Bernostalgia dengan Bintang Juventus di Era Kejayaan Platini: Boniek, Scirea, dan Lainnya

Bernostalgia dengan Bintang Juventus di Era Kejayaan Platini: Boniek, Scirea, dan Lainnya
Michel Platini (c) AFP

Bola.net - Pada tahun 1985, semua mata tertuju kepada Juventus. Klub raksasa Italia tersebut menjadi bahan perhatian lantaran fansnya terlibat dalam perselisihan yang dikenal dengan nama 'Tragedi Heysel'.

Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Bianconeri atas raksasa Inggris, Liverpool. Sayangnya, ada 39 orang yang meninggal dalam laga tersebut akibat kisruh antar suporter.

Namun Tragedi Heysel bukanlah satu-satunya faktor penarik perhatian terhadap Juventus. Alasan lainnya adalah karena skuat asuhan Giovanni Trappatoni tersebut memiliki materi yang berlimpah akan kualitas.

Platini bukanlah satu-satunya pemain hebat yang dimiliki Juventus saat itu. Berikut adalah beberapa nama yang turut membantu Bianconeri meraih kesuksesan di era keemasan 'Le Roi'.

Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.

1 dari 5 halaman

Zbigniew Boniek

Boniek merupakan salah satu juru gedor Juventus pada era keemasan Platini. Talentanya ditemukan oleh Bianconeri kala dirinya sedang bermain untuk klub Polandia, Widzew Lodz.

Ia hanya bertahan selama tiga musim saja. Meski begitu, Boniek tetap dianggap sebagai legenda klub. Sebanyak 31 gol berhasil ia bukukan dalam 133 penampilan di semua kompetisi bersama Bianconeri.

Begitu final Liga Champions usai, Boniek memutuskan untuk menyeberang ke klub raksasa Italia lain, AS Roma. Boniek mengakhiri karirnya di sana dengan torehan 23 gol dari 92 penampilan.

2 dari 5 halaman

Gaetano Scirea

Tidak ada yang bisa mengukur kesetiaan Gaetano Scirea terhadap Juventus. Bahkan saat Sang Pencipta memanggil dirinya ke Surga, Scirea masih tetap menjadi bagian dari Bianconeri.

Setelah kemampuannya dipoles oleh Atalanta selama dua musim, Juventus langsung membawanya ke Turin di tahun 1974. Scirea bertahan sampai pensiun pada tahun 1988 dengan rekor tidak pernah mendapatkan kartu merah. Pencapaian yang luar biasa untuk seorang bek tengah.

Kesetiaannya membuat Juventus memberinya pekerjaan sebagai 'mata-mata' klub. Pada tahun 1989, ia ditugaskan untuk memantau calon lawan Juventus di UEFA Cup, yakni Gornik Zabrze.

Kisah pilu itu dimulai di sini. Kendaraan yang ditumpangi Scirea dalam perjalanan menabrak truk yang mengangkut empat kaleng bensin. Tak lama setelah kecelakaan terjadi, kaleng bensin tersebut meledak dan merenggut nyawa Scirea.

3 dari 5 halaman

Marco Tardelli

Tardelli dikenal sebagai salah satu gelandang terbaik di masanya. Bagaimana tidak, pemain kelahiran Capanne di Careggine, Italia itu memiliki semua atribut yang umumnya hanya dimiliki satu oleh setiap gelandang di dunia.

Tidak hanya mahir dalam seni bertahan, dengan keahlian tackling yang mengagumkan, Tardelli juga bisa memberikan kontribusi dalam menyerang. Ia memiliki teknik serta kecepatan yang cukup untuk menunjang permainannya.

Tardelli mulai bermain unutuk Juventus pada tahun 1975, tepat setelah direkrut dari Como. Ia menghabiskan sebagian besar karirnya bersama Juventus sampai memutuskan untuk pindah ke Inter Milan pada tahun 1985.

4 dari 5 halaman

Antonio Cabrini

Kisah mengenai seorang winger yang menjadi bek sayap ternyata sudah lama terjadi. Bahkan Cabrini juga pernah merasakan hal yang sama.

Kesetiaan Cabrini terhadap Juventus juga sangat kental. Setelah bergabung dengan Bianconeri pada tahun 1976, Cabrini tidak pernah berganti seragam sampai memutuskan hengkang di tahun 1989.

Cabrini memiliki daya tarung yang besar serta kecepatan untuk menunjang kebutuhannya dalam bertahan serta menyerang. Tidak heran jika dirinya disebut sebagai salah satu bek sayap terbaik di dunia pada masanya.

5 dari 5 halaman

Paolo Rossi

Paolo Rossi memulai karir profesionalnya di Juventus. Namun, ia baru mendapatkan kesempatan bermain yang banyak setelah melanglang buana bersama tiga klub Italia lainnya, yakni Como, Vicenza, dan Perugia.

Di musim 1979/80, Rossi terlibat dalam skandal pengaturan skor yang dikenal dengan sebutan Totonero. Akibatnya, ia mendapatkan hukuman larangan bermain yang berlaku selama dua tahun.

Kendati demikian, Juventus tetap merekrutnya kembali di tahun 1981. Setahun berikutnya, Rossi menjadi penggawa penting Timnas Italia yang menjuarai pagelaran Piala Dunia. Rossi berkontribusi dalam 58 persen gol Italia kala itu.

Dalam periode keduanya bersama Juventus, Rossi sukses menyumbangkan total enam trofi dari berbagai kompetisi. Tidak sampai di situ, ia juga membukukan 44 gol dari 135 penampilan sebelum hengkang ke AC Milan di tahun 1985.