
Bola.net - 13 Mei 2012, Manchester City mendobrak sejarah dengan menjuarai Premier League untuk pertama kalinya setelah 44 tahun. Gelar ini akan selalu dikenang sebagai langkah pertama Man City untuk menjadi klub sebesar saat ini.
Gelar juara itu begitu spesial karena segalanya harus dipertaruhkan sampai pertandingan terakhir. Man City bersaing ketat dengan Manchester United di puncak klasemen sementara, torehan poin mereka sama.
Pertandingan pemungkas pun digelar di waktu yang bersamaan, MU lawan Sunderland, Man City menjamu QPR. Saat itu pertandingan MU tuntas lebih cepat, mereka memimpin klasemen sementara dengan keunggulan 3 poin.
Advertisement
Pasalnya, saat itu Man City dalam kondisi tertinggal 1-2 sampai menit ke-90. Mereka mungkin gagal juara, bersiap kecewa. Namun, Edin Dzeko membawa harapan dengan mencetak gol di menit ke-90+2 untuk menyamakan kedudukan jadi 2-2.
Skor 2-2 ini membantu Man City, tapi jelas tidak cukup. MU tetap unggul 2 poin di puncak klasemen sementara, Man City harus mencetak gol lagi.
Saat itulah Sergio Aguero, striker terbaik dalam sejarah Man City, bangkit dan membuktikan kemampuannya untuk tim. Aguero mencetak gol di menit ke-90+4 untuk membawa Man City berbalik unggul 3-2 dan akhirnya jadi pemenang.
Gol inilah yang akan selalu diingat, termasuk oleh komentator pada pertandingan tersebut. Baca selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneteres!
Kisah Martin Tyler
Salah satu komentator pada pertandingan bersejarah tersebut, Martin Tyler, mengingat kembali bagaimana pertandingan itu telah mengubah sejarah EPL. Kepada Sky Sports, dia bercerita bagaimana pertandingan itu benar-benar mencuri perhatian dunia.
"Anda mungkin tidak akan percaya bagaimana perjalanan Man City meraih gelar juara Premier League 2012 kecuali melihatnya sendiri. Jutaan penonton, termasuk komentator yang beruntung, punya privilese itu," buka Tyler.
"Pertandingan itu seharusnya mudah, Man City di puncak klasemen melawan QPR yang terancam degradasi. Namun, yang terjadi tidak semudah itu."
"Kekalahan bakal membantu rival mereka, Manchester United, untuk jadi juara. Man City terakhir juara pada tahun 1968 dan terancam membuang peluang emas. Babak pertama berjalan intens yang dirangkum dengan gol Pablo Zabaleta."
Tambahan Waktu 5 Menit
Saat itu pertandingan seakan-akan berhenti, seisi stadion menarik napas di menit ke-90. Man City tertinggal 1-2, wasit memberi tambahan waktu 5 menit, seharusnya cukup.
Tyler ingat betul saat itu Dzeko jadi salah satu pahlawan, yang sayangnya jarang dikenang sampai sekarang. Gol Dzeko megembalikan harapan untuk Man City.
"Ketika papan tambahan waktu lima menit itu muncul, Man City masih harus mencetak dua gol untuk memenangkan pertandingan dan meraih gelar juara. Peran Edin Dzeko dalam kisah ini sering diabaikan, sundulannya mengubah skor jadi 2-2," sambung Tyler.
"Duel MU kontra Sunderland sudah selesai dan pemain mereka fokus menonton duel di Etihad dari monitor di samping lapangan. Kemudian layar [Sky Sports] dibagi jadi dua di kedua lokasi, Man City masih bermain, MU hanya menonton."
Aguerrroooooo!
Lalu, layar kembali menampilkan tayangan penuh pertandingan Man City. Saat itulah Tyler melontarkan satu kata bersejarah yang dikenang sampai sekarang. Dia meneriakkan nama "Aguerrooooo!" setelah striker Argentina itu mencetak gol pemungkas.
"Lalu layar kembali menyangkan gambar penuh pertandingan, tepat ketika Mario Balotelli merebut bola untuk Man City dan menyodorkannya pada Sergio Aguero," lanjut Tyler.
"Ketika pemain Argentina itu menyentuh bola, saya sudah tahu dia akan mencetak gol. Saya lalu mengambil napas panjang dan... ya, Anda sudah tahu sisanya!"
Teriakan Paling Lantang
Sampai sekarang, cara Tyler meneriakkan nama Aguero itu terus dikenang di seluruh dunia. Dia mungkin tidak sadar bahwa suaranya telah jadi bagian dari sejarah Man City.
Tyler sendiri mengaku tidak akan pernah melupakan momen tersebut, yang masih dia ingat setiap kali mendatangi Etihad Stadium.
"Mark Hughes, pelatih QPR saat itu, berkata pada saya bahwa teriakan gol itu adalah momen paling bising yang pernah dia dengar di lapangan sepak bola," sambung Tyler.
"Saya tidak pernah bisa kembali ke Etihad Stadium tanpa memikirkan hal itu."
Klasemen Akhir
Kemenangan itu membawa Man City meraup 3 poin penuh, yang menggenapi total 89 poin mereka musim 2011/12. Angka tersebut sama dengan torehan MU, tapi Man City menang karena unggul selisih gol.
Man City dan MU benar-benar bersaing ketat musim itu. Duo Manchester ini sama-sama memetik 28 kemenangan, 5 hasil imbang, dan 5 kekalahan.
Bagaimanapun, gelar juara ini telah jadi bagian sejarah Man City. Sejak saat itu mereka meraih tiga trofi lagi, termasuk dua kali beruntun pada musi 2017/18 dan 2018/19 lalu.
Sumber: Sky Sports
Baca ini juga ya!
- Ketahuan Gelar Pesta 'Esek-Esek' di Tengah Pandemi Corona, Kyle Walker Minta Maaf
- Manchester City Siap Sleding Real Madrid untuk Transfer Fabian Ruiz
- Dulu Jagokan Liverpool, Zico Kini Favoritkan Atletico Untuk Jadi Juara Liga Champions
- Manchester City Bidik Raphael Varane, Bagaimana Real Madrid?
- Rashford Tak Senang Manchester City Kena Hukum UEFA
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Inggris 5 April 2020 10:40
Manchester City Siap Sleding Real Madrid untuk Transfer Fabian Ruiz
-
Liga Spanyol 5 April 2020 03:22
Manchester City Bidik Raphael Varane, Bagaimana Real Madrid?
-
Liga Inggris 4 April 2020 20:00
LATEST UPDATE
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 08:01
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 07:40
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 07:38
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 07:35
-
Piala Dunia 21 Maret 2025 07:32
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 07:27
MOST VIEWED
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...