Wujud Salam Satu Jiwa, Aremania Blitar Ini Selalu Dampingi Keluarga Korban di Rumah Sakit

Wujud Salam Satu Jiwa, Aremania Blitar Ini Selalu Dampingi Keluarga Korban di Rumah Sakit
Andrian Sutikno (kiri) mendampingi korban tragedi kanjuruhan, Debora Anca (tengah) dan sang ayah, Yoyok di Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang (c) Bola.net/Dendy Gandakuusmah

Bola.net - Andrian Sutikno memang tak secara langsung menjadi korban Tragedi Kanjuruhan. Pun, tak ada sanak saudaranya yang jadi korban dalam tragedi -yang menelan lebih dari seratus korban jiwa- tersebut. Namun, sejak tragedi tersebut terjadi, pada Minggu (01/10) lalu, ia belum sekalipun pulang ke rumahnya, di Sananwetan Blitar.

Pak Tik, sapaan karib Adrian Sutikno, terus berjaga di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, Kota Malang. Ia mendampingi keluarga korban yang menanti keluarga mereka di rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut.

Sejak saat itu, Pak Tik nyaris tak pernah meninggalkan RSSA. Segala kegiatan dilakukan pria berusia 66 tahun tersebut di kawasan rumah sakit.

Pak Tik pun membeber alasannya terus mendampingi keluarga para korban, orang-orang yang sebelumnya mungkin tak dikenalnya secara pribadi.

"Kami itu sama-sama Aremania. Para korban tersebut sama-sama merupakan Aremania. Mereka adalah saudara-saudara saya," ucap Pak Tik, Rabu (26/10).

"Ini adalah perwujudan yel-yel 'salam satu jiwa' yang selalu kami teriakkan," sambungnya.

Menurut Pak Tik, ada alasan khusus di balik pilihannya mendampingi keluarga para korban. Ia menyebut bahwa keluarga para korban tersebut sejatinya juga merupakan korban Tragedi Kanjuruhan.

"Bisa dikatakan, saya melihat sendiri bahwa keluarga korban -yang menunggu di sini- seakan-akan menjadi korban kedua. Mereka menderita secara batin," tutur Pak Tik.

"Mereka harus meninggalkan pekerjaan, berpikir apakah anak mereka akan sembuh atau tidak. Mereka bahkan selalu berpikir apakah anak mereka besok masih hidup atau tidak," ia menambahkan.

Simak artikel selengkapnya di bawah ini.

1 dari 5 halaman

Jadi Teman

Dengan kondisi seperti itu, menurut Pak Tik, para keluarga korban perlu sosok teman, yang bisa menjadi teman berbagi keluh kesah dan rasa duka mereka. Pak Tik pun memilih untuk menjadi teman bagi keluarga korban.

"Mereka nggak ada orang lain untuk diajak berbagi keluh kesah. Tidak ada orang yang bisa diajak curhat. Mereka butuh teman atau pendampingan," kata Pak Tik.

"Selain itu, saya juga berupaya membantu mereka sebisa mungkin. Bahkan, ketika mereka tertidur kelelahan, sementara ada panggilan dari dokter atau administrasi, saya menjadi orang yang mencari atau membangunkan. Saya sudah hafal mereka ini keluarga siapa saja," ia menambahkan.

2 dari 5 halaman

Jamin Keluarga Korban

Pak Tik pun membeber kisah lucunya kala mendampingi keluarga korban sejauh ini. Ia mengaku sempat 'membohongi' keluarga korban soal biaya rumah sakit.

"Waktu itu, hari pertama atau kedua setelah kejadian. Keluarga korban masih bingung soal biaya. Waktu itu, belum banyak yang tahu bahwa semua biaya akan ditanggung pemerintah. Saya yang sudah tahu soal ini pun berusaha menyampaikan ke mereka. Namun, karena kondisi, mereka sepertinya masih bingung," tuturnya.

"Walhasil, saya pun bilang ke mereka bahwa saya yang menanggung. Saya bilang bahwa semuanya saya yang membayar. Alhamdulillah, mereka kemudian percaya," Pak Tik menambahkan sembari tersenyum.

3 dari 5 halaman

Support Keluarga

Pak Tik pun mengaku bahwa bukan sosok yang kuat bak superhero. Ia kuat karena mendapat dukungan dari keluarga dan sanak saudaranya.

"Ketika saya bilang ke keluarga, saya malah mendapat dukungan penuh. Bahkan, anak saya yang saat ini tinggal di Kepanjen sering menanyakan apakah saya masih memiliki uang atau pulsa. Kalau habis, ia yang akan mengirim," tutur Pak Tik.

Selain dari keluarga, sokongan bagi Pak Tik juga datang dari bosnya. Pria yang bekerja di dunia transportasi ini menyebut bahwa bosnya mengizinkannya untuk terus mendampingi keluarga korban.

Dukungan pun didapat dari Aremania. Menurutnya, tak hanya berupa semangat, Aremania juga mendukung dengan mengirimnya berbagai kebutuhan sehari-hari, mulai pakaian sampai rokok.

"Dukungan semua pihak ini membuat semangat saya makin besar," tuturnya.

4 dari 5 halaman

Hancur tapi Tak Bisa Menangis

Tak hanya dukungan tersebut yang membuat Pak Tik bungah. Ia mengaku ada hal lain yang juga membuatnya bahagia sampai hampir meneteskan air mata. Itu adalah ketika ada pasien korban Tragedi Kanjuruhan yang pulih dan bisa pulang ke rumah.

"Itu benar-benar membuat saya bahagia sekali," tutur Pak Tik.

Namun, di sisi lain, tak jarang hati Pak Tik harus hancur. Itu adalah saat ketika berita duka datang dari korban dan keluarganya.

"Hancur hati saya. Namun, saya nggak boleh menangis. Saya harus tetap kuat untuk bisa menguatkan mereka. Kalau saya ikut menangis, saya tak akan bisa menguatkan mereka," tegasnya.

5 dari 5 halaman

Selalu Sediakan Bahu untuk Bersandar

Besarnya peran Pak Tik bagi keluarga korban Tragedi Kanjuruhan diakui oleh Yoyok. Ayah Debora Anca, salah seorang korban, ini menyebut bahwa Pak Tik selalu menyediakan bahunya untuk bersandar keluarga korban.

"Beliau orang yang sangat baik. Ia sosok yang sangat peduli. Kalau ada berita apa pun selalu mengabari, Beliau juga selalu mendengar keluh kesah kami," kata Yoyok.

"Peran beliau sangat besar. Banyak sekali bantuan Pak Tik bagi kami. Selama 20 hari putri kami dirawat di sini, kami selalu ditemani oleh Pak Tik. Matur nuwun sanget, Pak Tik," sambung pria berusia 50 tahun ini.

(Bola.net/Dendy Gandakusumah)