Morata Ceritakan Kisah Kelamnya Menghadapi Tekanan di Chelsea

Morata Ceritakan Kisah Kelamnya Menghadapi Tekanan di Chelsea
Morata rayakan golnya. (c) AFP

Bola.net - Siapa bilang meniti karir di dunia sepak bola profesional itu menyenangkan? Penyerang Atletico Madrid, Alvaro Morata, memiliki banyak pengalaman buruk soal itu.

Nama Morata mulai dikenal publik saat mencatatkan debut bersama Real Madrid di usia yang masih cukup belia. Tak lama setelahnya, ia menjadi pemain andalan Juventus meski hanya berlangsung selama dua musim.

Real Madrid memutuskan untuk menariknya kembali ke Santiago Bernabeu pada tahun 2016 lalu. Sayangnya, ia gagal menunjukkan performa yang serupa saat di Turin, hingga membuatnya harus terlempar lagi ke Chelsea.

Karir Morata di Stamford Bridge tak kunjung membaik, malah lebih cenderung menurun. Alhasil, ia kembali terdepak dari skuat yang saat itu diasuh Maurizio Sarri dan kini sedang membela klub asal Spanyol lainnya, Atletico Madrid.

Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.

1 dari 2 halaman

Morata Tertekan di Chelsea

Membela Chelsea mungkin bisa disebut sebagai salah satu momen terburuk di sepanjang karir Morata. Ia hanya mampu membukukan 16 gol dari 47 kali penampilannya di ajang Premier League.

Saat itu ia merasakan tekanan yang hebat. Saat berbicara kepada stasiun TV di Spanyol, Jugones, pria berumur 27 tahun itu berkata bahwa dirinya sampai tak bernafsu untuk melakukan apapun.

"Saya tak merasa ingin melakukan sesuatu, seperti meninggalkan rumah, berbicara kepada orang-orang, tidak ada," ujarnya seperti yang dikutip dari AS.

"Satu-satunya yang ada di benak saya adalah berangkat ke Piala Dunia, bermain dan merasakan kesenangan... dan pada akhirnya, saya tidak bahagia," lanjutnya.

2 dari 2 halaman

Ingin Bermain di Tempat yang Jauh

Dalam momen-momen buruk tersebut, Morata tidak langsung berpikiran untuk mengakhiri karirnya di sepak bola. Hanya saja, ia sempat berpikir ingin bermain di klub yang nun jauh di sana agar tidak mendapatkan tekanan.

"Tidak," jawab Morata soal dirinya berpikir pensiun. "Tapi saya berpikir soal bermain di tempat yang sangat jauh, tanpa tekanan, tanpa harus menang di setiap pekannya, tanpa harus memusatkan konsentrasi pada pertandingan," tutupnya.

Bicara soal tekanan, Per Mertesacker yang pernah mengemban ban kapten Arsenal pun pernah merasakan hal serupa. Lebih parahnya lagi, ia sampai mengaku tak ingin bermain karena selalu merasa gugup sebelum bertanding.

"Dalam momen sebelum pertandingan perut saya berputar dan membuatku ingin muntah. Saya harus mencekik diri saya sangat keras sampai mata saya berair," ujar Mertesacker kepada Spiegel, beberapa bulan sebelum memutuskan gantung sepatu.

(AS)