Serial No.10 Juventus: Alessandro Del Piero dan Kisah Kekasih Si Nyonya Tua

Serial No.10 Juventus: Alessandro Del Piero dan Kisah Kekasih Si Nyonya Tua
Alessandro Del Piero (c) AFP

Bola.net - Nomor punggung 10 Juventus telah bersanding di banyak pemain legendaris. Namun tidak ada pemain yang pernah mengenakannya lebih lama dari idola kebanyakan fans Bianconeri di seluruh dunia, Alessandro Del Piero.

Del Piero sudah bergabung dengan Juventus sejak masih berusia muda. Namun karirnya tidak dimulai di Turin, melainkan bersama klub peserta Serie B kala itu, yakni Padova.

Juventus baru mendeteksi talentanya pada tahun 1993. Dan sejak saat itu, Del Piero tak pernah pergi dari sisi Si Nyonya Tua sampai usia memisahkan. Del Piero pergi di tahun 2012 dengan catatan 705 penampilan dan 290 gol dalam semua ajang.

Tentu saja, Del Piero bisa bertahan di Juventus bukan hanya karena faktor kesetiaan, melainkan juga kualitas. Del Piero dikenal sebagai pemain kreatif hingga sang legenda kehormatan, Giampiero Boniperti, menyematkan julukan Il Pinturicchio kepadanya. Julukan itu terinspirasi oleh seorang seniman lukis ternama Italia di era renaisans, yang juga bernama Pinturicchio.

Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.

1 dari 6 halaman

Dari Kiper Menjadi Penyerang Legendaris

Del Piero dikenal sebagai seorang penyerang handal. Namun, ia justru memulai perjalanannya di dunia sepak bola sebagai penjaga gawang.

Hal ini dikarenakan permintaan dari sang ibunda, Bruna. Ia tidak mau melihat Del Piero berkeringat terlalu banyak. Namun sang saudara, Stefano, meyakinkan ibundanya bahwa Del Piero memiliki potensi besar sebagai seorang penyerang.

Karir profesionalnya sendiri dimulai di Padova. Tetapi, sebelum itu, Del Piero pernah memperkuat San Vendemiano selama enam musim di skuat mudanya. Dan potensinya baru ditemukan oleh Padova pada tahun 1988.

Del Piero menjalani laga debutnya saat masih berusia 17 tahun. Tepatnya saat Padova bertemu Messina di ajang Serie B bulan Maret 1992. Beberapa bulan setelahnya, ia membukukan gol pertamanya kala Padova menang telak 5-0 atas Ternana.

Potensi Del Piero akhirnya terendus oleh Juventus, atau lebih tepatnya Boniperti, pada tahun 1993. Bianconeri lantas bergerak cepat, dan mengikat sang pemain dengan mahar lima juta lira (setara lima ribu euro menurut kurs sekarang).

2 dari 6 halaman

Awal Karir di Juventus dan Cedera Parah

Del Piero resmi bergabung dengan Juventus pada tahun 1993. Sebenarnya, ia diproyeksikan bermain dengan tim muda pada awal kedatangannya. Namun, Giovanni Trappatoni selaku pelatih menginginkan Del Piero ikut berlatih bersama pemain senior. Kesempatan menjalani debut ia dapatkan pada tanggal 12 September 1993, kala melawan Foggia sebagai pemain pengganti. Sedangkan gol pertamanya tercipta beberapa hari setelahnya waktu Juventus bertemu Reggiana.

Performa yang meyakinkan itu membuat Del Piero diberi kesempatan melakoni laga debut penuhnya melawan Parma. Tidak tanggung-tanggung, ia langsung memborong hat-trick pada pertandingan tersebut. Del Piero menutup musim 1993/94 dengan total 14 penampilan bersama tim muda dan senior. Juventus, kala itu, berhasil finis di peringkat kedua Serie A.

Nasibnya kian mujur saat Juventus mengganti Trappatoni dengan Marcello Lippi di musim 1994/95. Ia mulai mendapatkan kesempatan tampil yang lebih sering dikarenakan sang bintang, Roberto Baggio, kerap mengalami cedera. Potensinya terus terasah, dan Juventus pada saat itu berhasil meraih Scudetto pertamanya setelah sembilan tahun lamanya.

Memasuki musim 1995/96, Del Piero diberi kepercayaan yang lebih dan Baggio harus tergeser ke klub lain. Kepergian Baggio membuat No.10 jatuh ke tangannya. Sayang, Juventus gagal mengantongi trofi Scudetto pada saat itu. Namun setidaknya, Del Piero bisa memberikan obat penyembuh dengan membantu Bianconeri meraih trofi Liga Champions.

Waktu terus berjalan, namun nama Del Piero tidak pernah hilang dari daftar starting XI. Bersama Zinedine Zidane dan Filippo Inzaghi, ia membentuk trio mengerikan di Italia. Semua terasa indah sampai Del Piero didera cedera parah pada musim 1998/99 usai melawan Udinese. Ia harus absen berbulan-bulan hingga memengaruhi performa Juventus secara keseluruhan. Alih-alih jadi juara, Juventus malah finis di peringkat ke-6.

3 dari 6 halaman

Kebangkitan Il Pinturicchio

Sembuh dari cedera tidak serta merta membuat Del Piero kembali handal seperti biasanya. Pada musim 1999/00, Del Piero menjadi penyumbang assist terbanyak di pentas Serie A. Namun, ia tidak bisa menghindari kritik karena hanya mampu mencetak sembilan gol saja. Bahkan, Delapan di antaranya berasal dari eksekusi bola mati. Duetnya dengan Inzaghi juga menjadi tidak efektif. Untungnya, Juventus masih bisa memenangkan trofi Intertoto Cup pada saat itu.

Pelan tapi pasti, Del Piero sukses menemukan performa terbaiknya. Pada musim 2001/02, ia dinobatkan sebagai kapten Juventus dan kembali membentuk duo menakutkan di lini depan bersama David Trezeguet, yang berlabuh di Turin pada tahun 2000. Ia sukses mencetak 16 gol di Serie A dan membantu Juventus meraih Scudetto yang ke-26. Jika ditotal, Il Pinturicchio berhasil mengantongi 21 gol di semua kompetisi.

Lini depan Juventus pada saat itu sangat kuat. Duo striker yang digawangi Del Piero dan David Trezeguet diapit oleh Mauro Camoranesi dan Pavel Nedved yang tak hanya bertugas sebagai pengumpan, namun juga pencetak gol di saat-saat genting. Juventus pun sukses mencapai babak final Liga Champions pada musim 2002/03. Sayang, mereka tumbang melalui drama adu penalti atas rival bebuyutannya, AC Milan.

Pada tahun 2004, kursi kepelatihan Juventus mengalami pergantian sosok. Fabio Capello diangkat jadi pelatih Juventus untuk menggantikan Lippi. Capello, yang pernah membawa AS Roma meraih Scudetto, tampak khawatir dengan kondisi fisik Del Piero sehingga dirinya lebih memilih fokus terhadap Zlatan Ibrahimovic yang merupakan anak baru di Turin. Meski kesempatan bermainnya jadi sangat minim, namun Del Piero masih menunjukkan kelasnya dengan raihan 14 gol serta membantu Juventus meraih Scudetto di musim 2004/05.

Capello masih bersikeras enggan memberikan kesempatan tampil lebih sering kepada Del Piero. Ia melihatnya sebagai sosok 'supersub'. Maka dari itu, jadilah Il Pinturicchio lebih sering terlihat di bangku cadangan. Namun itu tidak menghalanginya mencetak gol. Pada musim 2005/06, ia berhasil membukukan 20 gol di semua ajang dan membantu Juventus mempertahankan gelar Scudetto.

4 dari 6 halaman

'Un Vero Cavaliere Non Lascia Mai Una Signora'

Tahun 2006 menjadi masa yang kelam bagi Juventus. Dalam sekejap, mereka yang berstatus juara bertahan Serie A harus memulai semuanya dari dasar klasemen kasta kedua, Serie B. Semuanya disebabkan oleh skandal Calciopoli yang ramai dibicarakan pada saat itu.

Sejumlah pemain bintang, bahkan yang namanya dibesarkan oleh Juventus, memutuskan hengkang kala itu. Mulai dari Lilian Thuram, Gianluca Zambrotta, Patrick Vieira dan bahkan Zlatan Ibrahimovic pergi satu persatu. Namun tidak dengan Del Piero. Ia memutuskan setia kepada Si Nyonya Tua kendati harus bermain di pentas Serie B sekali lagi.

Del Piero lantas mengucapkan kalimat yang sampai saat ini masih terdengar segar di kalangan fans Juventus. "Un Vero Cavaliere Non Lascia Mai Una Signora" (pria sejati takkan pernah meninggalkan sang nyonya). Kata-kata itu seperti memiliki unsur magis. Empat penggawa penting, yakni David Trezeguet, Pavel Nedved, Mauro Camoranesi dan Gianluigi Buffon langsung sepakat untuk tidak meninggalkan Bianconeri kendati punya kesempatan bermain di klub atau pentas yang lebih baik. Bersama Del Piero, mereka berhasil mengembalikan Juventus ke Serie A di musim berikutnya.

Kelima pemain tersebut, dan Didier Deschamps sebagai pelatih, membuat Juventus tidak menemui kesulitan berarti untuk mengarungi Serie B. Mereka mendapatkan tiket promosi dengan status juara dan pada saat itu, Del Piero berhasil mengantongi golnya yang ke-200 untuk Bianconeri.

5 dari 6 halaman

Masa Kegelapan Bianconeri

Usai melewati Serie B, fans berharap Juventus bisa kembali mendominasi pentas-pentas domestik seperti sebelum Calciopoli. Namun alih-alih menjadi juara, Bianconeri justru mengalami kesulitan untuk menyaingi tim seperti Inter Milan yang kala itu sedang berjaya.

Pada musim 2007/08, Juventus finis di posisi ke-3 Serie A. Bukan torehan yang buruk untuk tim yang baru promosi dari Serie B. Bahkan, mereka mendapatkan tiket bermain di Liga Champions pada musim depan.

Di pentas itulah, Del Piero mendapatkan standing ovation. Tepatnya pada saat Bianconeri bertandang ke markas Real Madrid di fase grup. Del Piero mengantongi dua gol kemenangan Juventus dengan performa yang gemilang. Lantas, seluruh pengunjung Santiago Bernabeu sepakat melakukan standing ovation kala Del Piero ditarik keluar oleh Ranieri pada babak kedua.

Dengan performa apik itu, apakah perjalanan Juventus di Liga Champions baik-baik saja? Sayangnya tidak. Mereka disingkirkan oleh Chelsea di babak 16 besar dengan agregat tipis 2-3. Tapi setidaknya Bianconeri berhasil merengkuh status runner-up di Serie A setelah bersaing ketat dengan sang juara, AC Milan.

Masa-masa kelam Juventus terjadi setelahnya. Pemain penting seperti Pavel Nedved, David Trezeguet, dan Mauro Camoranesi sert Del Piero sendiri sudah mulai menua. Regenerasi skuat gagal dilakukan dan Juventus harus menerima getahnya. Selama dua musim mereka harus menyelesaikan Serie A dengan duduk di peringkat ke-7. Tiga pelatih yang menukangi Juventus pasca pemecatan Ranieri gagal memberikan hasil. Sampai kemudian mereka bertemu dengan salah satu legendanya, Antonio Conte.

6 dari 6 halaman

Penutup yang Indah

Conte, dulunya, pernah menjadi rekan setim Del Piero di Juventus. Namun fakta tersebut tidak membuat Conte jadi pilih kasih. Kenyatannya, Sosok yang direkrut dari Atalanta itu lebih memilih Mirko Vucinic di lini depan ketimbang Del Piero yang sudah menua. Pada musim 2011/12, ia lebih sering duduk di bangku cadangan dan ironisnya, Bianconeri berhasil keluar sebagai juara Serie A untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Tanggal 13 Mei, Del Piero menjalani laga terakhirnya bersama Juventus di ajang Serie A. Ia bermain sejak menit awal dan ditarik keluar pada menit ke-59 dengan torehan satu gol ke gawang Atalanta. Tidak ada masalah dengan kondisinya pada waktu itu. Del Piero ditarik keluar hanya semata-mata untuk mengucapkan perpisahan dengan fans setia Juventus. Ia mengelilingi Juventus Stadium, yang baru jadi kala itu, sembari mendapatkan apresiasi besar dari fans dan bahkan penggemar Atalanta sekalipun. Banyak air mata yang tertuang, tepat di hari Juventus mengangkat piala.

Sebelum pergi, Juventus berniat mempensiunkan No.10 agar tidak ada lagi pemain yang mengenakannya setelah dia. Namun Del Piero menolak. "Saya memilikinya sangat lama hingga saya tak ingin nomor itu dipensiunkan. Dengan ini, setiap anak-anak bisa bermimpi untuk mengenakannya suatu hari nanti," katanya.

Del Piero tidak lantas gantung sepatu. Ia memilih hijrah ke Australia guna memenuhi pinangan Sydney FC. Del Piero baru benar-benar pensiun pada tahun 2015 setelah gagal mendapatkan klub baru.

No. 10 keramat Juventus harus mencari punggung yang tepat untuk dihuni pasca kepergian Del Piero. Namun sepertinya, ia sudah mulai nyaman menghuni punggung idola Bianconeri yang baru, Paulo Dybala.