Bos Chelsea Desak Media Sosial untuk Ikut Hadang Rasisme di Sepak Bola

Bos Chelsea Desak Media Sosial untuk Ikut Hadang Rasisme di Sepak Bola
Frank Lampard memberikan tepuk tangan pada fans The Blues usai laga Manchester United vs Chelsea di Old Trafford, Minggu (11/08/2019). (c) AP Photo

Bola.net - Pelatih Chelsea, Frank Lampard, tak bisa menerima perlakuan warganet terhadap salah satu penggawa mudanya, Tammy Abraham. Ia pun mendesak perusahaan media sosial untuk ikut bergerak mengatasi masalah rasisme di dunia sepak bola.

Perlakuan rasis dari sejumlah pengguna media sosial menyasar kepada Tammy Abraham usai Chelsea berhadapan dengan Liverpool di ajang UEFA Super Cup hari Kamis (15/8/2019). Pertandingan itu berakhir denga kekalahan Chelsea melalui drama adu penalti.

Tammy sempat menjadi pahlawan karena berhasil mempersembahkan penalti untuk Chelsea di babak perpanjangan waktu. Penalti yang berhasil dieksekusi oleh Jorginho itu membuat Chelsea berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Sayangnya, ia gagal menunaikan tugasnya kala menjadi eksekutor kelima dalam babak adu penalti. Alhasil, Chelsea kalah dan Tammy menjadi sasaran amarah pendukung timnya di media sosial.

Scroll ke bawah untuk membaca informasi selengkapnya.

1 dari 2 halaman

Sudah Melampaui Batas

Di media sosial Twitter, Tammy diperlakukan secara semena-mena dengan sikap rasis oleh warganet. Jelas, Lampard selaku pelatih tak bisa menerima tindakan mereka yang brutal itu.

"Pertama, orang yang menulis itu seharusnya melihat kepada dirinya sendiri, dan kedua, saya pikir ini harus diawasi," ujar Lampard dikutip dari Goal. "Kami meminta Tammy untuk melihat itu setelah mencoba membantu kami menjuarai Super Cup, melakukan tugas hariannya,".

"Dia sudah melakukannya sejak umur delapan atau sembilan tahun. Dan dia diperlakukan seperti itu [tindakan rasis]. Luar biasa. Di zaman saya, poin lima dari 10 di The Sun adalah refleksi performa yang buruk. Sekarang lebih instan. Dan itu bukan candaan. Ini sudah melampaui batas," lanjutnya.

2 dari 2 halaman

Desakan untuk Media Sosial

Lebih lanjut, Lampard mengatakan bahwa para pemain tidak bisa serta merta mengambil sikap tak acuh atas perlakuan kurang menyenangkan yang mengarah ke mereka. Apalagi di zaman media sosial seperti ini. Oleh karena itu, ia meminta perusahaan media sosial untuk mengawasi tindakan buruk dari para penggunanya terutama dalam kasus rasisme.

"Meminta mereka bermuka tebal itu terlalu mudah untuk dikatakan. Saat itu membuat anda tersakiti, itu akan menjadi masalah yang kami harus atasi. Sulit untuk melarang mereka melihatnya. Mereka sudah berada di media sosial sebelum sampai ke pelatih," tambahnya.

"Perusahaan media sosial, apakah mereka akan menghentikan seseorang yang dengan santai memasang apa yang orang lakukan terhadap Tammy? Itu tanggung jawab mereka. Kami sudah lebih sadar akan hal itu karena sudah terlalu banyak di luar sana, tapi saya tak tahu apakah sudah menjadi lebih baik atau buruk," lanjutnya lagi.

"Ini sangat sulit karena kami mencoba mengubah sikap, dan sudah ada banyak langkah maju yang secara tiba-tiba kembali mundur. Ini soal edukasi orang-orang - tapi saat mereka bersembunyi dibelakang telepon genggamnya, maka ini akan menjadi berat," tandasnya.

Media sosial, terkhusus Twitter, sudah mencoba untuk mengatasi kasus rasisme yang dilakukan oleh penggunanya. "Kami tetap berkomitmen secara mendalam untuk mengembangkan kesehatan obrolan dalam pelayanan kami dan dari segi itu, kami terus memprioritaskan keamanan dari pengguna kami," tukas juru bicara Twitter.

(Goal International)