Mengapa Chelsea Bisa Kalah Telak, Apa yang Super dari Manchester United?

Mengapa Chelsea Bisa Kalah Telak, Apa yang Super dari Manchester United?
Marcus Rashford dan Anthony Martial merakan gol ke gawang Chelsea. (c) AP Photo

Bola.net - Premier League pekan pertama sudah usai digelar. Sebanyak 10 pertandingan telah dimainkan. Kejutan paling besar tentu saja terjadi di pertandingan Manchester United vs Chelsea yang digelar di Old Trafford, Minggu (11/8/2019) malam WIB pekan lalu.

Manchester United memulai kampanye musim ini dengan harapan lebih baik dari musim lalu. Tentu saja. Hanya tiga pemain saja yang masuk di bursa transfer musim panas ini. Namun tiga pemain itu total sudah menghabiskan biaya sebesar 148 juta poundsterling, pengeluaran terbesar di antara tim enam besar lain.

Daniel James datang terlebih dahulu dari Swansea City dengan biaya yang cukup mahal, 18 juta poundsterling. Setelah itu, The Red Devils mendatangkan Aaron Wan-Bissaka dari Crystal Palace sebesar 50 juta poundsterling, dan terakhir dana sebesar 80 juta poundsterling mendaratkan Harry Maguire di Old Trafford.

Melihat bagaimana fokus transfer Manchester United musim panas ini memang sudah bisa ditebak. Satu winger dan dua bek dibeli untuk menambal apa yang menjadi kelemahan mereka musim lalu. Di pertahanan, The Red Devils adalah tim dengan pertahanan terburuk di antara tim enam besar. Sebanyak 54 gol bersarang ke gawang David de Gea musim lalu, delapan gol lebih banyak dari Wolverhampton.

Dua dari tiga rekrutan baru tersebut langsung menjadi starter di laga perdana Premier League. Melawan Chelsea, pelatih Ole Gunnar Solskjaer memainkan Aaron Wan-Bissaka sebagai bek kanan, dan Harry Maguire sebagai komandan di jantung pertahanan. Hasilnya, clean sheet mereka dapatkan dan empat gol mampu mereka gelontorkan. Awal sempurna bagi Setan Merah.

Melihat bagaimana kemenangan yang sangat mengejutkan itu didapatkan Manchester United saat melawan Chelsea, yang merupakan salah satu pesaing dalam perebutan empat besar, apa sih yang super dari Setan Merah? Dan apa yang salah dengan Chelsea?

1 dari 6 halaman

Formasi Chelsea-nya Frank Lampard

Formasi Chelsea-nya Frank Lampard

Frank Lampard (c) AP Photo

Sama-sama menurunkan para pemain muda, Chelsea dan Manchester United memiliki pendekatan yang cukup berbeda dalam permainannya.

Frank Lampard mengusung formasi 4-2-3-1 dengan harapan memiliki keseimbangan dalam permainan high pressing yang ia inginkan. Empat bek sejajar dihuni Cesar Azpilicueta, Andreas Christensen, Kurt Zouma, dan Emerson.

Dua gelandang tengah adalah duet Jorginho dan Mateo Kovacic. Sementara tiga pemain yang bermain di belakang Tammy Abraham yang diplot sebagai penyerang tunggal adalah Pedro di kanan, Ross Barkley di kiri, serta Mason Mount memainkan peran nomor 10.

Pemilihan Ross Barkley sebagai winger kiri banyak diperdebatkan. Pasalnya, di bangku cadangan Chelsea masih memiliki Christian Pulisic yang di saat pramusim mampu tampil bagus untuk klub barunya itu.

Sementara pemilihan duet Kurt Zouma dan Christensen bisa dimengerti mengingat Antonio Rudiger masih cedera, David Luiz dan Gary Cahill sudah pergi. Sehingga duo bek tengah itu pun menjadi pilihan Lampard.

2 dari 6 halaman

Chelsea yang Rentan Diserang

Chelsea yang Rentan Diserang

Chelsea (c) AP Photo

Memulai untuk mencari apa yang salah dari Chelsea bisa jadi sangat mudah diketahui. Mampu memulai pertandingan dengan baik, Chelsea justru menjadi pihak yang tertunduk lesu di akhir pertandingan. Jarang melihat Chelsea bisa kebobolan empat gol di Premier League.

Pada pertandingan ini, bisa dilihat bahwa struktur yang coba dibangun Frank Lampard sangat rentan diserang dan dieksploitasi. Memainkan para pemain yang sebenarnya memiliki kecepatan dalam starting XI bisa jadi sebuah antisipasi darinya untuk menghadapi permainan Manchester United. Namun Lampard sepertinya lupa bahwa struktur, transisi dan organisasi permainan juga berperan besar dalam membidik kemenangan.

Memainkan Kovacic dan Jorginho sebagai duet gelandang tengah untuk saat ini merupakan opsi terbaik mengingat gelandang terbaik Chelsea, N'Golo Kante baru pulih dari cedera. Dan pilihannya ini juga bisa disebut sebagai penyebab rentannya mereka diserang.

Kovacic dan Jorginho bukanlah tipe pemain yang bisa menjaga kedalaman. Jorginho memang banyak beroperasi di depan para bek, sementara Kovacic jauh lebih mobile dalam mendistribusikan bola. Namun ketika Chelsea menguasai bola dan menyerang, keduanya justru kehilangan area mereka sehingga ada ruang yang mereka tinggalkan di depan pertahanan. Dan itu yang bisa dimaksimalkan dengan baik oleh Manchester United begitu bola mampu mereka menangkan kembali.

Empat gol yang bersarang ke gawang Kepa Arrizabalaga adalah bukti bagaimana lini tengah Chelsea begitu rentan diserang dan dieksploitasi.

Dengan formasi 4-2-3-1 yang diterapkan Lampard, dua gelandang jangkar Kovacic dan Jorginho tak cukup kokoh menjadi tameng pertama di depan pertahanan. Terlebih dengan dua bek sayap mereka, Emerson dan Azpilicueta begitu jauh merangsek maju ke depan.

3 dari 6 halaman

Lini Tengah dan Lini Belakang jadi Sorotan

Lini Tengah dan Lini Belakang jadi Sorotan

Cesar Azpilicueta dibayangi Andrea Pereira di laga Manchester United vs Chelsea di Old Trafford, Minggu (11/08/2019). (c) AP Photo

Bagaimana buruknya transisi dan koordinasi dari permainan Chelsea bisa dilihat dari proses terciptanya empat gol Manchester United.

Empat gol yang diciptakan Manchester United semuanya adalah dengan memanfaatkan transisi Chelsea yang buruk dari menyerang ke bertahan. Begitu The Blues kehilangan bola, selalu ada jarak yang cukup lebar antara gelandang dengan para pemain bertahan.

Gol pertama adalah contoh bagaimana bola yang bisa direbut dan mampu diumpankan Martial ke area kosong di depan bek. Dengan cukup mudah Rashford mengecoh Christensen untuk kemudian masuk ke kotak penalti dan sedetik kemudian ia dijatuhkan Zouma yang berhadiah hukuman penalti.

Begitu juga untuk gol kedua yang dicetak Martial. Ketika Rashford mampu merebut bola dari Tammy Abraham, dia berlari ke area kosong di sebelah kanan pertahanan Chelsea. Rashford tak sendiri, ia memiliki tiga pemain tambahan yang juga secara bersamaan menyerang area kosong The Blues dan membantu Rashford membuat beberapa pilihan.

Buruknya koordinasi pertahanan dan lini tengah juga terlihat jelas untuk gol ketiga Manchester United. Kovacic, Jorginho dan Mason Mount gagal menjaga jarak mereka sehingga membuat Pogba dengan bebas mengirim umpan ke area kosong di belakang punggung bek. Parahnya lagi, koordinasi di pertahanan juga tak berjalan mulus karena ada jarak yang cukup lebar antar bek yang kemudian mampu dimanfaatkan oleh Rashford dengan kecepatannya mengejar bola itu dan menceploskannya dengan cukup mudah.

Setelah tertinggal tiga gol, permainan Chelsea semakin tidak rapi dan kurang koordinasi. Gol keempat pun skema yang sama dilakukan oleh Manchester United. Pogba dan Martial bekerja sama satu-dua untuk memecah pertahanan Chelsea, dan kemudian membuat Pogba sendirian merangsek ke pertahanan Chelsea yang sudah tidak ada pemain. Dengan sekali gocek, Pogba kemudian mengirimkan umpan kepada Daniel James untuk mencetak gol pada debutnya. 4-0 untuk kemenangan Manchester United.

Kekalahan ini seperti menunjukkan pada Frank Lampard bahwa lini tengah dan pertahanan yang ia coba bangun jauh dari kata sempurna.

4 dari 6 halaman

Manchester United dan Kecepatannya yang Super

Manchester United dan Kecepatannya yang Super

Mateo Kovacic vs Paul Pogba (c) AP Photo

Ketika peluit kick-off dibunyikan oleh wasit Anthony Taylor tanda dimulainya laga Manchester United vs Chelsea, mungkin tak banyak yang bakal memprediksi kemenangan besar akan didapatkan tim asuhan Solskjaer.

Setelah sempat gugup di awal-awal pertandingan, terutama dibuktikan dari peluang Tammy Abraham pada menit ketiga, perlahan tapi pasti permainan yang diinginkan oleh Solskjaer sangat jelas. Dan itu dimulai setelah jeda.

Melihat bagaimana permainan Chelsea begitu agresif dan pertahanan mereka begitu tinggi tanpa ada filter di depan pertahanan, Solskjaer dengan cerdik melakukan perubahan. Bukan lagi bermain dengan formasi 4-3-3 ketika menyerang dan 4-2-3-1 ketika tidak dalam penguasaan bola, tapi beralih dengan formasi 4-4-1-1 dengan meninggalkan Rashford di depan sendiri.

Momen pergantian taktik ini bisa dibilang adalah keputusan terbaik dari Solskjaer pada laga ini. Ia memilih membiarkan para pemain Chelsea menguasai bola dan menjebak mereka maju lebih ke depan untuk kemudian mengejutkan dengan serangan balik. Taktik ini berhasil di tiga dari empat gol Manchester United.

Jika melihat dari empat gol yang diciptakan Manchester United pada laga ini, kecepatan adalah apa yang menjadi senjata Setan Merah. Memiliki para pemain cepat seperti Anthony Martial, Jesse Lingard, Marcus Rashford hingga Daniel James adalah keuntungan. Dan keuntungan itu semakin lengkap dengan didukung visi bermain dari Paul Pogba yang pada laga ini mampu menunjukkan komitmennya di tengah isu hengkang yang ia hadapi.

Pendekatan dari Solskjaer ini juga mendapatkan kredit lebih karena dia lakukan ketika pertandingan berlangsung. Alih-alih meladeni permainan terbuka dan saling serang, Solskjaer memilih menunggu, memantau, menemukan kelemahan, untuk kemudian memanfaatkan para pemain cepatnya untuk mengeksploitasi rentannya sistem permainan Chelsea. Dan itu sukses besar.

5 dari 6 halaman

Super Kecepatannya, Kokoh Bentengnya

Super Kecepatannya, Kokoh Bentengnya

Harry Maguire (c) AP Photo

Memiliki kecepatan super ketika menyerang memang menjadi kekuatan yang bisa diandalkan. Namun itu tak akan berguna bila pertahanan mereka ternyata juga rentan.

Manchester United pada pertandingan ini menunjukkan bahwa baik lini serang maupun lini pertahanan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Urusan mencetak gol menjadi urusan para pemain depan, sementara para bek memastikan tidak ada gol yang tercipta ke gawang David de Gea.

Pujian besar layak diberikan kepada rekrutan baru Manchester United, Harry Maguire. Bek timnas Inggris tersebut dipercaya menjadi starter bersama Victor Lindelof di jantung pertahanan dan memberikan perbedaan besar. Statistik menunjukkan bahwa selama 90 menit, Maguire tampil begitu dominan.

Berdasarkan catatan statistik Squawka, tidak sekalipun pemain berusia 26 tahun ini mampu dilewati oleh pemain lawan. Bek termahal dunia tersebut juga mampu melakukan empat intersep, tujuh sapuan dan dua blok. Dengan kontribusi yang masif ini, dia punya adil besar dalam capaian clean sheet United pada laga kontra Chelsea.

Bek baru lainnya, Aaron Wan-Bissaka juga tak kalah bersinar. Pada babak pertama, dia membuat tiga tekel sukses dan tidak sekalipun dilewati oleh pemain lawan. Total, 'The Spider-Wan' melakukan enam tekel di laga kontra Chelsea.

Wan-Bissaka, dengan enam kali tekel, menjadi pemain paling banyak melepas tekel di laga United kontra Chelsea.

6 dari 6 halaman

Data dan Fakta Laga Manchester United vs Chelsea

Berikut adalah data fakta yang tercipta setelah duel Manchester United vs Chelsea akhir pekan lalu:

  1. Frank Lampard merasakan kekalahan terberat yang pernah dirasakan oleh pelatih Chelsea pada laga perdananya sejak Denny Blanchflower, yang kalah 2-7 atas Middlesbrough di bulan Desember 1978.
  2. Dalam dua musim beruntun, gol pertama Manchester United di ajang Premier League lahir dari eksekusi penalti (juga dilakukan Paul Pogba v Leicester City di musim 2018-2019).
  3. Chelsea mengakhiri satu pekan Premier League ini di zona degradasi, untuk pertama kalinya terjadi sejak 30 September 2000.
  4. Sejak melakukan debutnya pada September 2015, Anthony Martial telah mencetak 49 gol di semua kompetisi untuk Manchester United - lebih banyak dari pemain lainnya.
  5. Pelatih terakhir, sebelum Frank Lampard, yang kalah lebih dari empat gol atau lebih dalam laga perdananya di Premier League adalah Gustavo Poyet (Oktober 2013, Swansea City 4-0 Sunderland).
  6. Umur rata-rata starting XI Chelsea di pertandingan kali ini adalah 25 tahun dan 199 hari - sementara rata-rata umur Manchester United adalah 24 tahun dan 227 hari.
  7. Kemenangan 4-0 ini adalah kemenangan terbesar MU atas Chelsea di liga tertinggi Inggris, sejak menang dengan skor serupa di bawah asuhan Sir Matt Busby pada Maret 1965.

Selanjutnya, Manchester United akan melawat ke markas Wolverhampton Wanderers pada 20 Agustus 2019 mendatang. Sementara itu Chelsea akan menghadapi Liverpool di ajang Piala Super Eropa 15 Agustus 2019 tengah pekan ini.