
Bola.net - Para penyerang era sekarang, seperti Cristiano Ronaldo di Juventus, mungkin harus bersyukur akan satu hal. Mereka tak perlu menghadapi bek-bek tangguh yang merupakan kebanggaan Italia. Salah satunya, sebut saja namanya Alessandro Nesta.
Di media sosial sempat beredar kutipan dari Gianluigi Buffon, yang bunyinya: "Pasang Sergio Ramos, Thiago Silva, serta Giorgio Chiellini di pertahanan, Manuel Neuer di gawang, dan saya pastikan tak satu pemain pun yang bisa mencetak gol. Syaratnya satu, Cristiano Ronaldo tak boleh berada di tim lawan."
Melihat itu, melintas di benak: Bagaimana jika bek-beknya diganti Fabio Cannavaro, Alessandro Nesta, dan Paolo Maldini, kemudian Buffon sendiri yang berada di bawah gawang?
Advertisement
Di masa-masa jayanya, mereka adalah barisan pertahanan kebanggaan Italia. Dengan mereka, dan andai wasitnya tak berat sebelah, Italia bisa saja berjaya di Piala Dunia 2002.
Mundial 2002.
— Soy Calcio (@SoyCalcio_) June 7, 2019
De izquierda a derecha: Maldini, Zambrotta, Buffon, Panucci, Tommasi, Nesta, Vieri, Di Biagio, Totti, Cannavaro, Inzaghi. pic.twitter.com/P6Du1sPQqb
Dari nama-nama yang disebutkan, Nesta bisa dibilang sebagai bek sentral sempurna terakhir Italia. Hingga sekarang, belum ada yang bisa dianggap benar-benar pantas menjadi penerusnya.
Lionel Messi muda dengan kecepatannya yang menakutkan pernah sampai memukul-mukul tanah karena sebuah peluang emasnya digagalkan oleh Nesta. Sebagai catatan, Nesta yang dihadapi Messi kala itu adalah Nesta yang sudah lewat masa-masa keemasannya.
Namun, identitas ketangguhan seorang diffensore Italia yang ditempa di Serie A belum hilang sepenuhnya dari dirinya. Waktu itu, Messi pun masih bisa merasakan sisa-sisa kehebatan seorang Alessandro Nesta.
Camp Nou, September 2011
Barcelona menjamu AC Milan di partai fase grup Liga Champions, yang skor akhirnya imbang 2-2.
Barcelona, dengan skuad yang jauh lebih berkualitas daripada Milan waktu itu, gagal menang. Salah satunya adalah karena tidak ada gol dari Lionel Messi, yang sepanjang laga dibuat tak berkutik dalam penjagaan Nesta.
Pada satu kesempatan, Messi mendapatkan sebuah peluang emas. Dengan dribelnya, Messi menembus barisan pertahanan Milan dan terus mendekat ke gawang. Namun, begitu bintang Argentina itu bersiap melakukan penyelesaian akhir, Nesta menggagalkannya dengan sebuah tekel sempurna yang dilancarkan penuh perhitungan dari sudut matinya.
Messi sampai berkali-kali memukul tanah. Messi seperti tidak habis pikir, bagaimana dia bisa digagalkan oleh pemain yang usianya terpaut 11 tahun darinya. Terlebih lagi, itu terjadi di dalam kotak penalti dan dilakukan dengan kontak seminimal mungkin untuk menghindari pelanggaran.
Lalu, seperti apakah dia di masa keemasannya? Ya, waktu itu Messi berusia 25, sedangkan Nesta sudah 36.
A 36 yo Nesta made Messi roll on the floor
— Omar 🥶 (@AlessioTackle) May 1, 2019
Liverpool fans had the audacity to compare Van Dijk to him or Maldini pic.twitter.com/uDEeWEazOr
Dari Lazio ke Milan
Alessandro Nesta lahir di Roma, 19 Maret 1976. Dia mengawali karier profesional dengan seragam biru langit Lazio pada 1993. Bisa bisa jadi pemain besar salah satunya berkat Zdenek Zeman.
Pada musim 1995/96, Nesta menunjukkan perkembangan signifikan. Semua itu tak lepas dari filosofi sepakbola ofensif yang diusung oleh Zeman, di mana serangan dibangun dari belakang. Nesta pun berevolusi menjadi seorang bek yang elegan.
Pada 1997, di bawah kepelatihan Sven-Goran Eriksson, Nesta dipercaya mengenakan ban kapten Lazio.
Pada musim 1998/99, Nesta dan kawan-kawan gagal meraih Scudetto setelah disalip Milan di dua giornata pemungkas. Lazio kalah dengan selisih satu poin. Musim berikutnya, presiden Sergio Cragnotti menggelontorkan dana besar untuk mendatangkan amunisi-amunisi baru berkualitas demi juara.
Bintang-bintang seperti Juan Sebastian Veron hingga Diego Simeone direkrut. Bersama pilar-pilar semacam Pavel Nedved, Roberto Mancini, Sinisa Mihajlovic dan Marcelo Salas, Lazio yang dikapteni Nesta akhirnya merajai Serie A.
A young Nesta at Lazio. What a player! pic.twitter.com/Th8UGj7BxL
— 90s Football (@90sfootball) October 4, 2017
Hanya sayang, dua tahun berselang, masalah finansial memaksa Cragnotti menjual bintang-bintangnya. Nesta termasuk di antaranya. Dia dilepas ke Milan dengan nilai transfer mencapai €30 juta.
Bersama kapten Paolo Maldini, Nesta membuat Milan jadi salah satu tim dengan pertahanan paling solid di Italia dan Eropa.
Trofi Coppa Italia dan Liga Champions diraih Nesta pada musim pertamanya di Milan. Dia kemudian juga meraih dua Scudetto Serie A dan gelar Liga Champions keduanya di tahun 2007 lewat sebuah pembalasan manis lawan Liverpool.
Selama sepuluh musim memperkuat Milan (setelah meninggalkan Milan, Nesta memperkuat Montreal Impact 2012-2013; terakhir dia bermain di Chennaiyin FC tahun 2004), perjalanan karier Nesta tak selalu mulus. Kendala utamanya adalah cedera. Cedera punggung serius bahkan sempat membuatnya absen sepanjang musim 2008/09.
Bek Sentral Sempurna Terakhir Italia
Nesta adalah bek dengan kemampuan komplet, yang diakui sebagai salah satu bek terbaik sepanjang masa. Kemampuannya dalam bertahan, yang ditunjang fisik, skill dan visi mumpuni membuat dia begitu susah ditaklukkan.
Zonal marking, man marking, aerial duel, tactical knowledge, tackle, clearance hingga passing ability yang dimiliki Nesta terbilang berada di atas rata-rata. Bek terbaik Serie A 2000, 2001, 2002 dan 2003, serta anggota skuad juara Piala Dunia 2006 ini adalah bek sentral sempurna terakhir yang pernah dimiliki Italia.
Di saat prima, Nesta bukanlah lawan sembarangan. Mungkin hanya striker sempurna sekelas Il Fenomeno Ronaldo yang mampu membuatnya kerepotan.
Cannavaro, Nesta, Maldini.... What a Defence for Italy!#footballmemories #nesta #cannavaro #maldini #italia #italy #azzurri #nazionale #robedikappa #kappa #alessandronesta #fabiocannavaro #paolomaldini #nazionale #forzalazio #forzamilan #finoallafine #forzajuventus #calcio pic.twitter.com/fvrT2IfYa9
— Football Memories (@FM_Twittah) September 6, 2019
Kepada Milan Channel pada Mei 2012, ketika sang mantan partner Nesta memutuskan untuk meninggalkan Milan dan Serie A, Maldini mengatakan ini: "Kita akan ditinggalkan oleh salah satu bagian penting dari sejarah klub, juga bagian penting dari sejarah persepakbolaan Italia."
"Tak mudah menemukan pemain Italia sekaliber dirinya."
"Dari segi teknik, mental dan taktik, dia adalah salah satu dari sedikit pemain yang tak terlupakan di persepakbolaan Italia. Dia sudah membangkitkan kembali tradisi bek sentral hebat di AC Milan, yang dimulai dari ketika pertama kali saya bermain 20 tahun lalu."
Beruntunglah penyerang-penyerang sekarang, karena mereka berada di era yang berbeda dengan bek-bek seperti Fabio Cannavaro, Maldini, dan terutama Nesta.
Baca juga artikel-artikel lainnya:
- Kala Shevchenko Menaklukkan Buffon dengan Sebuah Golazo
- Dari Andres Iniesta untuk Seorang Teman yang Pergi Mendahuluinya
- Beri Andrea Pirlo 3 Detik, Itu Cukup Baginya untuk Membuat Satu Negara Menangis
- Zinedine Zidane: Maestro Sepak Bola, Masternya Permainan Elegan
- Kisah Alessandro Lucarelli, Sosok Setia di Balik Reinkarnasi Parma
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Spanyol 31 Maret 2020 15:58
Zinedine Zidane: Maestro Sepak Bola, Masternya Permainan Elegan
-
Liga Spanyol 31 Maret 2020 14:00
LATEST UPDATE
-
Bola Indonesia 20 Maret 2025 11:18
-
Liga Spanyol 20 Maret 2025 11:15
-
Piala Eropa 20 Maret 2025 11:08
-
Tim Nasional 20 Maret 2025 10:53
-
Voli 20 Maret 2025 10:49
-
Piala Eropa 20 Maret 2025 10:49
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...