
Bola.net - - Bicara tentang Juventus pada musim 2018/19, sorotan utama tentu saja pada performa apik Cristiano Ronaldo. Atau tentang penurunan performa Paulo Dybala yang sejauh ini baru mencetak lima gol di Serie A.
Namun, ada cerita menarik lain di luar dua sosok bintang tersebut. Cerita itu hadir dari Moise Kean.
Moise Kean sukses mencuri perhatian di tengah hiruk-pikuk musim pertama Ronaldo di Serie A. Pemain kelahiran Vercelli tersebut seolah jadi harapan baru bagi Juventus yang gagal mencapai target di pentas Liga Champions.
Advertisement
Pada usia yang baru menginjak 19 tahun, Moise Kean mampu memberikan performa yang mengesankan di tim utama Juventus. Sejauh ini, sudah enam gol dia cetak di Serie A dari 11 kali kesempatan bermain yang didapatkan.
Simak pengakuan Moise Kean ihwal masa kecilnya yang tidak mudah untuk bisa sekedar bermain sepak bola di bawah ini ya Bolaneters.
Mencuri Bola dari Pendeta
Pada musim 2017/18 lalu, Moise Kean menjalani masa peminjaman di klub Hellas Verona. Dia mampu tampil cukup bagus. Dari 19 kali kesempatan bermain yang didapatkan di Serie A, ada empat gol yang dijaringkan ke gawang lawan.
Moise Kean pun masuk dalam rencana Juventus untuk musim 2018/19. Pelan tapi pasti, pelatih Massimiliano Allegri memberi kesempatan bermain pada Moise Kean. Enam gol kini sudah dia cetak, satu gol lebih banyak dari Paulo Dybala.
Namun, jauh sebelum kisah hidup indah diukir oleh Moise Kean, dia lebih dulu harus menjalani momen-momen yang sulit di masa kecilnya.
"Suatu kali, saya sangat ingin bermain sepak bola sehingga saya mencuri bola dari seorang pendeta. Saya tumbuh di Asti, dekat Turin, Italia. Jika Anda ingin bermain di lingkungan kami, Anda harus selalu menemukan bola di kantor pendeta di Oratorio dekat rumah kami," kisah Moise Kean pada The Players’ Tribune.
"Pendeta itu orang baik yang selalu menyimpan semua bola di laci. Tapi, begini, inilah masalahnya: Dia tidak pernah menguncinya. Jadi, setiap kali saya kehilangan bola, mungkin karena saya tendang keluar pagar, saya akan menyelinap dan mengambil bola itu dari laci," sambungnya.
Kehidupan yang Keras
Moise Kean punya kisah hidup yang keras sejak kecil. Dia berasal dari keluarga imigran dan kedua orang tuanya harus berpisah. Moise Kean pun menjalani masa kecilnya penuh dengan perjuangan, termasuk untuk bisa bermain sepak bola.
Bukannya bermain di sekolah sepak bola [SSB] untuk mengasah bakatnya, Moise Kean memulai segalanya dari lapangan aspal yang ada di belakang gereja Asti. Pertandingannya enam lawan enam. Di mana setiap pemain yang ingin bermain harus membayar.
"Setiap pemain harus membayar 10 euro, saya akan memohon, mencuri, meminjam dan menabung sepanjang minggu agar saya bisa membayar bagian saya. Itu adalah pertarungan dan dari situlah sepak bola saya dimulai."
"Saat Anda bermain sepak bola seperti itu, Anda belajar bermain sepak bola dengan rasa lapar. Anda belajar bahwa sepak bola, seperti kehidupan, kadang pasang dan surut. Kadang Anda mencetak gol menit akhir dan memenangkan 60 euro, tapi terkadang juga tidak," tandas Moise Kean.
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Inggris 7 Mei 2019 20:49
-
Liga Italia 7 Mei 2019 20:24
-
Liga Italia 7 Mei 2019 19:46
-
Liga Italia 7 Mei 2019 18:00
LATEST UPDATE
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 04:55
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 04:48
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 04:00
-
Olahraga Lain-Lain 21 Maret 2025 03:55
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 03:36
-
Amerika Latin 21 Maret 2025 03:00
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...