
Bola.net - Sir Alex Ferguson menjabat sebagai manajer Manchester United selama lebih dari seperempat abad. Ada banyak cerita yang diukir pria asal Skotlandia. Salah satunya tentang 'hairdryer treatment'.
Hairdryer treatment menjadi istilah yang begitu tersohor pada era Sir Alex Ferguson. Secara sederhana, istilah ini mengacu pada perlakuan keras yang diberikan para pelatih untuk pemainnya.
Ferguson memang dikenal tidak ragu untuk memarahi pemain secara langsung di depan wajahnya saat performanya di atas lapangan dianggap buruk. Amukan itu dianggap seperti alat pengering rambut yang panas.
Advertisement
Bukan hanya lewat kata-kata, Ferguson bisa juga melempar seorang pemain dengan benda di sekitarnya. Ferguson tidak memandang nama besar pemain, semua berpeluang mengalami hairdryer treatment andai tidak tampil sesuai harapan.
Cara Ferguson Bangun Mental Pemain
Sir Alex Ferguson nampaknya memakai hairdryer treatment sebagai jurus pemungkas untuk memaksimalkan potensi pemain. Ferguson mengakui jika perlakuan keras yang dilakukan untuk mengukur seberapa kuat mental para pemainnya.
"Hairdryer treatment merupakan bagian dari filosofi saya. Sebelum laga berakhir, semuanya tidak boleh menyerah, walau kali dalam posisi tertinggal. Semua pemain harus mengerti hal tersebut," ucap Ferguson.
Ryan Giggs, membenarkan jika Ferguson memakai hairdryer treatment untuk memainkan psikologi pemain. Ferguson ingin membangkitkan mental para pemain.
"Ferguson adalah master psikologi," kata Giggs kepada beIN Sport.
"Ferguson adalah master dalam mendapatkan yang terbaik dari individu-individu tertentu apakah itu dengan merangkul mereka atau menembakkan roket ketika jeda atau di akhir laga atau tidak memainkan mereka lagi," ucap Ryan Giggs.
Hairdryer Treatment Metode Usang?
Sir Alex Ferguson biasa memarahi pemain di ruang ganti. Terutama di jeda babak pertama. Biasanya, kemarahan Ferguson bakal membuat pemain United tampil menggila di babak kedua.
Namun, tidak jarang Ferguson juga memanggil pemain pada sesi khusus di luar pertandingan untuk mendapat hairdryer treatment. David Beckham salah satu yang merasakannya.
Hanya saja, Ferguson mengakui bahwa hairdryer treatment sudah 'usang'. Para pemain tidak lagi cocok dimarahi di depan wajahnya. Sebab, sang pemain bisa saja marah dan mengancam pindah klub di bursa transfer.
"Saya sadar, para pemain masa kini lebih sulit dan hairdryer treatment bukan solusi yang tepat untuk dipakai ketika mental sendang buruk," ucap Fergie.
Ryan Giggs mengisahkan, pada akhir karirnya sebagai manajer, Ferguson tidak lagi keras kepala. Dia mulai mendengarkan argumen para pemain, walau tidak sama dengan argumen yang dia miliki.
Ferguson seolah menyadari bahwa kini manajer tidak lagi berkuasa dengan 'tangan besi' di ruang ganti. "Dia menyukai cara saya [adu argumen], tetapi dia tetap mendenda saya dua pekan gaji potong gaji untuk menunjukkan kuasanya," kata Giggs.
Testimoni Korban Hairdryer Treatment
Tim Howard tahu betul horornya Sir Alex Ferguson dengan 'hairdryer treatment-nya'. Dia langsung mendapat makian sang manajer di laga debutnya bersama Manchester United, melawan Arsenal pada duel Community Shield 2003.
"Di jeda babak pertama, Fergie seolah ingin memotong leher saya. 'Hanya tiga pagar betis!'," Howard seperti dilansir Mirror.
"Ia berteriak, saya bisa melihat urat di sekitar lehernya menegang. 'Melawan Henry, anda butuh empat pemain sebagai pagar. Berpikirlah!', katanya sambil menekan dua jari telunjuk ke dahinya sendiri," imbuhnya.
"Ia menambahkan, 'Jika anda tak bisa menangani situasi seperti ini, saya akan memulangkan anda ke MLS!'. Kalimat terakhir Fergie terus terngiang di telinga saya," kata kiper asal Amerika Serikat tersebut.
Luka di Pelipis Mata David Beckham
Arsenal berhasil mempecundangi MU dengan skor 2-0 pada Piala FA tahun 2003. Jelas, Ferguson pun marah-marah. Ia juga sempat mengkritik Beckham. Namun anak asuhnya itu juga berani membantahnya.
Adu argumen pun terjadi dan 'boom'! Tak sekedar mengomel namun Ferguson juga menendang sebuah sepatu secara spontan dan mengenai pelipis kiri pesepakbola ganteng tersebut.
📆 16 Years Ago Today:
— S P O R F (At 🏠) (@Sporf) February 15, 2019
😰 David Beckham made a mistake leading to a second Arsenal goal.
🙅♂️ Beckham refused to admit his mistake after the game.
👟 Sir Alex Ferguson kicked a boot across the changing room hitting Beckham in the face.
🤬 The ultimate hairdryer treatment. pic.twitter.com/0dks6fF7BW
Kabar perseteruan Beckham dengan Ferguson itu akhirnya diendus media. Dan tak lama setelah itu Ferguson pun melepas Beckham ke Real Madrid.
Wayne Rooney pun jadi Korban
Patrice Evra pernah menuturkan jika Sir Alex Ferguson punya standar tinggi. Dia tidak ingin pemainnya merayakan gelar juara berlebihan dan ingin juara dianggap sebagai hal biasa. Pemain dilarang puas usai meraih juara.
Dan, Wayne Rooney juga menjadi saksi betapa tingginya standar Ferguson. Lewat buku autobiografinya, Wayne Rooney mengatakan jika Ferguson memberikan hairdryer treatment saat Setan Merah menjadi juara pada 2007.
"Kebanyakan tim akan merayakan titel juara itu di ruang ganti, bersiap-siap untuk meminum champagne dan berfoto-foto. Tapi tidak dengan kami. Kami menatap lantai seperti anak-anak sekolah, manajer memberi kami 'hairdryer'," tulis Rooney.
Rooney juga menjadi saksi saat Ferguson marah besar ketika Louis Saha gagal penalti di laga melawan Celtic pada 2006. Saat itu, United kalah dengan skor 1-0 atas Celtic. Ferguson marah besar kepada pemain asal Prancis.
"Itu adalah hairdryer terburuk yang pernah saya lihat. Ia berada tepat di wajah Louis. Berteriak dan menjerit. Tapi Louis Saha bukan satu-satunya pemain yang menerima amarah itu," ucapnya.
4 Pemain Kebal dari Amukan Ferguson
David Beckham, Rudd van Nistelrooy, dan Wayne Rooney pernah menerima hairdryer treatment Ferguson. Namun, dalam kesaksian Ryan Giggs, ada empat pemain yang kebal dari amukan sang manajer.
Mereka adalah pemain spesial di mata Ferguson. Bukan soal nama besar, tetapi kontribusi dan komitmen saat berada di lapangan.
"Ada tiga atau empat pemain yang tidak pernah merasakan hairdryer treatment dari Sir Alex Ferguson," ucap Ryan Giggs kepada beIN Sports.
"Eric Cantona adalah satunya. Lalu ada Bryan Robson, Roy Keane, dan Cristiano Ronaldo. Mereka semua adalah pemenang dengan caranya sendiri. Mereka melakukan pekerjaan di lapangan, jadi tidak pernah merasakan hairdryer treatment," kenang Ryan Giggs.
Sumber: Berbagai sumber
Baca Ini Juga:
Advertisement
Berita Terkait
LATEST UPDATE
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 01:42
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 01:35
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 01:25
-
Liga Spanyol 21 Maret 2025 01:18
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 01:15
-
Liga Italia 21 Maret 2025 01:01
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...