Paul Pogba Ibarat Komponen Terbaik dalam Mesin yang Sudah Berkarat

Paul Pogba Ibarat Komponen Terbaik dalam Mesin yang Sudah Berkarat
Paul Pogba (c) AFP

Bola.net - Analis Premier League, Stan Collymore yakin Paul Pogba menyesali keputusannya meninggalkan Juventus untuk kembali ke Manchester United beberapa tahun lalu. Kini, setelah tiga tahun berlalu, Pogba tahu MU sulit diselamatkan.

Pogba kembali ke Old Trafford pada Agustus 2016 lalu. Sebelumnya, dia tumbuh bersama akademi Setan Merah, tetapi memilih pergi karena tidak pernah mendapatkan tempat menembus skuad inti. Pogba kemudian berkembang jadi pemain top bersama Juve.

Karier Pogba bersama Juve berjalan baik. MU kembali tertarik, dan pada akhirnya Pogba mau pulang ke Old Trafford. Namun, sejak saat itulah mimpi buruk Pogba dimulai. Dia sulit mencapai level permainan yang sama baiknya.

Selama tiga musim membela MU, Pogba belum benar-benar memenangkan hati fans. Dia bahkan lebih sering dikritik karena dianggap tidak memberikan permainan terbaiknya. Apa pun usaha Pogba, fans masih belum puas.

Kini, masa depan Pogba kembali terombang-ambing. Kabarnya, dia siap meninggalkan MU untuk pulang ke Juventus atau menghadapi tantangan baru bersama Real Madrid. Yang mana saja, Collymore yakin Pogba sedang menyesali keputusannya.

"Saya berkata demikian karena saya bertanya-tanya apakah sekarang Paul Pogba menyesal karena tidak duduk dengan penasihat dan keluarganya sebelum kembali ke Manchester United [dari Juventus] dan memandang pemain-pemain yang dimiliki MU," kata Collymore kepada Express.

"Sebab, jika dia sudah melakukannya, saya tidak yakin dia akan memutuskan transfer itu yang terbaik untuknya. Ini adalah kesalahan yang sering dilakukan banyak pemain, dan terkadang penawaran yang besar membuat mereka tergiur."

Baca ulasan selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!

1 dari 1 halaman

Mesin Berkarat

Keputusan Pogba tidak sepenuhnya keliru. Dia ingin pulang ke Old Trafford dan jadi penyelamat MU. Sayangnya, kondisi MU sudah sangat buruk. Pogba tidak bisa melakukannya seorang diri.

"Pada dasarnya, saya percaya itulah yang terjadi pada kasus Pogba. Tawaran uang dan tarikan emosional untk kembali ke Old Trafford begitu besar, sehingga dia tidak mempertimbangkan apakah transfer itu tepat," imbuh Collymore.

"Yang harus dia lihat - dan saya harap dia memandangnya saat ini, apakah dia mampu mencari jalan keluar dari MU - adalah apakah dia mampu menjadi roda penggerak yang berfungsi pada mesin yang diminyaki dengan baik, dan tidak menjadi bagian menonjol pada mesin yang sudah sedikit berkarat [MU]," tutupnya.

Keputusan ada di tangan Manchester United. Mereka bisa mempertahankan Paul Pogba dengan risiko dia bermain setengah hati, atau segera menjualnya mumpung harga Pogba masih tinggi.