'Pogba Pergi Karena Pengurus Manchester United Tidak Becus'

'Pogba Pergi Karena Pengurus Manchester United Tidak Becus'
Paul Pogba (c) AFP

Bola.net - Paul Pogba sudah mengutarakan isi hatinya. Setelah tiga tahun, dia mengaku tidak terlalu yakin bakal bertahan di Manchester United. Pogba merasa sudah waktunya menjajal tantangan baru di klub lain.

Spekulasi masa depan Pogba mulai menguat dalam beberapa pekan terakhir. Kabarnya, dia sudah muak terus dijadikan kambing hitam terkait kegagalan MU. Pogba merasa sudah memberikan yang terbaik, tetapi kritik masih terlalu kejam.

Situasi Pogba tersebut terus diamati oleh raksasa Spanyol, Real Madrid. Kabarnya, Zinedine Zidane sudah meminta Madrid untuk habis-habisan mengejar Pogba. Zidane ingin Pogba jadi salah satu pemimpin Madrid yang baru.

Minggu (16/5) kemarin, Pogba memanasi spekulasi tersebut. Dia mengaku masih terus memikirkan masa depannya, dan merasa sudah waktunya menjajal klub lain.

Kalimat Pogba cukup panjang, ditutup dengan: "Ini bisa jadi waktu yang tepat untuk menerima tantangan di tempat lain."

Kata hati Pogba tersebut jelas menyulut kontroversi. Sebagian fans MU sudah muak dengan permainan Pogba, sebagian lagi merasa belum rela ditinggal sang gelandang. Analis ESPN FC, Craig Burley memilih jalan tengah.

"Saya memihak dia dan tidak. Saya kira ada situasi 50:50 saat ini," tegas Burley.

"Saya kira dia tidak yakin dengan dewan pengurus MU, yang membuatnya berpikir: 'berapa usia saya sekarang? Bermain di Liga Europa? Finis di peringkat ketiga, keempat, kelima, di Premier League. Benarkah itu yang ingin saya lakukan?',"

"Saya kira dia sudah memahami bagaimana nasib MU, terlepas dari keajaiban, dan dia berpikir sudah waktunya pergi," imbuhnya.

Sebenarnya apa maksud pengkuan Pogba tersebut? Baca ulasan selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

1 dari 1 halaman

Tidak Puas

Setelah tiga tahun membela MU, Pogba mungkin mulai menyadari bahwa klub tersebut hanya berjalan di tempat. Mereka selalu menyanyikan skenario 'membangun kembali' di setiap musim baru, tetapi pada akhirnya justru kembali ke titik nol.

"Anda boleh berkata 'dia tidak bekerja cukup keras'. Sisi koin lain berkata 'ya, dia sudah menderita sebagai korban manajemen buruk'," lanjut Burley.

"Cukup jelas, apa yang dia katakan di sini kurang lebih adalah: 'klub sepak bola ini berjalan di tempat dan struktur organisasi serta para pembuat keputusan tidak cukup bagus untuk mengembalikan klub ke posisi mereka seharusnya'," pungkasnya.