
Bola.net - Setelah Liam Brady terdepak, nomor punggung 10 langsung disematkan ke punggung Michel Platini. Sebagus apa sih pria asal Prancis tersebut sampai Juventus menggusur Brady yang menyumbang Scudetto di dua musim perdananya?
Pernyataan itu mungkin akan terbesit di benak fans sepak bola milenial. Cobalah duduk dengan penggila sepak bola di jaman baheula, dia takkan puas bercerita soal Platini hingga ke akar-akarnya.
Platini sudah menarik perhatian sejak masih membela klub asal Prancis, Saint-Etienne. Di mana dirinya bermain selama tiga musim dengan torehan 58 gol dari 104 kali penampilan.
Advertisement
Le Roi (Si Raja) aktif bermain di pentas profesional selama kurang lebih 15 tahun. Hampir semua gelar bergengsi pernah ia rasakan semasa bermain di Juventus dan Timnas Prancis kecuali satu, Piala Dunia.
Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.
Awal Kisah Platini di Sepak Bola
Talenta Platini sudah tercium sejak masih muda, lebih tepatnya saat ia sedang memperkuat Nancy. Penampilan yang mengesankan sudah terlihat kala ia mencetak hat-trick kala bermain bersama tim reserve.
Kontribusinya buat Nancy sangat terasa. Pada tahun 1974, ia mengalami cedera parah hingga harus absen di sisa musim. Nancy pun finis di posisi bawah klasemen Ligue 1 dan harus terdegradasi.
Platini hanya butuh waktu satu musim untuk membawa Nancy kembali ke divisi utama. Kemudian, di tahun 1977/78, ia berhasil membantu Nancy menjuarai Coupe de France dengan golnya satu-satunya ke gawang Nice pada babak final.
Perjalanannya bersama Nancy selesai pada tahun 1979, tepat saat kontraknya berakhir. Klub besar seperti Inter dan PSG sudah siap untuk menampungnya. Namun, Platini menambatkan hatinya di Saint-Etienne.
Perjalannya bersama Le Verts bisa dikatakan sukses atau juga tidak. Platini diharapkan bisa membuat peluang St. Etienne menjadi pemenang European Cup (sekarang Liga Champions) semakin besar. Sayang kenyataannya tidak seperti demikian.
Untungnya Platini bisa mendekorasi kiprahnya bersama Saint Etienne yang hanya berjalan selama tiga musim saja dengan trofi Ligue 1 pada tahun 1981. Ditambah dua torehan runner-up di ajang Coupe de Frence masing-masing pada tahun 1981 dan 1982.
Menggusur Liam Brady dari Juventus
Pada tahun 1982, Platini berlabuh di Turin. Ia memulai kiprahnya di Italia sebagai pemain Juventus dan meraih serangkaian kesuksesan bersama juara bertahan Serie A tersebut.
Kedatangan Platini membutuhkan tumbal, yakni Liam Brady. Seperti yang sudah pernah dikisahkan di seri pertama, Juventus harus melepas Brady karena aturan pembatasan pemain asing di satu klub.
Brady tampil gemilang dalam dua musim perjalanannya bersama Juventus, dan langsung menjadi pemain bintang di sana. Jelas saja, standar tinggi pun disematkan ke Platini yang memang direkrut sebagai pengganti pria kelahiran Dublin tersebut.
Namun, Platini bisa menjawab semua harapan itu. Bersama Juventus, ia mendapatkan titel raja sepak bola Eropa. Platini meraih trofi Ballon d'Or selama tiga tahun berturut-turut dan mempersembahkan serangkaian trofi bergengsi kepada Bianconeri.
Dari banyaknya trofi yang disumbangkan, gelar Liga Champions jelas menjadi yang terbaik. Sayangnya, trofi tersebut ia dapatkan dengan sedikit noda buruk dalam partai final melawan raksasa Inggris, Liverpool, pada tahun 1985. Peristiwa itu kemudian dikenang dengan sebutan 'Tragedi Heysel'.
Saksi Mata Tragedi Heysel
Pada saat itu, Liverpool berstatus juara bertahan. Dan Juventus dikenal sebagai salah satu tim terbaik Eropa. Keduanya bahkan menempati posisi teratas dalam ranking UEFA di penghujung musim sebelumnya. Jadi wajar, laga kali ini jadi dinantikan oleh banyak penikmat sepak bola.
Sebenarnya, kondisi Stadion Heysel pada saat itu sudah berada di tahap yang mengkhawatirkan. Dinding stadion yang rapuh bisa dengan mudah dijebol penonton tanpa harus membeli tiket masuk, hingga serangkaian kerusakan konstruksi yang bisa membuat fans menjadi tidak nyaman. Publik pun menyayangkan stadion besar seperti Camp Nou dan Santiago Bernabeu tidak dipertimbangkan. UEFA tak bergeming, mereka ingin pertandingan tetap digelar di sana.
Saat hari pertandingan, sekitar 58 ribu hingga 60 ribu penonton datang memadati stadion. 25 ribu di antaranya merupakan fans dari masing-masing tim. Penyelenggara telah berusaha membagi rata jatah zona penonton. Tapi, kehadiran perantau asal Italia di Belgia membuat jumlah fans Juventus jadi lebih banyak. Perantau-perantau ini mengisi slot netral yang berada persis di samping wilayah fans Liverpool.
Situasinya sudah sedemikian buruk kendati pertandingan belum dimulai. Hooligans mulai melemparkan batu ke sisi fans netral yang dihuni banyak penggemar Juventus. Kondisi stadion tidak membantu sama sekali, ditambah lagi pasukan keamanan yang hanya sedikit. Kerusuhan pun jadi sulit buat dibendung.
Puncaknya terjadi saat pertandingan baru berlangsung sebentar. Lemparan batu berlangsung lebih intens. Hooligans semakin brutal dan meruntuhkan dinding pembatas lalu menyerang fans Juventus. Kerusuhan ini membuat 39 nyawa melayang dan 600 orang penonton mengalami cedera. Peristiwa ini kemudian dikenang sebagai salah satu momen buruk di dunia sepak bola dan masih diingat sampai hari ini.
Pertandingan sempat terhenti cukup lama. Lalu dilanjutkan dengan duel sengit antar kedua klub setelah kerusuhan bisa ditanggulangi. Juventus keluar sebagai pemenang dengan skor tipis 1-0 berkat gol Platini yang didapatkan dari titik putih. Gol ini sendiri berbau kontroversi, karena Zbigniew Boniek yang dilanggar pada saat itu diklaim berada sedikit di luar garis penalti.
Tapi, pada akhirnya, Juventus dinobatkan sebagai juara. Platini pun tenggelam dalam euforia kesuksesan itu, yang membuatnya menjadi sasaran kritikan karena dinilai tidak memiliki rasa empati atas korban jiwa yang melayang. Platini punya dalih bahwa dirinya tidak tahu menahu soal apa yang terjadi di luar pertandingan pada saat itu.
Pasca Gantung Sepatu
Platini bermain dengan Juventus selama lima musim, lalu memutuskan pensiun pada tahun 1987. Torehan tiga kali Cappocanniere berturut-turut, kendati dikenal sebagai gelandang, dikantonginya bersama medali juara Serie A sebanyak dua kali. Jika ditotal, ia mendapatkan tujuh gelar juara dari berbagai kompetisi dalam kurun waktu lima tahun saja.
Dan sebagaimana kebanyakan pemain profesional lainnya pasca gantung sepatu, Platini melanjutkan karirnya di dunia kepelatihan. Namun karir kepelatihannya berjalan singkat dan hanya untuk Timnas Prancis saja. Itupun tak berlangsung dengan sukses.
Pasca meninggalkan dunia kepelatihan, Platini merintis karir dari balik layar berbagai federasi sepak bola. Ia menjabat sebagai Komite Teknis dan Pengembangan FIFA sembari menjadi wakil presiden federasi sepak bola Prancis di tahun 2006.
Karirnya meroket, ditandai dengan dirinya diangkat sebagai presiden UEFA pada tahun 2007. Ia bahkan sempat mencalonkan dirinya sebagai presiden FIFA pada tahun 2016 untuk menggantikan Sepp Blatter yang tersangkut kasus korupsi. Namun tidak lama setelahnya, ia menarik diri dari pemilihan tersebut.
Beberapa waktu setelahnya, barulah diketahui bahwa ia juga terlibat dalam kasus korupsi yang melibatkan Sepp Blatter tersebut. Pada Desember 2016, ia terbukti bersalah dan mendapatkan hukuman larangan terlibat dalam dunia sepak bola sampai tahun 2023.
Baca juga:
- Tanpa Juventus, 12 Klub dengan Gelar Juara Paling Banyak di Dunia
- Jangan Khawatir, Cristiano Ronaldo Bakalan Bertahan di Juventus
- Pacar-Pacar Pemain Muda Terbaik Dunia Saat Ini, Siapa Paling Mempesona?
- Ketika Totti dan Cannavaro Bicara Soal Masa Depan Buffon
- 20 Penyerang Terbaik di 5 Liga Top Eropa Musim Ini, Ronaldo Hanya Nomor 3
Advertisement
Berita Terkait
-
Bolatainment 16 April 2020 21:05
Pacar-Pacar Pemain Muda Terbaik Dunia Saat Ini, Siapa Paling Mempesona?
-
Liga Italia 16 April 2020 20:16
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 19:19
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 19:08
-
Otomotif 20 Maret 2025 18:59
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 18:41
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 18:40
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 18:38
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...