Kisah Pilu Emiliano Martinez di Arsenal: Jadi Cadangan Mati Hingga Harus Temui Psikolog

Kisah Pilu Emiliano Martinez di Arsenal: Jadi Cadangan Mati Hingga Harus Temui Psikolog
Emiliano Martinez (c) avfc.co.uk

Bola.net - Kiper Aston Villa Emiliano Martinez mengakui bahwa dirinya hampir kehilangan kecintaannya pada sepak bola karena jarang bermain di Arsenal.

Martinez bergabung dengan Arsenal pada tahun 2010. Ketika itu Arsene Wenger membawanya ke London dari Independiente.

Setelah dua tahun bermain di tim junior, Martinez berhasil menembus tim utama Arsenal. Namun, dia tidak pernah bermain reguler.

Dalam sepanjang karirnya di Arsenal, Martinez lebih sering jadi kiper cadangan. Bahkan, dia sempat dipinjamkan ke beberapa klub sebelum hengkang ke Aston Villa.

1 dari 3 halaman

Hampir Menyerah

Martinez sekarang menjadi salah satu kiper terbaik di Premier League setelah pindah ke Villa Park. Tetapi dia mengakui hampir menyerah dari sepak bola selama menjalani masa-masa sulit bersama Arsenal.

"Saya tidak berpikir Anda bersiap untuk tidak bermain, saya selalu berpikir saya memiliki bakat, tetapi pada tahap tertentu dalam karier saya ketika saya berusia 22-23 tahun dan saya malah tidak bermain," kata Martinez kepada Football Daily.

"Saya menjalani masa peminjaman pertama saya di Spanyol dan saya hanya bermain enam pertandingan. Lalu saya tahu saya harus kembali ke Arsenal dan mereka tidak akan memberi saya kesempatan.

"Jadi saya harus dipinjamkan, jadi tahun-tahun itu sangat sulit. Pada titik tertentu, saya berhenti mencintai sepak bola.”

2 dari 3 halaman

Bermain di Championship

Martinez sempat dipinjamkan ke Reading di Divisi Championship. Kiper 28 tahun ini bermain di liga yang tidak dia inginkan.

"Kemudian saya dipinjamkan lagi ke Reading di Championship, liga yang tidak saya inginkan,” lanjutnya.

"Saya menempatkan diri saya dalam posisi seperti memiliki bayi yang baru lahir, ini akan menjadi pinjaman terakhir saya. Saya menanamkan itu di kepala saya."

3 dari 3 halaman

Berbicara dengan Psikolog

Martinez bahkan sampai harus berbicara dengan seorang psikolog agar bisa melewati momen-momen buruk di Arsenal.

"Saya mulai berbicara dengan seorang psikolog yang membantu saya melalui saat-saat buruk saya. Itu membantu saya mengatasi rasa frustrasi saya,” lanjutnya.

“Karena saya selalu percaya bahwa saya memiliki bakat. Saya selalu percaya pada diri saya sendiri, bahwa saya bisa menjadi salah satu yang terbaik.”

Sumber: Football Daily