Satu Hal yang Haram Dilakukan Arsenal Jika Ingin Bangkit: Menjual Pemain Muda

Satu Hal yang Haram Dilakukan Arsenal Jika Ingin Bangkit: Menjual Pemain Muda
Pemain Arsenal, Bukayo Saka. (c) AP Photo

Bola.net - Arsenal sedang dalam perjalanannya menuju era kebangkitan. Namun, belum diketahui secara pasti ke mana arah yang bakalan dituju: mengembangkan potensi jebolan akademinya atau malah mengambil cara yang instan?

Mengembangkan pemain muda tentu akan memakan waktu yang sangat lama. Usia beberapa jebolan akademi Arsenal saat ini masih di kisaran awal 20 tahun, sementara masa-masa puncak seorang pemain dalam dunia sepak bola di usia 27-29 tahun.

Ketika Bukayo Saka, Emile Smith Rowe, hingga Gabriel Martinelli telah mencapai usia segitu, Arsenal mungkin sudah jatuh bangkrut karena jarang mendapatkan prestasi. Tentu, itu bakalan menjadi mimpi buruk besar buat fans the Gunners.

Solusinya, mungkin, adalah dengan membeli pemain yang sudah jadi seperti Thomas Partey. Membeli pemain adalah sebuah perjudian besar dan dengan kondisi keuangannya sekarang, Arsenal tidak boleh sampai salah langkah.

Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.

1 dari 2 halaman

Bisa Merugikan Diri Sendiri

Jika salah langkah, Arsenal mungkin bisa kembali mengulangi transfer Nicolas Pepe dari Lille pada tahun 2019 lalu. Sampai saat ini, performa pemain asal Pantai Gading tersebut belum sesuai dengan angka pembeliannya sebesar 72 juta pounds itu.

Sebenarnya, Arsenal bisa saja melakukan pembelian bernilai besar yang mengejutkan seperti waktu merekrut Partey. Tapi syaratnya, mereka harus merelakan pemain mudanya untuk mempertebal anggaran belanjanya di musim panas nanti.

Pemain muda yang diyakini punya daya jual tinggi saat ini adalah Bukayo Saka. Tetapi, apakah bijak menjual pria berumur 19 tahun itu untuk membeli pemain yang sudah jadi? Kolumnis Daily Mail, Martin Samuel, memberikan pandangannya.

"Saran yang menyebutkan kalau klub harus menjual Saka untuk mendanai program pembangunan ulang tampaknya benar-benar merugikan diri sendiri," buka Samuel.

"Saka adalah program pembangunan ulang itu sendiri. Dia adalah salah satu dari sedikit individu yang layak jadi poros pembangunan ulang tim," lanjutnya.

2 dari 2 halaman

Divisi Perekrutan Arsenal Suram

Mengambil langkah instan, yakni dengan membeli pemain jadi, dirasa tidak bijak buat Arsenal. Mengingat departemen perekrutan mereka sejauh ini tidak berfungsi sesuai harapan.

"Divisi perekrutan Arsenal sebagian besar suram, dengan jutaan uang diinvestasikan untuk kontrak pemain yang 'gila'. Sementara pengembangan pemain sedang bagus. Arsenal bisa memproduksi pemain, mereka hanya tak menyadarinya."

"Merampok salah satu departemen yang sukses, untuk mendukung perekrutan yang nantinya bakal dipertanyakan adalah kegilaan. Apakah Arsenal berencana mendanai 'Willian yang berikutnya' dengan kehilangan pemain yang, di klub lain, akan dipelihara dan dihargai secara cermat?" kata Samuel.

Samuel menjadikan Manchester United sebagai contoh nyata. "Bagaimana bila United menjual Paul Scholes atau David Beckham untuk menutupi pembelian Jaap Stam atau Dwight Yorke? Itu takkan berhasil."

"Arsenal mungkin tak memiliki kualitas mentah yang menjanjikan seperti Class of '92 yang terkenal, tapi mereka punya empat nama yang bisa menjadi pemain utama, ditambah Martinelli, yang direkrut dari tim divisi tiga Brasil, Ituano," pungkasnya.

(Daily Mail)