
Bola.net - Seperti sebuah kutukan, Juventus kerap kali mengalami kegagalan dalam meraih gelar Liga Champions hampir di setiap musimnya. Maurizio Sarri selaku pelatih anyar pun bertekad untuk memutus kutukan tersebut.
Dalam sejarah, sang juara bertahan Serie A tersebut tercatat meraih trofi Liga Champions sebanyak dua kali. Itu terjadi pada tahun 1985 dan juga 1996.
Namun jika ditotal, Bianconeri sudah mencapai final sebanyak sembilan kali. Itu artinya, mereka kalah tujuh kali pada partai puncak tersebut. Dua di antaranya dicapai saat Juventus masih diasuh oleh Massimiliano Allegri.
Advertisement
Mereka terus berupaya untuk menghentikan torehan buruk itu. Salah satu caranya adalah dengan mendatangkan Cristiano Ronaldo pada tahun 2018 lalu. Sayangnya, di musim 2018-2019, perjalanan mereka dihentikan oleh Ajax Amsterdam pada babak perempat final.
Isu di Liga Champions ini digarisbawahi Sarri, yang pada hari Kamis (20/6) tadi menghadiri konferensi pers perdananya bersama Juventus. Pria berumur 60 tahun itu bertekad ingin mengakhiri kutukan klub di ajang tersebut, namun tetap bersikap realistis.
"Untuk Liga Champions, Juventus akan ke sana untuk menang, tapi juga sadar bahwa ada delapan atau sembilan tim yang berada dalam situasi yang sama," tutur Sarri, seperti yang dikutip dari Football Italia.
Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.
Hapus Skeptisme
Meski sadar bahwa dirinya harus menghentikan kutukan di Liga Champions, tapi Sarri tetap mengutamakan Serie A. Bagi mantan pelatih Chelsea tersebut, adalah sebuah kewajiban Juventus untuk memenangkan kompetisi tertinggi di Italia itu.
"Saya merasa ada tanggung jawab yang lebih besar untuk menang di Italia. Di Eropa, ada mimpi, hasrat untuk memenangkan sesuatu yang punya koefisien dengan kesulitan luar biasa," lanjutnya.
Sarri juga tahu bahwa ada pemikiran skeptis yang menyelimuti kedatangannya di Juventus. Seeperti yang diketahui, Sarri mendapat kritikan tajam selama mengasuh Chelsea pada musim 2018-2019 kemarin karena filosofi 'Sarriball' miliknya.
Tapi, ia tidak begitu memedulikan itu. Baginya, skeptisme sudah cukup akrab dengannya dan telah dirasakan setiap kali ditunjuk menjadi pelatih sebuah klub.
"Kedatangan saya dikelilingi oleh orang-orang yang skeptis, tetapi saya selalu begitu. Saya merakan hal yang sama di Empoli, Napoli, dan Chelsea," tambahnya.
"Dalam sepak bola, saya hanya tahu satu cara untuk menyingkirkan skeptisme dari pikiran orang-orang: yakni menang dengan cara yang meyakinkan. jadi yang bisa saya lakukan adalah menyuguhkan sebuah pertunjukan," tandasnya.
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Italia 19 Juni 2019 16:00
-
Liga Inggris 19 Juni 2019 08:30
Meski Ingin Pergi, Pogba Tetap Dapat 'Bonus Kesetiaan' dari MU
-
Liga Italia 19 Juni 2019 08:15
Ketimbang Real Madrid, Paul Pogba Lebih Pilih Balik ke Juventus
-
Liga Italia 19 Juni 2019 00:30
LATEST UPDATE
-
Amerika Latin 21 Maret 2025 10:01
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 10:01
-
Liga Inggris 21 Maret 2025 10:00
-
Otomotif 21 Maret 2025 09:29
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 09:26
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 09:08
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...