Kalah dari Atlet Asing, Karateka Indonesia Minim Taktik

Kalah dari Atlet Asing, Karateka Indonesia Minim Taktik
Donald PL Kolopita (c) Fitri Apriani
- Ketua dewan wasit karate Asia Tenggara, Donald PL Kolopita mengungkapkan perbedaan antara karateka Indonesia dan luar negeri. Seperti diketahui, Indonesia hingga saat ini hanya mampu meraih dua kali medali emas di Kejuaraan Dunia Karate.


Pertama kali Indonesia meraih emas pada Kejuaraan Dunia 2003 di Prancis dan terakhir pada Kejuaraan Dunia 2015 di Indonesia. Hal itu dikarenakan karateka di tanah air masih minim taktik.


"Kalau di Indonesia terlalu banyak jeda ngambil napas dan banyak loncat tidak tahu mau ngapain," ujar Donald kepada saat ditemui di Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Pertamina Open 2016, GOR Pertamina Simprug, Jakarta, Sabtu (30/1).


"Sementara kalau atlet-atlet karate di luar negeri ngambil napas hanya sekali. Setelah mengambil napas langsung mengambil keputusan mau menyerang atau mau memancing lawan supaya menyerang," tambahnya.


Pria asal Manado itu juga mengungkapkan bahwa karateka di tanah air jarang melakukan teknik bantingan. Teknik bantingan sendiri yaitu memegang, membanting, lalu saat lawan jatuh terkapar, dia langsung menunduk.


"Indonesia jarang sekali melakukan teknik bantingan. Padahal itu nilainya tiga. Mungkin karena background kita Jepang, jadi rata-rata tidak boleh memegang," ungkapnya.


"Padahal kalau aturan sekarang kan boleh memegang sambil membanting, lalu setelah lawan terkapar baru dilanjutkan dengan pukulan," lanjutnya. (fit/dzi)