulau Jawa.

Rekan yang lain, ketika mengulik soal dualisme federasi beberapa waktu lalu, sempat menghadapi sejumlah ancaman dari salah satu pihak yang berseteru.

Belakangan, yang masih segar di ingatan kita, di Ghana, seorang jurnalis yang membongkar skandal match fixing Ahmed Hussein-Suale ini ditemukan tewas pada Rabu (16/01) waktu setempat. Ia ditembak dua kali di dada, satu kali di leher dalam jarak dekat di tepian Kota Accra, Ibu Kota Ghana. Menurut polisi, ia tewas di tempat.

Kami yakin, pers adalah pilar keempat demokrasi. Upaya kekerasan apa pun terhadap jurnalis akan merobohkan pilar ini dan mengubur kita kembali ke zaman kegelapan.

Karenanya, kami berharap kekerasan seperti ini dihentikan. Pemerintah harus memberi contoh penghormatan pada undang-undang, bukan justru menginjaknya demi kepentingan sesaat.