
Bola.net - Kasus Manchester City sedang ramai dibicarakan pada Senin, 5 Februari 2023. Pihak Premier League membeberkan sejumlah dakwaan terhadap Man City terkait pelanggaran aturan FFP sekitar 10 tahun di era modern.
Baru saja bursa transfer Januari 2023 beres, kasus Man City tiba-tiba muncul jadi kejutan dari Liga Inggris. Selalu, pada momen seperti ini, istilah 'FFP' kembali sering didengar pecinta sepak bola Eropa.
Di Eropa, setiap liga bernaung di bawah komando UEFA sebagai badan tertinggi sepak bola. UEFA menentukan beberapa peraturan umum yang wajib dipenuhi setiap klub, mulai dari Barcelona sampai Nottingham Forrest, semuanya sama di mata hukum.
Advertisement
Salah satu peraturan UEFA yang mengubah wajah sepak bola dunia adalah Financial Fair Play atau yang lebih akrab dikenal FFP. Peraturan ini lahir di era Michael Platini yang menginginkan sepak bola lebih adil.
Sebelumnya, beberapa tahun silam, klub-klub raksasa seperti Real Madrid, Manchester United, dan Barcelona tampak tidak terjangkau oleh yang lain. Mereka bisa membeli pemain mana pun yang mereka mau, dengan harga berapa pun, semahal apa pun.
FFP diciptakan untuk mencegah transfer-transfer liar itu, demi sepak bola yang lebih adil. Mengutip BBC, berikut penjelasan FFP secara lengkap.
1. FFP sebenarnya apa sih?
FFP dikenalkan oleh UEFA, dengan maksud mencegah klub-klub yang berada di bawah naungan mereka untuk mengeluarkan uang leih besar daripada pendapatan mereka. Michael Platini menyebutnya dengan istilah 'financial doping' dalam sepak bola.
Platini percaya pembelian besar-besaran oleh beberapa klub bakal mengacaukan keindahan sepak bola dan dia merasa besar utang klub sebenarnya tak mampu dilunasi.
2. Apa yang perlu dilakukan klub untuk memenuhi FFP?
UEFA pertama kali menerapkan FFP pada bulan April berdasarkan laporan keuangan klub di musim 2011/12 dan 2012/13.
Klub hanya boleh mengeluarkan plus 5 juta euro dari total pendapatan mereka di setiap periode penilaian. Biar begitu, pada periode monitoring ini, total kerugian sebesar 45 juta euro masih diperbolehkan asalkan klub berada di bawah pemilik yang mampu menambal kerugian.
Mulai saat ini, penilaian FFP tersebut bakal dilakukan setiap tiga tahun sekali. Pada musim 2014/15 lalu, kerugian masih dibatasi di angka 45 juta euro. Di musim 2015/16, UEFA menghitung tiga musim sebelumnya, tetapi batas rugi menurun jadi 30 juta euro.
Pola ini diulangi pada musim 2016/17 dan 2017/18, dan beberapa tahun ke depan batas rugi akan kembali diperkecil.
3. Apa saja yang dinaungi FFP?
Klub harus mencapai keseimbangan pengeluaran dalam bidang sepak bola - transfer dan beban gaji - dengan pendapatan televisi dan tiket, juga keuntungan yang didapat dari departemen komersial.
Uang yang dikeluarkan untuk mengembangkan stadion, fasilitas latihan, perkembangan usia muda, atau komunitas tidak termasuk dalam ranah FFP.
4. Siapa yang mengawasi?
Peraturan tanpa pengawas tak ada guna. Sebab itu, UEFA membentuk badan bernama Club Financial Control Body (CFCB) yang bertugas mengawasi Club Licensing System dan Financial Fair Play Regulations.
Liga juga berhak mengawasi penyelenggaraan FFP untuk setiap klub yang berada di bawah naungannya. Dalam kasus Man City, pihak Premier League berhak melakukan pengawasan.
5. Sanksi apa saja yang bisa diterima klub pelanggar?
"Bom atomnya adalah larangan bermain di kompetisi Eropa," ujar Jean-Luc Dehaene, direktur pertama dan pimpinan investigator CFCB, pada 2011 lalu.
CFCB dapat membantu klub dengan menawarkan langkah untuk menemukan kesepakatan penyelesaian masalah, dengan potensi hukuman termasuk peringatan, denda, memotong uang hadiah, larangan transfer, pengurangan poin, larangan mendaftarkan pemain baru, dan pembatasan jumlah pemain yang bisa didaftarkan untuk kompetisi UEFA.
Contoh yang paling akurat: Chelsea dijatuhi hukuman larangan membeli pemain pada dua bursa transfer karena terbukti melanggar regulasi pembelian pemain usia muda.
Jadi, bagaimana dengan kasus Man City?
Beberapa tahun lalu Man City pernah didakwa oleh UEFA terkait pelanggaran sejumlah aturan FFP. Namun, kala itu Man City berhasil lolos dengan cara mengajukan banding ke Court of Arbitration in Sport (CAS).
Man City awalnya dihukum karena dinilai melanggar aturan FFP, sudah ada beberapa bukti. Namun, hukuman dua tahun yang dijatuhkan UEFA dicoret sepenuhnya, Man City diizinkan kembali bermain di Eropa.
Sekarang, kasusnya berbeda. Yang mengajukan dakwaan adalah pihak Premier League dan jelas ada aturan di Liga Inggris bahwa pihak klub tidak bisa mengajukan banding ke CAS.
Artinya, Man City hanya bisa membela diri dalam komite lokal yang dibentuk untuk mengatasi kasus ini. Jika bukti-bukti Man City lemah, kemungkinan besar mereka bakal dijatuhi hukuman berat.
Klasemen Liga Inggris
Advertisement
Berita Terkait
-
Liga Inggris 6 Februari 2023 18:49
Termasuk Harry Kane, Ini 5 Top Skor Sepanjang Masa Premier League
-
Liga Inggris 6 Februari 2023 18:44
5 Fakta Rico Lewis, Pengganti Peran Joao Cancelo di Manchester City
LATEST UPDATE
-
Liga Inggris 21 Maret 2025 23:55
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 23:46
-
Liga Inggris 21 Maret 2025 23:21
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 23:04
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 22:55
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 22:01
MOST VIEWED
- Liverpool Bidik Bintang Baru! Siapa Saja yang Berpotensi Merapat ke Anfield?
- Chelsea Sudah Buat Keputusan Soal Masa Depan Sancho: Dikembalikan ke Man United Atau Dipertahankan?
- Bukan Pepesan Kosong! Napoli Mulai Nego MU untuk Transfer Rasmus Hojlund
- Ikhlaskan Trent Alexander-Arnold, Liverpool Bakal Rekrut Bek Timnas Belanda Ini
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...