Jabar Dianggap Diistimewakan, ini Jawaban Gubernur Aher

Jabar Dianggap Diistimewakan, ini Jawaban Gubernur Aher
PON XIX di Jawa Barat 2016 (c) ist
- Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ahmad Heryawan menyoroti carut marut yang terjadi di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016. Utamanya tentang pandangan banyak daerah yang menilah Jabar mendapat perlakuan khusus, atau kerap diuntungkan oleh pengadil maupun regulasi.


Salah satu yang disoroti Gubernur Aher adalah perihal wildcard untuk Jabar pada cabang olahraga (cabor) berkuda.


Sembilan dari 12 kontingen peserta nomor pacuan mengajukan protes tentang pelayanan istimewa untuk kontingen Jabar. Sebagai tuan rumah, Jabar diuntungkan karena bisa langsung tanding di final, tanpa harus melewati babak penyisihan terlebih dahulu.


Sembilan daerah tersebut di antaranya adalah, Sulawesi Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan Jabar, Jawa Tengah dan Yogyakarta tidak ikut mendukung surat protes ini.


Sebagai Ketua Umum PB PON, Aher menilai protes itu seharusnya disampaikan saat technical meeting. "Itu protesnya terlalu kecepetan. Disampaikan saat ini, sementara proses technical meeting belum dilakukan. Mestinya protes itu disampaikan saat technical meeting nanti," kata Aher.


Menurut Aher, ketentuan wildcard untuk Jabar sudah ditetapkan dalam technical book sekitar dua bulan lalu. "Kita juga tidak merasa mungkin tidak adil, kalau ada yang menunggu di final tanpa mengikuti penyisihan dulu. Nah nanti dibicarakan saat technical meeting. Seperti apa baiknya bentuk wildcard itu," imbuh Aher.


Ketua Pengprov Pordasi DKI Jakarta, Alex Asmasoebrata mementahkan pernyataan Aher. Dalam konferensi persnya di Hotel Patra Jasa, Senin (19/9) siang, Alex mengungkapkan bahwa surat protes itu sudah pernah dilayangkan pada enam bulan yang lalu. Tapi surat itu tak digubris oleh PB PON.


"Jawabannya toleransi lah toleransi," ucapnya kesal. Keresahan juga dirasakan manajer tim berkuda Sulawesi Barat (Sulbar), Raden Mulyo. "Kami sependapat dengan kontingen lain, kami merasa tidak mendapat keadilan," ungkapnya. [initial]

  (faw/asa)