3 Alasan Gelar Inter Milan Terasa Begitu Pahit bagi Juventus

3 Alasan Gelar Inter Milan Terasa Begitu Pahit bagi Juventus
Ekspresi kekecewaan Adrien Rabiot, gelandang Juventus. (c) AP Photo

Bola.net - Inter Milan resmi jadi juara Serie A 2020/21. Juventus resmi gigit jari, melihat dari peringkat tiga sambil menahan rasa kecewa. Gelar Inter kali ini terasa lebih menyakitkan bagi Juventus.

Minggu (2/5/2021) kemarin, Inter jadi juara tanpa bermain. Atalanta bermain imbang dengan Sassuolo (1-1), alhasil Inter otomatis jadi juara karena selisih poin yang tidak terkejar.

Nerazzurri membungkus gelar dengan 82 poin dari 34 pertandingan. Masih ada 4 pertandingan sisa, tapi Inter tak mungkin disalip lawan yang baru meraih 69 poin.

Gelar Inter dan kegagalan Juve musim ini jadi sajian utama Serie A. Setidaknya ada 3 alasan mengapa keberhasilan Inter terasa lebih pahit bagi Juventus musim ini, apa saja?

1 dari 3 halaman

Hentikan dominasi 9 tahun

Para fans Inter Milan memadati kawasan Piazza Duomo, Milan, Minggu (2/5/2021) untuk merayakan kesuksesan Nerazzurri merebut gelar Serie A 2020/2021. (c) AP PhotoPara fans Inter Milan memadati kawasan Piazza Duomo, Milan, Minggu (2/5/2021) untuk merayakan kesuksesan Nerazzurri merebut gelar Serie A 2020/2021. (c) AP Photo

Pertama dan yang paling penting, Inter Milan telah menghentikan dominasi Juventus selama sembilan tahun di Italia. Ini adalah pertanda dimulainya era baru.

Sebelumnya gelar Serie A dimonopoli oleh Si Nyonya Tua. Terakhir kali trofi Serie A diraih oleh tim selain Juve adalah ketika AC Milan jadi Scudetto pada musim 2010/11 silam.

Setelahnya, Juve terlau perkasa selama sembilan tahun beruntun. Bahkan saking tangguhnya Juve, seolah-olah juara Serie A sudah bisa ditebak saat musim belum dimulai.

Kini dominasi itu terhenti. Inter mengejar Juve dan kini berhasil menyalipnya.

2 dari 3 halaman

Conte sang mantan

Pelatih Inter Milan, Antonio Conte (c) LaPresse Via APPelatih Inter Milan, Antonio Conte (c) LaPresse Via AP

Kedua, Antonio Conte. Sosok pelatih senior ini lagi-lagi memberikan sentuhan magisnya, kali ini Inter Milan yang beruntung mendapatkan bimbingan langsung dari Conte.

Conte sempat diragukan di awal, dianggap tidak pantas melatih Inter dengan taktik kuno. Namun, kini dia membuktikan bahwa pada akhirnya Inter tetap jadi juara.

Nahas bagi Juve, Conte adalah pelatih yang dekat dengan mereka. Dominasi Juve di Serie A pun dimulai Conte beberapa tahun silam.

Lalu, apakah mungkin Conte telah memulai dominasi Inter?

3 dari 3 halaman

Skuad Pirlo tidak cukup tangguh

Superstar Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP PhotoSuperstar Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP Photo

Ketiga, skuad Juventus cukup medioker. Musim ini Juve tidak lagi memiliki komposisi skuad terbaik di Italia seperti beberapa tahun terakhir.

Ada terlalu banyak pemain level menengah dalam tim Juve. Alhasil, bintang seperti Cristiano Ronaldo tidak bisa memberikan kontribusi maksimalnya karena minim dukungan.

Yang jelas, Juve harus belanja besar musim panas ini. Mereka butuh pemain level top jika ingin jadi juara, khususnya di beberapa posisi penting.

Juve butuh kiper dan gelandang level top, bukan lagi pemain level tanggung seperti yang mereka punya sekarang.

Sumber: Bola