
Bola.net - Pernahkah dia merasa terintimidasi setelah memberikan kartu merah atau gol di sebuah pertandingan? "Tidak pernah," kata Pierluigi Collina tegas. "Tidak mudah mengintimidasi saya."
"Tidak, saya hanya bercanda," imbuh pria berkepala plontos itu tentang kalimat terakhirnya.
Entah dia benar-benar bercanda atau tidak, tapi pernyataan dalam sebuah tanya-jawab dengan laman resmi UEFA pada April 2012 itu sama sekali tidak salah. Memang tidak mudah mengintimidasinya. Jangan macam-macam dengannya.
Advertisement
Jika ada pertanyaan tentang siapa pesepak bola terbaik sepanjang masa, jawabannya pasti beragam dan bisa menimbulkan perdebatan. Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Pele, Diego Maradona adalah beberapa kandidatnya.
Namun, jika pertanyaannya tentang wasit terbaik dalam sejarah sepak bola, pasti semua sepakat menyebut namanya: Pierluigi Collina.
Pengadil Lapangan
Paolo Maldini, Javier Zanetti and Pierliugi Collina in the Derby della Madonnina pic.twitter.com/VD7IDZWEfd
— 00sFootball (@00sfootbalI) March 2, 2022
Wasit sepak bola identik dengan Collina, yang sekarang merupakan anggota Komite Wasit UEFA dan Ketua Komite wasit FIFA. Itu bukan tanpa alasan. Pria kelahiran Bologna, Italia, 13 Februari 1960, yang menekuni karier sebagai wasit dari 1988 hingga 2005 ini punya segalanya untuk menjadi seorang pengadil lapangan.
JEJAK KARIER PIERLUIGI COLLINA SEBAGAI WASIT
1988-1991: Serie C2/Serie C1
1991-2005: Serie B/Serie A
1995-2005: Wasit FIFA.
Kepala plontos (akibat Alopecia) dan tatapan setajam elang menjadi ciri khasnya. Dia adil serta tegas, dan tentu saja juga sangat paham tentang peraturan-peraturan pertandingan. Tak ada yang namanya 'faktor wasit' dengan dia sebagai pengadil di atas lapangan.
Ketika persebakbolaan Italia diguncang skandal Calciopoli yang memalukan pada 2006, hanya ada dua wasit yang tetap bersih, yakni Roberto Rosetti dan Collina.
Aura untuk Mengendalikan Ego Para Bintang
The scariest stare ever? ?? ??
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) June 21, 2022
Pierlugi Collina will always be a legend. #KoreaJapan02 pic.twitter.com/xkBcScSF1C
Auranya luar biasa. Itulah yang membantunya mengendalikan ego hingga rasa frustrasi para superstar.
Di bawah kepemimpinannya, tak ada protes yang melampaui batas. Dia tak terintimidasi karena para pemain itu biasanya justru sudah mundur bahkan sebelum mencoba. Itu pun kadang cukup hanya dengan tatapannya yang sedingin es, yang seolah mampu menciutkan nyali mereka. Semua tunduk di bawah aura dan tatapan matanya.
Jika itu tak cukup, dia tak segan membentak dan mendorong demi mengendalikan mereka. Meski begitu, semua tetap respek kepadanya. Itu karena dia juga respek pada mereka.
Diterima karena Dipercaya
Collina x Guardiola x Zidane. pic.twitter.com/3BIZWwgBGm
— Football Tweet ?? (@Football__Tweet) March 1, 2023
Collina lulus dari sebuah universitas di Bologna dengan gelar sarjana ekonomi. Di masa remajanya, Collina bermain sebagai bek sentral untuk tim lokal. Namun, pada tahun 1977, di usia 17, Collina memilih mengambil kursus wasit setelah diketahui kalau dia memiliki bakat alami untuk pekerjaan ini.
Karier Collina melesat kencang. Dari jenjang regional, dia naik ke Serie C1 dan Serie C2, lalu dipromosikan untuk menjadi wasit di Serie B dan Serie A.
Di masa keemasannya, Serie A tak hanya punya pemain-pemain dan tim-tim terbaik, tapi juga wasit terbaik - yang kemudian menjadi seorang wasit legendaris.
"Anda harus diterima di lapangan pertandingan bukan karena Anda wasitnya, tapi karena orang-orang percaya pada Anda," kata Collina.
Dari Italia, lalu Mendunia
#Ronaldo #Collina and #FrancescoTotti, #SerieA 1998/99 pic.twitter.com/G8gRwT5gp9
— Sport in History (@SportinHistory) September 27, 2016
Pada tahun 1995, setelah memimpin 43 pertandingan Serie A, Collina masuk daftar wasit FIFA. Tugas besar pertamanya di pentas internasional adalah Olimpiade 1996, termasuk final Nigeria kontra Argentina yang dimenangi Super Eagles dengan skor 3-2.
Pada 1998, Collina bertugas di Piala Dunia pertamanya.
Pada 26 Mei 1999, Collina dipercaya mewasiti final Liga Champions antara Manchester United kontra Bayern Munchen di Camp Nou. Suporter kedua tim senang dengan penunjukan Collina, begitu pula para penonton di rumah, karena mereka yakin kalau final ini akan ditentukan oleh 22 pemain di atas lapangan - bukan kesalahan wasit.
Orang-orang pasti ingat bagaimana final ini menjadi salah satu final paling dramatis berkat dua gol pembalik keadaan yang dicetak Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer saat injury time.
Namun, mungkin tak banyak yang tahu kalau dalam partai final ini tersaji sebuah momen yang membuat Collina semakin disegani. Setelah kebobolan gol kedua, yang membuat United berbalik unggul 2-1 di menit-menit akhir, para pemain Bayern sudah tak sanggup berdiri untuk melanjutkan pertandingan.
Collina berusaha membujuk Oliver Kahn dan rekan-rekannya untuk bangkit dan mengakhiri pertandingan meski hasil akhirnya sudah terlihat.
Dia Selalu Mengingatnya
1999 Champions League final: at the final whistle Pierluigi Collina consoled players from Bayern, after the defeat against Manchester United in the very last minutes of the game. Humanity is an important quality for a referee, trying to be on the same emotional level of players. pic.twitter.com/uLDaxWGkxZ
— Law 5 - The Ref (@Law5_TheRef) November 13, 2021
"Saya benar-benar beruntung sudah pernah mewasiti banyak pertandingan hebat. Final Piala Dunia tentu salah satunya, tapi saya khusus mengingat final Manchester United vs Bayern," kata Collina kepada The Telegraph pada April 2008.
"Saya akan selalu mengingatnya karena beberapa alasan. Yang utama adalah reaksi para suporter Manchester United ketika mereka mencetak gol kedua - itu suara yang luar biasa, seperti auman singa."
"Lalu reaksi pemain-pemain Bayern - kekecewaan mereka yang membuat mereka tersungkur di lapangan setelah kebobolan gol itu. Reaksi kontras antara kebahagiaan dan kesedihan, juga tatapan kosong Lothar Matthaus ketika dia melihat trofi - semuanya tak terlupakan."
Puncak Karier
A refereeing legend turns 6?0? today ??
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) February 13, 2020
Wishing Pierluigi Collina, the man in the middle at the 2002 #WorldCup Final, a very happy birthday ??#HBD | #TBT pic.twitter.com/r1XH2a6zRA
Collina mencapai puncak kariernya pada Juni 2002, ketika dia dipilih menjadi wasit untuk final Piala Dunia antara Brasil dan Jerman.
Jelang laga, Oliver Kahn berkata pada Irish Times: "Collina adalah wasit kelas dunia, itu tak perlu diragukan, tapi dia tak membawa keberuntungan."
Kiper Jerman itu berkaca pada dua laga besar yang dipimpin Collina sebelumnya dan melibatkan dirinya, yakni final United vs Bayern dan kekalahan 1-5 Jerman lawan Inggris pada September 2001.
Kali ini pun, keberuntungan Kahn ternyata tak berubah. Jerman kalah 0-2 lawan Brasil di final.
Dia Meng-cover Semuanya
FIFA World Cup Final - Japan v Turkey
— BESIKTAS IGDI® (@igdir1903) November 13, 2020
18 June 2002 - FIFA World Cup Knockout Stage 1 - Japan v Turkey - Referee Pierluigi Collina gives a cheeky grin to the camera before the match kicks off pic.twitter.com/gBjXRqZtlf
Collina menerima begitu banyak penghargaan. Itu karena dia memang wasit hebat.
Itu semua salah satunya berkat persiapan-persiapan yang dia lakukan sebelum pertandingan. Graham Poll, wasit wakil Inggris di Piala Dunia 2002, memberikan sebuah gambaran yang jelas tentang Collina.
Dalam laga Jepang vs Turki, Collina jadi wasit dengan Poll sebagai ofisial keempat.
"Dia menggambar line-up kedua tim di papan," tutur Poll.
"Dia memberi tahu kami bagaimana mereka akan bermain, siapa saja pemain yang gampang emosi, di mana saja kemungkinan terjadinya pelanggaran, dan apa saja yang kemungkinan terjadi di wilayah tiap-tiap asisten wasit."
"Dia meng-cover semuanya. Itu luar biasa, sebuah persiapan yang sangat mengagumkan. Hebatnya, dia tidak salah."
The One and Only, Pierluigi Collina
?? Pierluigi Collina has been voted the best referee in history by France Football. ?? pic.twitter.com/23SAD6jbg1
— Football Tweet ?? (@Football__Tweet) May 5, 2023
Tak ada wasit seperti Collina. Federasi Sepakbola Italia (FIGC) bahkan sampai sempat mengubah regulasi tentang usia pensiun seorang wasit menjadi 46 tahun agar Collina bisa memimpin laga-laga Serie A lebih lama.
Namun, pada Agustus 2005, muncul sebuah masalah. Collina mengikat sponsorship dengan Opel. Masalahnya, waktu itu mereka juga mensponsori AC Milan. Dikhawatirkan adanya konflik kepentingan, Collina dilarang mewasiti liga tertinggi Italia.
Collina langsung mengajukan pengunduran diri, lalu mengakhiri kariernya. Asosiasi wasit Italia berusaha menolaknya, tapi Collina sudah membulatkan tekad untuk pensiun.
PENGHARGAAN-PENGHARGAAN PIERLUIGI COLLINA
IFFHS World's Best Referee (6): 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2003
Serie A Referee of the Year (7): 1997, 1998, 2000, 2002, 2003, 2004, 2005
Italian Football Hall of Fame: 2011.
Tiap orang mungkin punya julukan berbeda untuk Collina. Kojak, E.T, dan alien adalah beberapa di antaranya.
Namun, satu yang pasti, Pierluigi Collina adalah wasit terbaik yang pernah ada. Semua tunduk di bawah aura dan tatapannya.
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Perbaiki Kualitas Wasit, Erick Thohir Bakal Undang Pierluigi Collina ke Indonesia
- Ini 5 Pemain 'Termahal' yang Didatangkan Barcelona Secara Gratisan Sebelum Gundogan
- Sebelum Ilkay Gundogan, Ini 3 Rekrutan Barcelona dari Manchester City
- Andai Deal 80 Juta Euro, Sandro Tonali bakal Jadi Penjualan Termahal Milan, Lewati Rekor Kaka
- Sudah Pecat Maldini, Sekarang Mau Jual Tonali, AC Milan Ini Niat Balik Medioker lagi?
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Spanyol 20 Juni 2023 14:13
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 23:00
-
Asia 20 Maret 2025 22:49
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 22:49
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 22:41
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 22:11
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 21:54
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...