
Bola.net - Manchester United punya banyak pemain dengan label 'tukang jagal' dalam sejarah klub. Ada nama Eric Cantona yang begitu ikonik dengan tendangan kungfu. Tetapi, jangan lupa pada sosok Roy Keane.
Roy Keane merupakan salah satu legenda hidup bagi Manchester United. Pria asal Irlandia Utara tersebut membela Setan Merah pada periode 1993 hingga 2005. Dia bahkan pernah menjadi kapten Setan Merah.
Roy Keane menjadi salah satu pemain kunci United ketika meraih treble pada musim 1998/1999. Roy Keane memainkan peran penting di laga babak semifinal Liga Champions melawan Juventus.
Advertisement
Sebagai seorang pemain, Roy Keane dikenal dengan karakter yang keras. Roy Keane tidak akan menghormati pemain yang tidak hormat padanya. Roy Keane akan balik melakukan tekel pada pemain yang menekelnya.
Di balik gaya brutal Roy Keane di atas lapangan, dia sukses menjadi mentor yang membentuk karakter Cristiano Ronaldo. Roy Keane juga punya cerita unik yang pindah dari Manchester United karena didenda 5 ribu pounds.
Roy Keane dan Ceritanya di Old Trafford
Pada 1993, Roy Keane memainkan musim fantastis bersama Nottingham Forest. Lantas, ada banyak klub yang ingin membelinya. Blackburn Rovers memberi tawaran senilai 4 juta pounds. Namun, United datang pada tikungan terakhir.
Alex Ferguson langsung menelpon Roy Keane untuk mencegah transfernya ke Blackburn. Kebetulan, Blackburn tidak mampu menuntaskan administrasi transfer Roy Keane. United kemudian maju dengan proposal senilai 3,75 juta pounds dan sukses membawa Roy Keane ke Old Trafford.
Roy Keane diplot menjadi pengganti Bryan Robson di lini tengah Manchester United.
Keputusan Ferguson terbukti sangat tepat. Pada laga debutnya di Old Trafford, Roy Keane langsung mencetak dua gol dan membawa United menang dengan skor 3-0 atas Sheffield Wednesday. Setelah itu, Keane juga tampil pada laga laga kontra Manchester City, United menang 3-2 di Maine Road.
Alongside Dennis Irwin the most successful Irish Footballer with 19 Trophies. An inspirational leader who could strike the fear of god into players and officials alike and the very rock on which the foundations of United's dominance late 90's-early 00's were built, Roy Keane 👏👏 pic.twitter.com/MBuwRlT8U1
— Red_Devil (@RetroRed2) March 2, 2020
Roy Keane ditujuk sebagai kapten United pada 1997, menggantikan peran Eric Cantona. Sejak saat itu, Roy Keane menjadi pemain yang penting di ruang ganti dan lapangan. Perannya di United sangat penting.
"Salah satu yang menonjol bagi saya adalah Peter Schmeichel, dia memiliki karir luar biasa di Manchester United sebagai kiper kelas dunia. Bila dia bukan kiper kelas dunia, maka saya tak tahu dia apa. Begitu juga dengan Roy Keane," ujar Gary Neville.
Karakter Bermain Roy Keane Sebagai 'Tukang Jagal'
Roy Keane dikenal sebagai sosok yang disiplin. Mantan pemain Manchester United, Darren Fletcher, memberi kesaksian bagaimana Roy Keane saat menjadi kapten dan mengarahkan para pemain muda.
Roy Keane selalu meminta pemain datang setengah jam sebelum latihan dimulai. "Dia [Keane] adalah kapten kita, dia adalah pemimpin kita. Dia memberi standar tentang dedikasi, disiplin waktu, datang setengah jam lebih awal," kenang Fletcher.
Di lapangan, Roy Keane adalah sosok yang garang. Dia tidak ragu melakukan tekel untuk menghentikan lawan. Roy Keane adalah pemain yang sangat kompetitif, tidak pernah ingin kalah dan dilewati lawan.
🔴 #OTD in 1999, Manchester United reached the #UCL final with Roy Keane in inspired form...#OnThisDay | @ManUtd pic.twitter.com/AH00RnmqiZ
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) April 21, 2020
Dalam bahasa sekarang, Roy Keane pantas mendapat julukan sebagai 'tukang jagal'. Permainannya keras, dan karakter itulah yang akan melekat pada pemain yang menutup karirnya bersama Celtic tersebut.
Bukan hanya kepada pemain lawan, Roy Keane juga keras kepada rekan satu timnya. Gabriel Heinze, mantan pemain Manchester United, mengaku pernah ditinju Roy Keane di ruang ganti usai Manchester United menderita kekalahan.
"Saya tak mengerti bahasa Inggris, hanya kata-kata buruk. Saya mendengar nama saya dan 'f*ck off' dari Roy Keane, pemain terbaik dan kemudian saya tak ingat apa yang terjadi selanjutnya," kata Heinze.
"Saya sempat berkelahi dengan Peter Schmeichel ketika kami sedang dalam tur pra musim di Asia, tahun 1998, tepat setelah saya sembuh dari cedera. Saya rasa kami berada di Hong Kong. Ada pengaruh minuman keras juga saat itu," kenang Keane dalam buku berjudul The Second Half
Roy Keane Melihat Sepak Bola
Bagi Roy Keane, sepak bola adalah permainan yang keras kontak fisik adalah hal yang biasa. Bahkan, dia menyamakan sepak bola dengan olahraga lain yang dikenal dengan banyaknya duel fisik yakni rugby.
"Jika anda khawatir dengan aspek fisik dari olahraga apapun, anda lebih baik main catur saja. Itu bagian dari permainan," tutur Keane di Goal International.
"Agresi adalah apa yang saya lakukan di lapangan. Saya pergi berperang. Anda tidak bermain sepak bola dengan pikiran yang masuk akal," kata Roy Keane.
Social distancing during #COVID19 with Roy Keane pic.twitter.com/oDCEY0iG63
— Jay Motty (@RFFH) April 15, 2020
"Saya senang bermain untuk negara saya tetapi kewarasan saya lebih penting," kata Roy Keane.
"Marah adalah hal yang bagus. Itu adalah emosi dan bagian dari pertandingan. Itu bagus untuk menjadi sedikit gila tapi saya tidak melempar cangkir teh. Itu bukan gayaku - saya lebih suka melempar pukulan," kata Roy Keane.
Kagumi Cristiano Ronaldo
Dalam sebuah transkrip dari buku otobiografi Keane, 'The Second Half' yang dirilis pada 2014 silam, Roy Keane mengungkap bagaimana ia amat mengagumi Ronaldo. Sejak awal Roy Keane yakin bahwa Ronaldo akan menjadi pemain besar.
"Saya langsung menyukai Ronaldo," tulisnya. "Dia punya aura positif di sekitarnya, dan sikap yang bagus."
"Setelah melihatnya berlatih selama beberapa hari, saya berpikir: 'Anak ini akan jadi salah satu pemain terbaik dunia'. Dia baru 17 tahun, namun dengan cepat menjadi pemain paling bekerja keras di United."
"Dia juga tampan dan saya tahu itu. Ketika saya melihat pemain lain di depan cermin, saya dalam hati mengatakan: 'Kalian tidak terlalu tampan'. Namun Ronaldo seperti sosok yang baik dan polos."
On this day 2005 Roy Keane scored his 51st and final Manchester United goal in a 4-0 FA Cup win at Southampton. Paul Scholes (2) and Cristiano Ronaldo also scored.
— Count Strahd von Zarovich (@CastleRavenloft) March 12, 2020
Roy would leave that September having won the European Cup, League Title (7), FA Cup (4) and Intercontinental Cup. pic.twitter.com/aqGCzPncCm
Sir Alex Ferguson bahkan memberi tugas khusus kepada Roy Keane untuk membentuk karakter Cristiano Ronaldo. Fergie membiarkan Roy Keane melakukan aksi-aksi brutal di sesi latihan untuk membangun mental Ronaldo sebagai pemain tangguh.
"Para pemain profesional tangguh seperti Roy Keane, Rio Ferdinand akan mengecam Ronaldo karena bersikap lembek. Itu adalah cinta yang sulit dan perlahan tapi pasti, pesan itu mulai meresap ke dalam kesadaran pemain sayap kami itu," kata mantan pelatih kiper United, Tony Coton.
Dendam Kesumat pada Alf-Inge Haaland
Selain Patrick Vieira, Alf-Inge Haaland adalah musuh Roy Keane di atas lapangan. Pada 2001, Roy Kane melakukan aksi brutal kepada Alf-Inge Haaland. Roy Keane melakukan tekel kepada Alfie, panggilan karib Alf-Inge Haaland.
Hubungan panas antara Alfie dan Roy Keane sudah dimulai pada 1997, ketika Leeds United berjumpa Manchester United. Kedua tim punya rivalitas yang klasik. Alfie dan Roy Keane terlihat kontak fisik. Roy Keane mengalami cedera lutut parah.
Saat itu, Alfie sempat meminta Roy Keane untuk segera bangun usai sama-sama tersungkur dengannya. Alfie nampak membentak Roy Keane yang dianggap hanya berpura-pura. Namun, Keane kemudian benar-benar cedera.
Pada 2001, Alfie kembali berjumpa Roy Kane. Kali ini, keduanya berjumpa di laga derbi Manchester. Alfie sudah pindah ke Manchester City, sedangkan Roy Keane masih setia bermain untuk Setan Merah.
It's Alf-Inge Håland's birthday today, probably won't want to remember this Roy Keane "tackle" pic.twitter.com/df9O1N5Onc
— When Football Was Better (@FootballInT80s) November 23, 2018
Ketika Alfie sedang menguasai bola, Roy Keane nampak dengan sengaja melakukan tekel keras kepada Alfie. Hasilnya, Alfie mengalami cedera lebih parah dari Roy Keane. Dia harus menepi untuk waktu yang lama dan akhirnya pensiun karena tekel dari Roy Keane.
Momen itu terjadi pada menit ke-85, tekel yang dilakukan Roy Keane tergolong brutal. Wasit David Elleray bahkan langsung memberikan kartu merah pada Keane.
Namun, seolah membalas apa yang terjadi empat tahun sebelumnya, Roy Kaene juga membentak Alfie setelah melakukan tekel. Keane memintanya segera bangkit, walau Alfie nampak mengerang kesakitan.
Laga di Old Trafford berjalan dengan seru, terlepas dari duel Alfie dan Roy Keane. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1. "Ada hal-hal yang saya sesali dalam hidup saya, dan dia tak termasuk di dalamnya," kata pria asal Irlandia tersebut.
Denda 5 Ribu Pounds
Roy Keane meninggalkan Manchester United pada 2005. Dia kemudian pindah ke Celtic. Kepindahan Roy Keane sangat mengejutkan karena dia masih sempat bermain. Muncul kabar ada selisih paham antara Roy Keane dan Sir Alex Ferguson.
Pada 2017, Roy Keane mengklaim bahwa satu-satunya alasan ia meninggalkan klub adalah karena denda yang ia dapat usai melakukan wawancara kontroversial.
Usai Manchester kalah 1-4 dari Middlesbrough, Roy Keane mengkritik rekan setimnya, yang menurutnya tidak berusaha cukup keras untuk menang, ketika diwawancara oleh MUTV. Video wawancara itu tidak pernah beredar.
Roy Keane knew how to tackle! pic.twitter.com/R88u8gAHdz
— 90s Football (@90sfootball) October 27, 2019
"Satu-satunya alasan saya meninggalkan Manchester United adalah denda 5 ribu pounds yang saya dapatkan," tutur Keane di Limerick Leader.
"Jika saya tidak mempertanyakan denda tersebut, saya tidak akan meninggalkan Man United."
"Jangan sampai anda dicuci otak oleh propaganda dan kebohongan. Bukan sesuatu yang besar jika anda didenda karena terlambat berlatih di United," katanya.
Hubungan Buruk Roy Keane dan Sir Alex Ferguson
Perpisahan Roy Keane dengan Manchester United menyisakan kisah permusuhan dengan Sir Alex Ferguson. Bahkan, Roy Keane enggan meminta maaf kepada sang mantan mentor. Hal itu diucapkan Roy Keane pada biografinya.
"Saya tak yakin, tak yakin. Apakah saya akan memaafkannya? Saya tak tahu. Dengar, saya tak tahu. Kita lihat saja nanti jika kami kembali bersua. Saya yakin akan begitu, maksudnya kami akan bersua," ucap Roy Keane.
Happy Birthday Roy Keane! Check out the midfielder's goal from 2001 when @ManUtd overwhelmed Arsenal 6-1...https://t.co/HqjRcnKfZN
— Premier League (@premierleague) August 10, 2015
Roy Keane juga melancarkan kritik pedas kepada Sir Alex Ferguson. Dia mengatakan bahwa sang mantan manajer melakukan nepotisme di dalam tim.
"Ferguson selalu mengatakan bahwa ia selalu melakukan yang terbaik untuk Manchester United, tetapi itu omong kosong. Anaknya, Darren bisa bermain di klub ini dan memenangkan medali juara. Dia benar-benar beruntung bisa mendapatkan itu," kata Roy Keane.
Tukang Kritik
Roy Keane kini menjadi pandit. Pria asal Irlandia tersebut begitu vokal dalam melayangkan kritik. Bahkan untuk Manchester United. Berikut adalah beberapa kritik pedas yang dilayangkan Roy Keane ke United.
"Ini [David de Gea] kiper yang gila. Dia terlalu pintar. Dia menunggu terlalu lama. Apa yang ditunggunya? Dia harus membuat keputusan dan melakukannya dengan cepat. Anda harus mendapatkan kiper berpengalaman, dan apa yang dia tunggu? Ada sedikit arogansi di sana," kecam Keane.
"Dia [Paul Pogba] tak cukup konsisten sejak datang ke United. Saya ingin melihatnya mendominasi pertandingan malam ini. Saya melihat sektor tengah Arsenal dan seharusnya dia mendominasi di sana," kata Keane.
"Dia [Anthony Martial] merangkum karirnya di Manchester United dengan kegagalan. Mereka bisa bermain bagus dengan build-up, tetapi Anda harus mencetak gol. Tidak ada alasan," ucap Keane.
"Saya jijik dengan para pemain. Anda akan pergi berperang!. Mereka berpelukan dan mencium satu sama lain [itu salah]. Seharusnya Anda bahkan tidak melihat lawan, Anda akan bertarung dengan mereka" tegas Keane kepada Sky Sports usai laga Manchester United lawan Liverpool.
Baca Ini Juga:
- Tapak Tilas 18 Tahun Karier Cristiano Ronaldo: Pernah Nihil Gelar, Pernah Menggila di MU dan Madrid
- Hakim Ziyech dan 5 Penjualan Termahal Ajax Amsterdam
- Analisis Nilai Jual Pemain Manchester United, Siapa Termahal?
- Suara Maestro: Kala Johan Cruyff Mengajari Pep Guardiola Cara Bertahan yang Sederhana tapi Efektif
- Pemain yang Alami Kebotakan: Mulai Zinedine Zidane, Antonio Conte hingga Wanye Rooney
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Inggris 21 April 2020 21:00
-
Liga Inggris 21 April 2020 20:20
Marcus Rashford Berkembang Pesat Karena Zlatan Ibrahimovic, Kok Bisa?
-
Liga Inggris 21 April 2020 19:40
-
Liga Inggris 21 April 2020 19:20
LATEST UPDATE
-
Liga Spanyol 21 Maret 2025 09:00
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 08:58
-
Amerika Latin 21 Maret 2025 08:43
-
Voli 21 Maret 2025 08:43
-
Voli 21 Maret 2025 08:43
-
Voli 21 Maret 2025 08:43
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...