
Bola.net - - Terungkapnya sejumlah skandal match fixing dan praktik lancung lainnya belakangan ini berdampak buruk terhadap citra federasi sepak bola Indonesia (PSSI). Paling tidak, survei Save Our Soccer (SOS) mampu memberi gambaran soal terpuruknya citra organisasi pimpinan Edy Rahmayadi tersebut.
Survei ini dilakukan SOS pada pengujung tahun 2018 lalu. Dalam survei melalui platform media sosial instagram dan twitter, lembaga yang concern dengan perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia 2018 ini menanyakan pada publik siapa yang lebih mereka percaya untuk membenahi sengkarut dugaan match fixing dan sejumlah praktik lancung lainnya, satgas antimafia bola atau PSSI.
Kendati dilakukan melalui platform berbeda, jawaban publik melalui Twitter dan Instagram tak banyak berbeda. Rata-rata, mereka memilih satgas anti mafia bola sebagai pihak yang lebih dipercaya.
Advertisement
Di twitter, survei diikuti 3478 orang. 95 persen dari responden, atau sekitar 3304 orang, mengaku lebih percaya pada satgas anti mafia bola. Sisanya, sekitar 174 orang, mengaku masih percaya pada PSSI.
Di Instagram, survei diikuti 7188 orang. Dari jumlah ini, 97,5 persennya, atau sekitar 7012 responden mengaku lebih percaya satgas anti mafia bola ketimbang PSSI. Sementara, sisanya, sekitar 176 orang, memilih sebaliknya.
Bagaimana tanggapan SOS soal jebloknya citra PSSI? Simak pernyataan mereka di bawah ini.
Tak Boleh Tinggal Diam
Koordinator SOS, Akmal Marhali, menyebut bahwa PSSI tak boleh tinggal diam dengan kondisi mereka saat ini. Federasi sepak bola Indonesia tersebut wajib melakukan sebuah terobosan untuk memperbaiki citranya yang terpuruk.
"Momentum terbaik adalah memerangi match fixing sampai akar-akarnya," ucap Akmal, pada Bola.net, Rabu (02/01).
Menurut Akmal, tugas PSSI memerangi match fixing sejatinya lebih ringan. Pasalnya, saat ini, ada bantuan dari satgas anti mafia bola, yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
"PSSI harusnya menerima uluran tangan satgas untuk membantu dalam perang terhadap match fixing. Ini akan lebih cepat mengungkap para mafia bola yang selama ini merusak kompetisi sepak bola kita," sambungnya.
Harus Berinisiatif
Selain itu, Akmal menyebut bahwa PSSI tak boleh lagi sekadar mengandalkan strategi 'ball possession' dalam menyelesaikan masalah ini. Jika mereka terus seperti ini, menurut eks jurnalis olahraga tersebut, PSSI akan terus kebobolan
"PSSI baiknya ikut satgas memainkan attacking football, sepak bola yang atraktif," ujar Akmal.
Menurut Akmal, seharusnya PSSI memanfaatkan sebaik mungkin momentum jeda kompetisi ini. Mereka, sambung Akmal, semestinya memanfaatkan momen untuk berbenah secara internal maupun lingkup family footballnya.
"Utamanya menyangkut penjahat-penjahat yang memanipulasi pertandingan," tandasnya.
Berita Video
Berita video Big Match yang akan mempertemukan Manchester City menghadapi Liverpool dalam lanjutan Premier League pekan ke-21, Jumat (4/1/2018) dinihari WIB.
Advertisement
Berita Terkait
-
Tim Nasional 29 Desember 2018 19:08
-
Bola Indonesia 29 Desember 2018 18:56
Mantan Manajer Persibara Menolak Hadir, Ratu Tisha: Itu Urusan Komdis PSSI
-
Bola Indonesia 29 Desember 2018 16:08
-
Bola Indonesia 29 Desember 2018 16:03
-
Bola Indonesia 29 Desember 2018 08:30
Ratu Tisha Bawa Kuasa Hukum Saat Diperiksa Satgas Antimafia Bola, Ada Apa?
LATEST UPDATE
-
Piala Eropa 21 Maret 2025 08:33
-
Liga Spanyol 21 Maret 2025 08:30
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 08:28
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 08:25
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 08:01
-
Tim Nasional 21 Maret 2025 07:40
HIGHLIGHT
- 5 Pemain Gratisan yang Bisa Direkrut Manchester Un...
- Di Mana Mereka Sekarang? 4 Pemain 17 Tahun yang Pe...
- 7 Eks Pemain Real Madrid yang Bersinar di Tempat L...
- 10 Opsi Striker untuk Man United: Solusi Ruben Amo...
- 5 Pemain yang Pernah Membela PSG dan Liverpool
- 7 Mantan Rekan Setim Cristiano Ronaldo yang Pernah...
- Di Mana Mereka Sekarang? 5 Pemain yang Diminta Pau...